"pak, udah malem. Kita pulang ya?" bujuk Luna.
(Bastian)
"lo pulang dulu aja, gue masih nyaman disini."
Luna kembali membisu, pandangannya sesekali dipenuhi oleh Bastian, hatinya senang bisa berlama dengan laki-laki yang bisa membuatnya nyaman ini, tapi dibalik rasa senang itu ada kegundahan yang menyelimuti hatinya.
Luna tahu, Bastian pernah gagal menikah, dengan wanita yang telah lama ia pacari, wanita yang dia kagum-kagumi, wanita yang selalu dipuji-pujinya. Ditempat dan tanggal bahkan bulan yang sama dengan hari ini, Luna takut Bastian mengingat masa itu, ia takut jika kebrutalan kala itu terulang.
Wanita yang dia pikir setia ternyata telah mendua, wanita yang dia pikir baik ternyata berhati yang licik. Itu lah, sebagian kecil yang membuat Bastian susah membuka hati.
(Bastian )
"Lun, apa lo mau ngulangin apa yang pernah gue alami dulu ditempat ini?"
(Luna menatap Bastian)
"maksud bapak?"
(Bastian)
"kecewa,
Kesal,
Marah,
Sedih,
Patah hati,
Dan gue hampir gila...."
Luna memberanikan diri memegang tangan Bastian, bukan bermaksud kurang ajar, ia hanya berusaha membuatnya tenang.
"Bapak tenang aja, Luna bakal berusaha agar bapak tidak mengalami hal yang sama lagi.
Lebih baik sekarang kita pulang, banyak hal positif yang bisa bapak kerjakan. Disini, ditempat ini... Semua hanya akan mengulang kekecewaan bapak." Bujuk Luna.
Bastian menatap kaku Luna, ada benarnya apa yang diucapkan gadis ini. Ini hanya akan menyisakan duka, mengulang kembali goresan luka lama. Bukan, ini bukan tentang dia masih mencintai Sherly, wanita kejam yang hampir membuat nya gila. Namun, rasa dendam dan penyesalan akan keputusannya menikah secepat itu.
Satu hal yang Bastian telat menyadari, ia tidak merasa pernah bercerita dengan Luna. Bahkan, semua orang yang terlibat kala itu tidak ada lagi yang Bastian temui. Perasaan hancur dan malu menyerangnya saat menemui mereka yang terlibat.
--
"Lun, andai kau tahu, aku mengagumimu, akan keindahan dirimu,akan ketulusan hatimu...
Luna aku mencintaimu....tapi aku takut masa itu terulang..."
Bastian mengumpat dalam hati seiring deru suara mobil. Tiada suara yang mengiringi perjalanan mereka, kesunyian mencekam ditengah malam. Hanya erangan laju kendaraan yang bercerita ria.
" Bapak tidak perlu memikirkan, darimana saya tahu tentang masa lalu bapak,itu tidak penting"
Luna berputar badan lalu masuk ke rumah kost nya.
Mobil kembali melaju, lambat hingga mencapai kecepatan tinggi.
Ia merenung, hatinya bertanya heran tentang Luna. Namun, lidah nya malas berdebat dan memaksa gadis itu berkata jujur.
**
Drrtt drttt
"hai...
Luna, kau sudah bahagia dengan kehidupan barumu dikota?
Kau lupa, tentang aku yang selalu dan selalu merindukanmu..."
Luna merenggangkan matanya,tangannya mengucek lembut di dua kepolak matanya. Bibirnya tersenyum sumringah,membaca pesan singkat dari kontak yang dia namai kartika itu. Ia lalu berjalan, mengambil segelas air putih dan menyiapkan kopi untuk dirinya sendiri.
Hari itu, hari minggu,hari dimana Luna bisa mengistirahatkan diri sebentar jika tidak ada telponan mendadak dari Bastian.
" Luna...
Kam kejam.
Kamu nunggu tak kode baru mau telpon aku?"
Suara cempreng perempuan disebrang telpon. Perempuan itu ialah kartika, sahabat karib Luna waktu masih dikampung halaman.
Luna tertawa terbahak mendengar omelan Tika, ia memang sangat merindukan ocehan perempuan ini, sudah sekian bulan bahkan waktu mudik kemaren pun dia tidak menjumpai tika.
Mereka bercerita ngalor-ngidul , saling bertukar pengalaman selama berpisah, tertawa, bercanda, bernostalgia masa kecil mereka.
Menurut ceritanya, Tika menetap di Jakarta sekarang, mengikuti suaminya yang memang orang Jakarta. Iya, benar Tika sudah menikah, ia menikah dini karena hutang orang tua nya, hingga dia dipaksa menikah dengan adik sang rentenir. Tapi beruntunglah Tika dinikahi oleh orang yang memang baik,ya walau memang sangat over protektif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments