Part 2 : Masa Lalu

Part 2 : Masa Lalu

Farel Bintang POV

Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.

 

Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengetahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.

Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.

 

"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.

"Cepat, jangan sampai kita dapat," kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.

"Ayo!" teriakku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.

Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.

Kedua temanku berteriak, "kami sampai!"

Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap untuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.

Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.

"Ga apa-apa, kau sudah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.

Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.

"Awas kalian! kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.

Aku tidak memperdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.

Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.

"Hei, ini punyamu. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.

"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.

"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.

"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.

Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.

"Siapa namamu?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.

"Apakah itu penting bagimu?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.

"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih." Ia terheran menatapku. "Sedang apa kau?"

Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika ditanya apa yang sedang aku lakukan.

"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.

"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman denganmu. Baiklah ... Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.

"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggumu, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum. "Oh iya, badanmu cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita,"

Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.

Seketika, aku kembali lagi ke masa di mana hidupku lebih datar. Ingatan itu begitu singkat di tengah wangi rayuan hujan yang belum turun.

Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.

Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.

"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.

"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.

Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.

"Kau, kan?" tanyaku.

"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"

Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.

"Oh, kau belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia **** senyum.

Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.

Ia benar-benar membenciku.

***

Terpopuler

Comments

Syafah Aisyah

Syafah Aisyah

ceritanya membuatku tak bisa berkata-kata lagi karna saking bagusnya😁

2020-10-20

0

Aau🐣💮🍭💮

Aau🐣💮🍭💮

ijin promo dong kak,jangan lupa mampir keceritaku juga yah
~ don't want to be alone
~kekuatan yang takkusadari

tebarkan like,vote,tinggalkan komen dan +fav
makasih buat yang udah mampir😊

untuk kakak semoga sukses,tetap semangat ya kak!😆aku mndukungmu😊😆makasih

2020-06-02

2

Kim joon

Kim joon

ululu

2020-05-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!