"haaaaah!!! Kenapa jadi seperti ini!!!" Bastian memaki dirinya sendiri dan menendang barang yang ada disekitarnya. Ia pulang dengan wajah kusutnya, matannya masih lembab dan bajunya acak-acakan.
"pah, apa yang terjadi?" Prisilla menyambut suaminya dengan wajah khawatir. Ia menggendong anaknya yang masih berusia satu tahun itu.
"papa telah melakukan satu kebodohan ma," keluh Aditya dipelukan istrinya.
"Maksud papa apa? Mama ngga ngerti? Tanya Prisil sembari meletakkan Kiara, yang telah tidur pulas di boks bayi di sebelah kasurnya.
"aku ketemu Luna mas, adik papa yang sering papa ceritain itu." Aditya menutup kedua wajahnya dengan tangan.
"terus, apa yang membuat papa kaya gini, harusnya papa seneng. Ada jalan buat nemuin keluarga papa" Prisilla masih bingung.
"ma, aku salah. Aku nampar Luna karena dia ngga sopan sama aku. Padahal, itu karena aku hina ibu...." Aditya menjelaskan.
"aku jelasin semua ma, tapi Luna menolak. Ia bilqng aku hina ibu. Ibu ngga pernah nerima apapun yang mas dan almarhum bapak kirim untuk mereka.
Prisilla terdiam sejenak, ia berfikir jika adik yang belum pernah ia temui itu tidak mungkin berbohong, karena menurut cerita yang ja dengar dari Aditya, Luna adalah gadis yang baik dan penuh rasa tanggung jawab, ia selalu tulus. Dan tidak pernah menyakiti hati orang-orang yang lebih tua ataupun lebih muda darinya
"pah, pasti sudah ada yang mengadu domba kalian,papa harus selidiki ini semua dan minta maaf sama Luna juga ibu" Prisilla menasihati suaminya.
Aditya mencoba memikirkan dan merenungkan kata yang baru saja istrinya ucapkan. "Bu Dhe Sri, ini pasti ulah wanita licik itu." Batin Aditya geram.
**
Sedangkan ditempat yang berbeda, Luna masih terisak seorang diri, ia memilih mengurung diri dikamar pribadinya. Ada kekasihnya dan ketiga sahabtnya diluar, yang masih setia menjaga Luna. Mereka bergantian membujuk Luna agar mau membuka pintu dan makan. Namun, tiada satu pun yang Luna dengarkan.
Kini Carissa yang menempel dipintu kamar Luna. Ia mulai berbicara dengan nada yang lembut. "Lun, ayo dong buka pintu. Kita makan bareng-bareng ya. Udah Lun, lo jangan kaya gitu, lo nyiksa diri lo kaya gitu. Ada banyak hal yang perlu lo urusin. Lo kemaren juga bilang kan sama gue untuk tidak menyimpan kecewa terlalu dalam, gue kemaren ngrasain hal yang sama kaya lo, bahkan lebih sakit lagi rasanya. hehe! Lo ngga lupa kan Lun, gue diper**** sama bajingan itu, lalu gue ditinggalin gitu aja... Padahal rencana pernikahan gue tinggal beberapa minggu lagi. Tapi, gue yakin gue bisa, gue kuat, kan gue punya sahabat kaya kalian, kaya lo!! " tak terasa airmata Carissa menetes, mengingat kisahnya saat membujuk Luna.
Tiada jawaban dari Luna, namun suara pintu yang dibuka kuncinya. Mereka saling bertatap dan tersenyum, Putri merangkul tubuh Carissa agar tidak lagi mengingat perihal Deven. Pelan-pelan pintu dibuka, keluar Luna yqng masih penuh dengan deraian air mata, dan ia menjatuhkan diri ditubuh kedua sahabat perempuannya.
"maafin aku ya Car, ternyata aku tidak sekuat kamu"
Carissa mengusap pipi sahabatnya dan mengatakan agar Luna berjanji untuk tidak lagi menangisi perlakuan Aditya.
Drttt... Drrtttt....
"Bentar ya guys, gue angkat telfon dulu" Marvel keluar dan menjauh dari sahabat-sahabatnya.
"apa Dev, lo masih berani telfon gue?" Ketus Marvel. Ia tak tahu jika putri mengikutinya saat ia berpamit mengangkat telfon. Putri syok, marah, terkejut dan dia dengan geram memgambil telpon genggam dari tangan Marvel.
"heh, brengsek!! Laki-laki busuk!! Lo masih berani nelfon kita?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments