Bertemu Di Senja

Bertemu Di Senja

awal mula

Bagaimana usia kalian saat menginjak umur 21 ?

Apakah kalian masih sibuk dengan pendidikan kalian?

Dan apakah kalian sibuk dengan cita cita kalian.

Semua itu berbanding terbalik dengan kehidupan gadis dari keluarga Broto ini.

Disaat yang lain sibuk dengan pendidikan dan cita citanya gadis satu ini hanya makan dan tidur tanpa mau melakukan sesuatu.

****

"Yunnaa bangun hey, sudah pagi", ujar wanita paruh baya yang masih terlihat seperti wanita 30 tahunan

"Lima menit lagi, janji deh Tam", ujar gadis yang masih bergulung dengan selimut babi kesayangannya (gambar karakternya ya bukan selimutan pakai babi)

"Tam tam tam mu itu heh, cepet bangun atau mama siram pakai air segayung", ujar wanita itu yang mengaku sebagai mama itu.

Tanpa butuh waktu lama gadis yang di panggil Yunna itu duduk bersila di tempat tidurnya. "Baik nyonya, siap laksanakan", gadis itu langsung ngacir keluar kamar sedang mamanya masih mengomel tak karukaruan.

"Selamat pagi semuanya, anak cantik udah bangun nih", sapa Yunna yang hanya di balas tatapan dua lelaki yang sedang menikmati makanannya dengan tenang.

Merasa tak ada respon gadis itu pun hanya mengerucutkan bibirnya dan duduk di kursi sebelah lelaki yang lebih muda.

"Kenapa cemberut hmmm? Minta kawin?", Ucap lelaki di sebelahnya yang sontak kata katanya membuat Yunna menyemburkan air yang ia minum.

Brrrrr..... (anggap aja suara semburan air yang di minum Yunna)

"YUNNAAAA!!!", teriak dua lelaki itu dengan menatap gadis itu dengan tatapan melotot.

"Ada apa sih pagi pagi sudah teriak teriak?", Ujar mama sambil menuruni tangga

"Yunna itu ma, masak nyembur di baju Tama sih", ucap lelaki sebelah Yunna.

"Tama tu ma, masak nyuruh Yunna kawin sih, kan dia yang lebih tua", kata Yunna yang juga tak mau mengalah.

Pletakk... Suara jitakan mendarat di kepala Yunaa. "Aduuuh sakit ma, kenapa Yunna di jitak?", Protesnya sambil mengusap kepala yang dijitak mamanya itu.

"Kamu itu yang sopan dong sama abang kamu, ngomong gak pernah pakai embel embel mas apa kak gitu. Dia lebih tua kan katamu tadi", timpa mama dengan mata melotot yang hanya membuat Yunna cemberut.

"Sudah sudah, tiap pagi selalu ribut terus. Udah papa mau berangkat dulu. Yunna ingat habis makan mandi kebiasaan kamu itu bangun siang gak mandi dulu kalau sarapan", sepertinya lelaki paruh baya yang menyebut dirinya sebagai papa sudah jengah dengan kegaduhan keluarganya yang di lakukan hampir setiap hari itu.

"Siaaap beeeh", jawab Yunna sambil hormat kepada ayahnya itu.

"Yang sopan manggil orang tu dek", protes Tama.

"Serah gw dong, papa gak marah di panggil babe juga", Yunna yang memang memiliki watak keras kepala ini memang sering bersikap semaunya sendiri. Meski tak jarang tingkahnya malah membuatnya menjadi seperti anak kecil yang menggemaskan.

"Sudah sudah, cepat makannya. Tama kamu kuliah pagi kan, cepat makan dan ganti baju. Dan kamu Yunna habis makan mandi sana", akhirnya mama menjadi penengah dan gak ikutan ribut.

"Iya maa", jawab keduanya kompak.

****

Setelah mandi akhirnya Yunna memutuskan untuk pergi sebentar mencari udara segar.

Tetibanya di sore hari Yunna akhirnya memilih pergi ke pantai karena rumah yang terletak tak jauh dari pantai itu membawa langkah Yunna tertuju ke pantai dekat rumahnya yang tak membutuhkan waktu lama.

"Woooah indah sekali", teriak Yunna dengan girangnya

Tempat dimana dulu empat orang bocah sedang bercanda ria di sana, tiga bocah laki laki dan satu lagi gadis selalu bermain disana. Dimana masa itu yang selalu di rindukan oleh Yunna. Senyum mengenbang di bibir mungilnya saat ia mengingat semua itu.

"Menikah?, Untuk melanjutkan pendidikan saja aku malas, bahkan sebuah cita cita aku tak punya. Lain lagi kalau aku itu tama, dia bahkan mengambil S2 untuk mengejar cita citanya menjadi dokter bedah yang handal. Atau mungkin Reino yang sekarang kuliah karena dia bercita cita menjadi seorang arsitek. Mereka bukan aku, aku tak ingin melakukan itu dan aku hanya ingin jadi bocah kecil yang tetap mendapat kasih sayang keluargaku. Dan aku tak ingin tahu dan tak pernah mau tahu apa itu LUKA", Pertanyaan dan jawaban yang selalu muncul di pikiran Yunna.

Disaat Yunna sedang asyik dengan pikirannya tak sengaja ia melihat seorang laki laki yang sangat familiar untuknya.

"Sepertinya dia tak asing", ujar Yunna sambil melihat lelaki itu dengan lekat.

"Mas Mario", ujarnya lirih. Senyum Yunna Merekah melihat lelaki itu.

"Mas Mariooo", teriak Yunna lelaki itu menoleh dan melambaikan tangannya. Tanpa pikir panjang Yunna berlari kearah lelaki itu dan memeluknya dengan erat.

"Hey, kok nangis sih? Gak seneng ketemu mas?", Tanya lelaki itu

Yunna cemberut dan masih sesenggukan mendongak keatas menatap mata lelaki itu masih dengan mode diamnya, lelaki itu mengusap air mata yang lolos dari mata Yunna dengan ibu jarinya.

"Yunna, udah dong jangan nangis lagi", ucapnya lagi

"Mas kemana aja sih, gak pernah ngabari Yunna. Mas juga udah gak tinggal sama Reino mas yang ngilang. Yunna kan hiks...hiks..", kata Yunna yang gak bisa nerusin ucapannya.

"Maafin mas ya.. mas gak akan ninggalin kamu lagi", ujar lelaki yang di panggil Mas Mario itu.

Yunna hanya mengangguk sambil memeluk Mario dengan erat. Mario mengecup pucuk kepala Yunna dengan sayang.

Krucuk.... krucuk .... (Anggap aja suara perut Yunna lagi minta isi)

Mereka saling beradu pandang, pipi Yunna merona karena suara perutnya. "Mas.. Yunna lapeer", ujar Yunna pada Mario.

"Yaudah, gimana kalau kita makan udang kesukaan kamu", jawab Mario.

"Siap boos, tapi aku yang traktir ya", jawab Yunna dan lari ke salah satu Restoran sambil menarik mario.

Mario atau yang bernama lengkap Mario Algibran itu adalah tetangga Yunna dulu, dia memiliki adik bernama Reino Algibran, mereka berdua sangat dekat dengan keluarga Broto bahkan sudah seperti anak sendiri. Jadi bukan masalah berarti Yunna sering mendapat kecupan sayang di pucuk kepalanya oleh Mario. Bahkan nyonya dan tuan Broto menganggap itu lumrah begitu pula keluarga Gibran sendiri. Sayangnya sudah hampir 2 tahun ini Mario harus bekerja di luar kota. Makhlum dia adalah seorang pengusaha sehingga terkadang dia harus terjun langsung untuk mengatasi masalah yang ada di perusahan atau anak cabang yang ia kelola.

****

Di Restoran tempat biasa mereka berkumpul.

"Bibi juuuung.... Bibi juuung", teriak Yunna

"Jangan teriak teriak malu di liat orang itu", kata Mario memperingatkan

"Ih mas aku kan udah lapar", jawab Yunna sambil mengerucutkan bibirnya.

"Iya mas tau, yang sabar gitu lo Na, kamu udah gede kok masih kaya anak kecil", ucap Mario yang lupa bahwa yang ia hadapi adalah seorang berumur 21 tahun tapi bearasa seperti bocah lima tahunan.

"Ya udah, mas makan sendiri aja sana Yunna udah gak laper mau pulang aja", ucap Yunna yang sudah menunduk untuk menyenbunyikan mukanya yang ingin menangis.

"Aduuuh, maafin mas ya Na, Yunna duduk sana deh biar mas yang pesenin janji gak lama kok", kata Mario mencoba membujuk gadis itu

"Beneran mas? Ya udah Yunna tunggu di tempat biasa", senyumnya sudah mengembang tanda keberhasilan Mario membujuk gadis itu.

"Dia memang cengeng sekali setiap ada kamu", uajr bibi Jung sambil membawa dua mangkuk yang berisi udang, makanan favorit Yunna dan Mario.

"Benarkah bi?, Apa saat aku tak ada dia tak pernah menangis?", Tanya mario yang sedikit penasaran.

"Iya, bahkan saat di sini ada kegaduhan dan tak sengaja ia terkena lemparan gelas dan darah mengucur di kepalanya dia hanya diam sama dan hanya menyeka darah di dahinya. Seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan", kata bibi Jung panjang lebar.

Belum sempat Mario bertanya lagi, bibi jung sudah mengisyaratkan agar dia lekas menemui gadis itu sebelum ia menangis dan membuat pembeli di tempat bibi jung lari semua seperti 3 tahun lalu.

"Lama menunggu Nona?", Suara Mario yang mengagetkan Yunna yang memandang pantai

"Mas Mario ngagetin ih", ujar gadis itu.

"Ya sudah ayo makan"

"Siap", dan akhirnya mereka makan bersama di selingi senda gurau yang membuat mereka tertawa.

Selesai makan mereka menuju kasir.

"Aku yang traktir mas", ucap Yunna

"Berapa bibi Jung?", Tanya Yunna ke bibi Jung

"Seratus lima puluh tiga ribu", kata bibi jung. Yunna pun merogoh tas kecil yang ia bawa tapi sialnya dia lupa mengambil dompet yang ada di atas meja kamarnya.

"Yaaah kok gak ada sih, bii ngutang dulu ya", sambil menampilkan cengiran khas nya Yunna pun beraksi dan berharap bibi jung mau mengabulkan niatnya ngutang.

"Kamu itu selalu saja begitu", kata bibi jung dengan mata malas.

"Ini saja, pakai dulu pin nya masih sama", ujar Mario sambil memberikan kartu Atm pada Yunna.

"Kok gak mas ganti sih?", ujar Yunna bertanya meminta kejelasan.

"Yang gampang di hafalin, ya udah kamu bayar dulu mas mau ke toilet", timpa Mario lalu meninggalkan Yunna.

Yunna pun membayar dengan Atm Mario setelah membayar Yunna menunggu Mario di depan pintu restoran tapi sudah hampir satu jam lebih Mario juga tak menampakan batang hidungnya. Lalu satu notifikasinya muncul sebuah chat dari Mario.

Mas Mario

*ada hal yang harus aku urus.

Kau bawa dulu saja Atmnya.

Hati hati kalau pulang 😘😘

**aku***

Iya mas, Yunna hati hati kok 😊

Yunna menaruh Hp nya

"Apa apaan sih main tinggalin aja", ucap Yunna .

"Menyebalkan"

Terpopuler

Comments

Antonema

Antonema

atmku gowoen, tapi ra di wenehi pin atm.e lak podo ae goroh

2020-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!