*EPISODE 10*

 

Ada rasa rindu yang menyelinap dihati Bastian. Mengoyak keinginan untuk menemui. Mencari celah waktu membawanya kembali ketitik kenyamanan. Luna telah mengisi kekosongan hati Bastian,mengisi setiap kejenuhan dan kesendirian di lubuk hatinya. Tiga hari berlalu,tanpa senyum manisnya, tanpa sinar sorot mata nya, wajahnya yang lugu dan hatinya yang mulia. Luna memanglah bukan wanita Bastian. Tapi, dengan status yang membatasi mereka sekarang cukup membuat Bastian merasa damai dan nyaman. Setiap harinya, ia terus dikejar bayangan Luna, Luna lagi, Aluna bestari. "*Gadis itu, seminggu pergi pasti sudah mampu membuatku gila*, " keluh Bastian mencela dirinya sendiri.

Berbeda dengan Bastian, justru Luna sedang merasakan kebebasan, kenyamanan yang selalu ia rindukan, pelukan hangat juga suasana yang benar-benar dia cintai. Ia kini bahagia bersama ibu dan adiknya. Ratna yang mulai bisa bersekolah lagi, ibunya yang tak lagi sakit-sakitan karena beban pikirannya. Luna, tersenyum melihat kedamaian yang keluarganya rasakan. Hati kecilnya tak bisa berbohong, dia merasa berhutang budi pada boss nya, Bastian Lukhmana.

--

"kenapa sih bro!! Muka dikusutin mulu"

Tegur Marvel yang baru tiba diruangan Bastian.

(Putri)

"Luna ngga masuk pak?"

(Bastian)

"ngga penting juga dia masuk"

(Marvel)

"ciih, ngga penting apa ngga penting?

Tu muka ditekut aja, paling juga karena rindu hahaa"

(Bastian)

"apa sih Vel?

Lo bisa diem ngga!! Ganggu orang kerja aja..."

Kegundahan hati Bastian berimbas pada teman-temannya,pada karyawan nya, pada asisten kantornya, Carissa. Semua tiada yang benar dimata Bastian,serba salah, serba tidak pas, ya walau itu hanya alasan dia untuk menyalurkan emosi nya, mengingkari hatinya, menyembunyikan kerinduan yang menusuk hatinya.

--

Delapan hari telah berlalu, Luna kembali ke Jakarta, masa cuti yang di ambilnya telah usai, masa indahnya bersama keluarganya telah habis. Kini, ia harus kembali kerja, kembali mengais rupiah demi sang Ibu dan Adek.

"Alunaaaa Bestariii......

Lo kemana aja heiii!!

Gara-gara lo, semua kenaa semprot bos !!

Lunaaaa cepat kerja dong, kita aman kalo ada lo!!" Cerocos Carissa saat menyadari telponnya telah diangkat.

( Luna menjauhkan telpon dari telinganya)

"Carissa zyla, kamu ngga perlu teriak-teriak. Aku ada dihalaman kantor sekarang."

Carissa berlari ke luar kantor.

"Lunaaa...

Rindu..."

(Luna)

"apa sih Car, lebay deh. Aku kan cuma seminggu doang dikampung,oh ya pak Bastian kemana?"

(Carissa)

"nah itu. Kita ngga tau, dari pagi marah mulu..

Terus dia pergi aja,, ngga pamitan ngga konfirmasi juga...

(Luna)

" dari pagi? "

(Carissa)

" he'emb!

Coba lo telfon gih...

(Luna)

"kalo bisa ditelfon juga aku ngga kesini lah Car. Dirumah juga ngga ada, aku pikir dia kesini...

Ya udah ya, aku mau cari dia dulu"

Aluna berbalik, wajahnya mulai gelisah. Tergambar raut kekhawatiran diwajahnya.

Dari cafe ke cafe telah Luna jelajahi, Marvel, Putri, juga si judes Tsania telah ia hubungi. Tak ada yang tau keberadaan Bastian, ia justru harus mendengar omelan dari Tsania.

"satu tempat lagi..." batin Luna.

--

Laki\-laki itu tengah duduk seorang diri dipinggir sebuah danau, pandangannya kosong. Ia berulang melempar batu ke tengah danau. Jelas sudah, jiwanya sedang terkoyak. Luna lama memperhatikan dari kejauhan, selangkah demi selangkah, ia mengayun kakinya mendekati Bastian. Ada pikiran yang Luna sembunyikan, perasaan takut dan rasa bersalah jika Bastian kembali ke masa lalu nya.

(Luna)

"pak Bastian,

Selamat sore"

Bastian menoleh ke arah Luna, pandangannya acuh. Ia membanting tubuhnya diatas rumput.

"lo tau gue disini."

(Luna)

"Luna dari pagi nyari bapak, dari rumah, kantor, cafe.....

Sampe kaki luna, bawa Luna kesini."

Luna duduk disebelah Bastian.

"bapak marah sama Luna?"

(Bastian bangkit dan duduk)

"marah?

Untuk apa gue marah sama lo"

"lo baru dateng?"

(Luna)

"dari pagi..

Luna telfon bapak pulihan kali, tapi ngga ada jawaban..."

(Bastian)

"lun...

Apa ketika lo nanti udah ngga kerja sama gue,

Lo udah ngga ketemu sama gue...

Apa lo bakal lupa sama gue?"

(Luna mengerutkan dahinya)

"bapak ini ada-ada saja,

Saya kan terikat kontrak sama bapak.

Saya bakal lama ada untuk bapak."

(Bastian)

"sebatas kerja?"

Luna tercengang, ia paham kemana arah pembicaraan Bastian. Ia tahu semua dari Bu Sandra. Namun, ia tak kuasa untuk menjawab, ia memilih diam.

"ah sudahlah,

Jangan terlalu kau fikirkan!

Mami ngomong apa sama kamu waktu itu?"

Pertanyaan Bastian kembali membuat Lunq tercengang, ia menghela nafas panjang dan memikirkan jawaban yang tepat agar Bastian tidak memaksa nya untuk bercerita.

"bapak yakin mau tahu tentang hal privatnya wanita?"

Bastian melongo, ah dia langsung malas untuk kembali bertanya tentang hal itu.

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

jdlh mantuku

2023-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!