Ozan segera mengejar Ameera begitu melihat Ameera menjauh meninggalkannya, ia menarik pergelangan tangan Ameera.
" Lepasiiiiin. " pinta Ameera.
"Aku belum selesai ngomong, enak aja main pergi." Masih menggenggam erat pergelangan tangan Ameera.
"Apa sih tuan muda, kan aku sudah bilang, aku nggak bisa mengikuti rencanamu. Kalau kamu mau kamu aja yang minta tuan dan nyonya besar membatalkan perjodohan kita." Ameera berkata sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Ozan yang makin lama makin erat.
"Kamu pikir mama sama papa akan membatalkan kalau hanya aku yang menolak?" imbuhnya.
Itu urusanmu tuan muda.
"Itu sih deritamu. Carilah cara memohon yang paling memelas, dan lepasin gak tangan aku, aku teriak nih. " Ameera mengancam
Ozan langsung menghempaskan tangan Ameera dengan kasar. Ameera memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit dan memerah karena cengkraman Ozan yang kuat.
Cih, kasar banget ini orang.
"Ameera, please... Aku mohon, atau kamu aja yang minta pada mama dan papa. Mungkin kalau kamu yang menolak mama papa ku akan memikirkan nya lagi." Berusaha dengan wajah memelas.
Ameera memalingkan wajahnya, sejenak berfikir.
"Kamu tau, kalau aku menolak, aku akan di gantung sama ayah, dan mayat aku akan dibuang ke kolam buaya. " Ameera memberikan perumpamaan yang paling kejam yang bisa di lakukan ayahnya jika ia menolak.
"Kamu gila, ayah gak sekejam itu kan? Kamu ini anak kandung apa anak pungut? " teriak Ozan. Ia tidak habis pikir dengan Ameera yang sepertinya begitu takut dengan ayahnya.
Ayah memang menakutkan bagi sebagian orang, tapi kamu kan anaknya. Apa iya kamu setakut itu pada ayahmu sendiri? Ozan membatin
"Kamu mau coba?" Ameera menantang Ozan.
Ozan diam sejenak, menatap dalam mata Ameera. Jika sudah seperti ini, Ozan tidak mampu lagi mengatakan apapun.
Cantik sih sebenarnya. Walaupun keliatan sedikit galak. Huh, apa yang ku pikirkan. Kenapa aku malah memikirkan hal itu. Dan jantungku, kenapa berdebar begini?
Selama beberapa saat mereka saling bertatap-tatapan seperti adegan yang biasa terjadi di film-film.
"Terus bagaimana caranya untuk menggagalkan perjodohan kita? " masih dengan pertanyaan yang sejak tadi tidak ketemu jawabannya. Ozan sudah sangat frustasi saat ini.
Mendengar pertanyaan Ozan membuat Ameera terdiam sejenak. Kemudian dengan tatapan serius menjawab.
"Kematian salah satu dari kita. "Ameera menjawab dengan santainya membuat Ozan membelalakkan mata. Berpikir bagaimana mungkin kalimat mengerikan itu bisa keluar dari mulut gadis remaja polos ini.
"APAAAA.....?" Ozan setengah berteriak.
"Jadi harus aku atau kamu yang bunuh diri?" Menatap ozan dengan serius.
"Kamu sudah gila ya? " Ozan masih meneriaki Ameera yang di rasanya sudah gila.
"Sekarang kamu tau setidak mungkin apa aku menolak kan? Jadi, kalau kamu bisa membuat perjodohan kita batal tanpa harus ada yang mati diantara kita, aku akan bersujud di kaki kamu sebagai tanda terima kasih. " Ameera berkata seraya mengatupkan kedua tangan didepan dadanya.
Mendengar jawaban Ameera membuat Ozan semakin gila. Ozan tau sekeras apa Rudianto dan orang tuanya. Iapun tau orang tuanya sangat menentang hubungannya dengan Naura. Walaupun mereka tidak pernah menjelaskan alasannya tidak menyukai Naura. Karenanya, Ozan tidak pernah mengajak Naura untuk sekedar main kerumahnya.
"Aaaaaarrrrrrggghhhhhhhh. " Ozan meletakkan kedua telapak tangannya di kepala seperti gerakan menjambak rambutnya sendiri.
Iya kan? Kamu pasti merasa hampir gila memikirkannya. Batin Ameera.
"Aku mau masuk, selamat malam. " Ameera hendak meninggalkan Ozan. Namun, Ozan segera menyusulnya.
"Eh tunggu, bareng aja masuknya. "
Karena Ameera terus berjalan, Ozan mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Ameera. Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah setelah hampir dua jam berdebat di taman.
***
"Ozan, Ameera sudah ngobrolnya?" tanya Zarima ketika melihat Ozan dan Ameera datang dari arah taman.
"Iya." menjawab bersamaan.
Hasan melirik jam di pergelangan tangannya dan senyum-senyum sendiri setelahnya.
"Sepertinya obrolan kalian di taman menyenangkan. Kalian sampai lupa waktu mengobrol berjam-jam." kata Hasan meledek.
Apanya yang menyenangkan? Kami tadi berdebat, bukannya kencan. Batin Ozan
"Duduklah. " perintah Hasan.
Ameera dan Ozan pun duduk dengan posisi berjauhan. Ameera memilih duduk di samping ayahnya. Sedangkan Ozan duduk di samping ibunya.
"Ozan dan Ameera, kami sudah sepakat, pernikahan kalian akan di laksanakan dua bulan kedepan. " kata Hasan.
Ameera dan Ozan memejamkan matanya bersamaan, lalu menghela nafas kasar. Mereka tidak dapat berkata-kata. Ingin rasanya Ameera berteriak. Namun mulutnya terasa seperti di gembok.
"Kenapa buru-buru banget sih, pah...? Kan aku dan Ameera belum saling kenal baik." protes Ozan.
"Kalian punya waktu dua bulan. Gunakan waktu dua bulan ini untuk saling mengenal. Dua jam di taman saja menyenangkan, bukan. Apalagi dua bulan." imbuh Hasan seraya tersenyum senang. Kedengarannya ucapan Hasan terdengar seperti sebuah saran, namun sekaligus perintah yang tak dapat di bantah.
Ozan menatap Ameera, sedangkan Ameera hanya menunduk. Rudianto menyadari raut wajah datar Ameera. Dia tahu Ameera tidak menginginkan perjodohan ini. Namun, ia yakin ini yang terbaik untuk Ameera.
Maafkan ayah Ameera. Ini yang terbaik untuk kamu. Ozan dan keluarganya akan menjaga kamu dengan baik.
Rudianto tersenyum tipis, ia reflek membelai puncak kepala anaknya, membuat Ameera tergelak. Pasalnya ia tidak pernah memperlakukan Ameera seperti anak gadis. Ia sangat keras mendidik Ameera seperti anak laki-laki.
Para orang tua larut dalam obrolan seru seputar resepsi pernikahan Ozan dan Ameera. Mereka membicarakan dengan sangat antusias. Zarima lebih banyak mengeluarkan ide-ide dan kadang bertentangan dengan keinginan suaminya. Rudianto sejak tadi hanya menyetujui apapun yang di katakan bosnya. Sementara Ameera dan Ozan sejak terdiam, hanyut dalam pikiran masing masing.
Setelah obrolan panjang tersebut, akhirnya Ameera dan ayahnya berpamitan pulang.
Sepanjang perjalanan, Ameera hanya diam dan melamun. Lidahnya terasa keluh.
Bahkan untuk menoleh pada ayahnya yang sedang menyetirpun, terasa enggan.
****
"Ameera... Ayah tahu kamu belum bisa menerima perjodohan ini. Tapi percayalah, Ozan itu laki-laki yang baik. Dia yang akan menggantikan ayah menjaga kamu." ucapnya dwngan yakin.
"Aku mau kuliah, Yah..." kata Ameera dengan suara lemah.
"Kamu bisa kuliah setelah menikah, kan? Nggak ada larangan melanjutkan kuliah setelah menikah. "
Kediaman Ameera menjelaskan segala nya. Betapa tidak inginnya ia menikah di usia muda, ia masih ingin melanjutkan pendidikan nya. Mencoba hidup baru dengan cara yang berbeda. Tapi itu semua tidak mungkin lagi di lakukannya. Karena ia tau, keputusan ayahnya tidak dapat di batalkan, apapun yang terjadi.
Rudianto menepikan mobilnya. Ia membelai puncak kepala Ameera lalu menarik Ameera ke dalam pelukannya. Untuk pertama kalinya setelah kematian ibunya, ayahnya memeluknya seperti ini. Tak terasa air mata Ameera mengalir membasahi pipinya.
"Kamu tau Ameera, satu-satunya hal yang paling ayah takutkan di dunia ini adalah kehilangan kamu. Kita sudah kehilangan ibu, dan itu sudah cukup. Ayah percaya, Ozan akan menggantikan ayah menjaga kamu."
Rudianto terus memeluk Ameera yang masih menangis tanpa bersuara. Dan baru melajukan mobilnya kembali setelah Ameera berhenti menangis.
💎💎💎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Dewa Rana
udah 2 kali ameera menyelamatkan ozan, gimana ozan mau melindungi ameera...
2024-11-27
0
Fhebrie
bukannya ozan yg menjaga Ameera tapi malah sebaliknya tuan
2023-10-23
1
Nonengsupartika
apanya yg menjaga, ozan payah noro" bisa jaga ameera dia sndr aja mau mati kl gk d tolongin ameera
2023-02-06
0