"vel, pak Bastian mana?"
Nafas Luna terengah-engah tak beraturan. Matanya liar, mengitari sekeliling restoran hotel, berharap Bastian masih stay disana bersama Marvel.
"'dia baru aja keluar Lun, ada kerjaan dadakan kata dia. Lo sama dia kenapa sih?" Marvel meletakkan sendoknya berharap Luna mau terbuka.
"duh... Ya udah, thanks ya vel infonya."
Luna berlari, mengejar waktu berharap Bastian masih berada disekitar penginapan. Matanya jelalatan menelusuri setiap sudut ruang. Matanya, basah dihujani air mata.
Kemaren,pikirannya cukup disibukkan dengan Carissa hingga dia lupa dengan Bastian. Laki-laki pemarah itu, pasti sudah berfikir bahwa Luna menolaknya.
"lo mau ngejar Bastian?? Gila lo ya, dia bawa mobil kali Lun. Lo tunggu sini, gue ambil mobil dulu nanti gue anterin lo." Marvel yang tiba-tiba datang, berlari menuju mobilnya.
--
" makasih ya Vel, sorry aku ngrepotin kamu terus." Luna menunduk dengan penuh harap.
(Marvel)
" santai aja. Lo juga kan temen gue,,
Untuk kesekian kali gue pingin nanya sama lo,
Lo sama Bastian, punya masalah?"
(Luna menghela nafas)
"kemaren... Dia sempet nyatain perasaan nya ke aku.."
(Marvel mulai penasaran)
"terus lo tolak?"
(Luna)
"bukan Vel, aku minta waktu buat jawab...
(Marvel)
"terus,kenapa dia bisa semarah itu sama lo. Harusnya kan engga dong, kau lo belum nolak dia."
(Luna)
"itu dia Vel, aku harusnya kemarin sore nemuin dia buat bilang iya ke dia. Tapi,... Aku benar-benar lupa, aku ngga bisa mikir lain hal selain Carissa Vel, ini salah aku...."
Marvel menepuk-nepuk bahu Luna, "lo tenang, kita pasti ketemu sama dia."
Ciiittttttttzzzzz
Suara rem yang mendadak diinjak Marvel, tubuh Luna sempat terpental maju namun masih aman karena sitbell yang dia kenakan.
"sorry, sorry Lun, itu coba lo lihat....
Itu Bastian kan?"
Marvel menunjuk kearah kiri mobil. Terlihat, seorang laki-laki yang membelakangi mereka, menatap pada arah datangnya matahari. Berdiri tegap dihamparan luas rerumputan. Jelas memang, pemandangan yang asri untuk sekilas menenangkan hati. Mobil yang dikendarai Bastian terparkir tak jauh dari situ.
Luna perlahan, membiarkan kakinya mencari jalan, menghampiri sang hati yang rapuh. Kakinya, tidak bisa berbohong, dengan sigap mengarah dan berhenti tepay dibelakang Bastian.
Tiada kode, tiada suara, sekali pun tanpa aba-aba. Tangan Luna melingkar erat dipinggang Bastian, tangis sesalnya mulai mengalir membasahi jaket yang Bastian kenakan. Suasana yang damai tanpa penjelasan. Sebentar, Bastian menoleh mencari jawaban.
" maafin Luna....." rengek Luna dengan nada sendunya.
"lo berhak menolak ataupun menerima hati yang lo mau. Buat apa minta maaf" jawab Bastian mencoba untuk tegar.
"pak... Luna sayang sama bapak..
Mana mungkin Luna menolak" rangkulan Luna semakin erat.
Bastian terdiam, alisnya tampak mulai mengkerut. Terselip, rasa tidak percaya dari matanya.
"Luna...
Maksud lo?" Bastian memutar tubuhnya, menangkap bahu Luna yang hampir rapuh.
"Luna sayang...
Luna sayang sama pak Bastian,kenapa bapak pergi tanpa Luna?" Luna kembali menangis.
"lo?
Benar-benar terima gue Lun?" Bastian memperjelas.
(Marvel menghampiri keduanya)
" lo bego apa bodoh si Bas? Ya iyalah, dia cinta sama lo!! Kalo ngga cinta, ogah gue nganter dia sampe kesini demi lo."
Senyum dan tawa yang sudah lama tidak terlihat dari diri Bastian. Ia tarik dan peluk tubuh mungil Luna,dicium nya kening gadis itu dengan rasa sayang.
" obat nyamuk, obat nyamuk da....
Udah ah!!! Kita balik yuk" omel Marvel sambil berbalik menuju mobilnya.
Bastian dan Luna, melangkah dibelakang Marvel. Laki-laki yang baru saja menemukan tambatan hatinya itu tidak rela melepas tangan mungil gadis nya. Hati Luna senang, ia bangga melihat wajah laki-laki yang ia cintai dan berumur 13 tahun lebih tua darinya itu bisa tertawa sebahagia ini.
Mobil melaju dengan kecepatan rendah, tertinggal jauh dibelakang Marvel. Genggaman erat jemari Bastian tak lepas dari Luna. View yang ada disekitar mereka take mengalah kan keindahan wanita yang duduk bersandar dibahunya.
"pak, bapak lihat Deven ngga seharian kemaren?"
"iyah. Dia kemaren ngambil barang-barang dia pas kalian breakfast...
Aku juga males buat basa-basi nanya dia!!
Kenapa emangnya?" Bastian dengan nada datar.
"mm... Satu lagi. Stop panggil aku bapak. Pertama,kamu udah lama sekali bukan asistenku, kedua, ngga ada ya panggilan sayang kaya manggil bokapnya." protes Bastian.
"hahahaaa. Oke Baiklah, Bastian" Luna melempar senyum ledekan untuk kekasihnya itu.
"kamu nanya in Deven, kenapa emangnya?" Bastian kembali pada topik awal.
Luna, bercerita dengan jeli,dari awal hingga akhir. Mengisahkan Carissa yang memprihatinkan, dia sangat tertekan dan butuh banyak dukungan dari sahabat-sahabatnya. Terlepas dari raut wajahnya saat dia dan Deven mengumumkan berita pertunangannya. Carissa, yang ceria hilang berganti dengan Carissa sebagai sosok perempuan yang banyak diam dan merenung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
selama msh 1 (misal nih agamanya sama) tdk ada kt perbedaan usia, terpaut. Nabi Muhammad dg istri pertamanya ibunda Khodijah terpaut 20th lo..Siti Khodijah lebih tua. tp Nabi plg menyanyanginya..krn dr beliau anak2 Nabi lahir dr rahimnya.
2023-06-29
0