Part 20: Sejahat Inikah Cinta?

Part 20: Sejahat Inikah Cinta?

Alvia Darsya Putri

Rinai hujan tak selalu mewarnai, kadang berbadai bak hati nan terlukai.

   Aku mendapatkan kalimat tak lama setelah kami berjumpa. Rinai hujan yang kutunggu tak kunjung datang. Bagai mengharap bulan jatuh, aku berharap hujan tatkala mentari bersinar terang.

   Ia tak akan datang seperti senja yang selalu hadir ketika aku menginginkanya. Kucoba memposiskan diri sebagai penunggu hujan seperti yang biasa Farel lakukan.

Aku tertunduk di bawah kemilauan cahaya senja yang perlahan memudar. Hari pergi begitu saja tanpa memberikan setitik hujan kepadaku. Padahal aku seharian menunggunya sebagai pengganti rinduku pada sang penunggu hujan nan tengah terbaring sakit. Ingin sekali aku menjaganya, namun aku tahu batas apa yang kuperbuat. Ia bukanlah milikku. Kubiarkan Cessa melakukan hal itu.

Kutahu Cessa bukanlah kekasih Farel, namun tetap saja mereka terlihat dekat seperti sepasang kekasih. Sikap Cessa nan lembut menjadi penyeimbang hati nan dingin, seperti Farel. Aku sering mendengar cerita mereka yang melegenda di kalangan para siswa yang acap sekali membuat perasaan ini kembali bergejolak.

Melupakan seseorang tak seperti membalikkan telapak tangan. Tetap saja akan meninggalkan benih\-benih kecil yang pernah kita tanam. Benih\-benih itu bisa saja tumbuh dan memunculkan rasa itu kembali.

    Aku yakin benih itu kembali tumbuh di hatiku walaupun genggaman Azka selalu aku rasakan. Setiap aku mendengar cerita mengenai Farel dan Cessa, di situlah aku kembali merasakan kecemburuan. Aku tak munafik, aku masih mencintainya.

Pada awalnya hatiku terasa retak saat melihat mereka bermesraan. Kurasa tak ada sahabat yang melakukan hal\-hal seperti yang mereka lakukan. Pintu ruangan Farel terbuka begitu saja, dan aku melihat mereka berpelukan dengan mesra.

   Bau obat-obatan khas rumah sakit berganti dengan semerbak wangi tubuh Cessa. Aku merasa dipukul oleh kehangatan yang mereka buat. Namun, aku tetap tersenyum berpura-pura tidak tahu akan apa yang terjadi.

    Tak lama kemudian, aku mendengar kalimat yang tak pernah aku duga sebelumnya. Rasa hangat senja seakan berubah menjadi dingin tatkala hujan berkata.

"Kenapa aku harus cinta sama Alvia, bukannya sama kamu yang selalu peduli sama aku? Dan kenapa kamu nggak bisa cinta sama aku dan memilih Azka yang sama sekali nggak pernah peduli tentang kamu Cessa?"

   Kalimat yang membuatku menjadi orang baik dan jahat sekaligus. Aku seakan merasuki hitam putihnya dunia asmara. Sejak itu aku merasa semua yang terjadi kuharap hanyalah sebuah mimpi dan aku ingin mengulangnya dari awal lagi saat semuanya terlihat biasa-biasa saja.

"Alvia, aku bisa jelasin semua," kata Azka yang baru saja keluar dari rumah sakit. Aku sengaja mempercepat langkah untuk lebih cepat merenungi senja di sini.

"Nggak ada yang perlu dijelasin. Semuaya udah jelas. Aku merasa menjadi orang yang paling jahat karena udah ngerebut kamu dari Cessa," balasku. Azka memegang tanganku dengan lembut. Merasuki sela jemariku yang kecil. Cukup untuk menghangati jemariku yag terasa dingin. "Dan kamu masih mencintai Cessa." Perlahan kulepas sentuhan tangannya.

"Aku mencintai kamu, Cessa. Nggak akan ada orang lain." Ia kembali merebut tanganku. Terkesan memaksa walaupun aku sudah menolak untuk disentuh.

"Aku tahu alasannya kenapa Cessa dan Farel nggak akan pernah bisa untuk menjadi satu. Karena masing\-masing dari mereka mencintai orang lain dan orang lain itu adalah kita!"

Aku pergi meninggalkannya. Hatiku memaksa untuk pulang sendiri. Untuk pertama kali diriku merasa hina untuk diantar olehnya. Cahaya senja yang menerpa jalan seakan menuntunku untuk menempuh jalan tanpanya. Namun, langkahku terhenti oleh sebuah tangan yang menahanku.

"Kenapa kamu harus marah Alvia."

"Kenapa katamu? Pertama, Aku mencintai Farel sebelum kita bersama. Aku merasa bersalah karena udah mengabaikannya di saat aku mencintainya. Kedua, aku merasa hina di saat aku sadar jika udah ngerebut kamu dari teman aku sendiri. Seharusnya kita nggak bersama, Azka." Aku meninggalkannya. Azka tak memaksaku untuk pergi. Ia membiarkanku untuk pulang sendiri.

Air mataku menetes tatkala memandang bulan yang tersenyum. Membasahi pipiku hingga mengalir tumpah ke rerumputan. Hatiku tengah kacau oleh semua perasaan yang tercampur aduk menjadi satu. Bergejolak hebat membuat menyiksa batinku yang tengah rapuh. Aku tak tahu harus berbuat apa. Kenapa ia begitu kuat menahan perasaannya hingga ia semakin terpuruk saat ini? Aku yakin alasan ia jatuh sakit seperti ini adalah karena hubunganku dengan Azka.

Farel adalah orang yang kuat namun di sisi lain ia adalah orang yang lemah. Ia berhasil memikul semua beban yang menyiksa dirinya selama bertahun\-tahun. Di sisi lain ia lemah oleh cinta yang selama ini ia pendam. Aku tahu ia adalah orang yang pemalu akan hal itu, namun andai saja ia tidak terlambat sedikit pun menyatakan perasaannya, ia tidak akan seperti ini. Begitu pula Cessa, Cessa bisa kembali mendapatkan Azka yang sudah ia sukai selama ini.

Make up yang kukenakan telah luntur disapu air mata. Aku masih saja belum masuk ke dalam rumah dan tetap bertahan di pekarangan rumah. Kucoba tuk merenungi semuanya dan bercerita pada bulan dan bintang di atas sana.

   Langit yang dihiasi oleh awan gelap menutup sebagian bulan yang tengah memantulkan sinar mentari. Aroma malam yang khas lengkap dengan dingin nan menusuk menjadi hal yang biasa oleh penyendiri di ujung malam. Menikmati semuanya sembari merenungi.

Sorot cahaya lampu mobil berbekas di pepohonan. Suara pintu mobil tertutup terdengar tak lama kemudian. Pria bermata oriental itu menampakkan diri di ujung sana. Berdiri sambil menatapku nan tengah terduduk menatap langit malam. Langkahnya yang besar menjemputku ke sini. Tak ada senyum yang terlukis, yang ada hanyalah sisa isakan tangisku yang belum habis.

"Alvia, kamu baik aja?" tanya dirinya. Ia duduk disampingku dan entah kekuatan apa yang membuatku langsung mendarat ke pundaknya. Bukankah seorang kekasih biasa melakukan hal yang seperti ini? hanya saja menjadi canggung ketika semuanya yang telah terjadi.

"Aku nggak baik aja Azka. Aku bingung harus apa. Cessa, Farel, Kamu. Aku bingung," jawabku. Air mataku terus saja mengalir. Tak ada kata henti baginya.

"Kamu butuh waktu untuk semua ini. Aku yakin seiring waktu yang berjalan, ini semua akan menjadi hal yang biasa bagi kita,"

"Apa yang terjadi pada Farel?" tanyaku.

Ia mengehela nafas sebentar mencari kata\-kata yang akan ia sebutkan. Aku yakin ini adalah pertanyaan yang sulit bagi dirinya untuk menceritakan semuanya. Aku tak memungkiri jika banyak hal yang ia sembunyikan mengenai Farel dariku.

Azka menjawab pertanyaanku, "Depresi Farel kembali muncul. Farel nggak bisa tidur beberapa hari ini sampai membuat dirinya sakit kaya gini. Dan ...." Kalimat Azka terputus.

"Dan apa?"

"Kamu jangan kaget kalau Farel pernah menjadi pecandu obat\-obatan penenang. Ini nggak ada hubungannya dengan kasusnya di Jakarta. Ia menjadi pecandu semenjak di Pekanbaru. Semua masalah itu yang membuatnya seperti itu. Namun, ia sudah sembuh berkat Cessa dan ayahnya. Akhir\-akhir ini dia mulai lagi."

Aku menggigit jari mendengar pengakuan Azka. Tak kusangka Farel sampai berani melakukan hal\-hal yang berbahaya seperti itu. Yang kulihat dari Farel hanyalah anak baik yang selalu pendiam dan tak banyak tingkah. Namun, aku tak mengenalnya lebih mendalam. Hidupnya lebih berat dari yang kuduga.

"Aku orang yang jahat sampai nyakitin dua orang sekaligus," kataku. Tangan Azka mengelus rambutku perlahan. Terasa nyaman bagiku, Memberiku sedikit rasa tenang.

"Nggak, kamu orang baik, kok. Nggak semua yan terjadi adalah salah kamu." Ia mengecup rambutku.

   Azka adalah orang yang manis dan romantis. Selalu saja membuatku nyaman oleh semua perlakuan lembutnya. Namun, di hatiku menyimpan dua pria sekaligus, hanya saja rasa sayangku cenderung kepada sang penunggu hujan.

***

Terpopuler

Comments

Adskhan Shakti

Adskhan Shakti

bagusss bgt bgt

2020-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!