Assena melangkah memasuki rumah. "Bagaimana sekolahmu hari ini sayang?" Tanya Evelin yang duduk menonton televisi.
Assena berhenti sejenak, menoleh sedikit dengan wajah datarnya dan berlalu pergi menaiki tangga.
Evelin hanya terdiam menatap Assena yang berlalu pergi, ia memakluminya atas sikap Assena.
Malam harinya, saat makan malam Assena menolak makan malam bersama, ia menyuruh bi Nem untuk mengantarkan makan malam ke kamarnya.
Dikamar yang gelap Assena berbaring di tempat tidur, tapi matanya susah untuk terpejam, ia hanya berguling kesana kemari.
Perlahan pintu terbuka, seseorang melangkah masuk. Assena pura-pura tertidur, seseorang itu tak lain adalah Evelin.
Evelin perlahan menaikan selimut ke tubuh Assena, mengusap lembut rambutnya, mengecup keningnya. "Ibu menyayangimu, ibu sedih kau membenci ku, tapi aku harus menerimanya. semoga suatu saat nanti kau bisa memaafkanku. Aku sungguh menyayangimu." Bisik Evelin sembari mengecup kening Assena sekali lagi.
Evelin pergi, Assena membuka mata ia menghembuskan nafas perlahan.
"Entahlah itu palsu atau sebuah kebenaran, aku belum bisa menganggapnya, bayangan ibu masih berputar di kepalaku, aku benci kalian semua." Gumamnya dalam hati.
Ia menyingkab selimut lalu bangun dan melangkah menghampiri poto ibunya. Menatap dalam-dalam, sehingga kenangan bersama ibunya kembali tergambar dalam ingatannya. Air matanya menetes sesekali menyebut nama ibunya, mendekap poto itu dalam pelukannya dan membawa ke tempat tidur. Sehingga ia terlelap dengan memeluk poto ibunya.
**
"Ayahmu menghianati kita, dia tidak menginginkan kita lagi, dia ingin membuang kita."
"Ayahmu menghianati kita, dia tidak menginginkan kita lagi, dia ingin membuang kita."
"Ayahmu menghianati kita, dia tidak menginginkan kita lagi, dia ingin membuang kita." Teriakan seorang wanita yang menangis dan terus menjerit-jerit. Keadaannya yang nampak menyedihkan, di ruang kamar yang berantakan. Begitu memilukan.
Ternyata itu hanya mimpi.
Assena langsung terbangun dari tidurnya, napasnya memburu dan juga keringat dingin bercucur di sekujur tubuhnya.
Mimpi buruk saat menyaksikan ibunya dalam keadaan menyedihkan itu, kerap menghantui setiap malam.
Ia bergegas mengambil segelas air putih dan meminumnya. Ia duduk terdiam mengingat lagi apa yang ada dalam mimpinya.
"Bagaimana aku bisa memaafkan kalian semua, sedang penderitaan ibu selalu menghantuiku setiap malam." Teriak Assena sembari menangis dan tersungkur duduk di lantai. Ia memeluk tubuhnya sendiri dan terus menagis.
**
Pagi
Ceklek, pintu terbuka. "Sayang bangun, kenapa tidur di lantai apa yang terjadi?" Ucap Evelin yang terkejut sambil menggoyangkan bahu Assena.
Mata Assena mengerjap perlahan, mengamati siapa yang ada di depanya.
"Lepaskan!" Ucap Assena saat kesadarannya penuh dan langsung menepiskan tangan Evelin.
"Cepatlah mandi dan turun untuk sarapan, nanti terlambat sekolah." Kata Evelin tersenyum.
Assena tak menanggapinya dan berlalu pergi ke kamar mandi. Evelin hanya menggeleng dan tersenyum.
--
Di meja makan.
"Ayo sarapan dulu sayang!" Ucap Arkan tersenyum.
Assena hanya meminum segelas susu. Seoalah tidak menganggap keberadaan mereka di meja makan, Assena alu bangkit berdiri saat semuanya masih menyantap sarapan. Ia melangkah keluar tanpa pamit.
"Pak ayo berangkat!" Ucap Assena pada pak Sur yang sudah menunggu di depan rumah.
Sedang Isabella selalu diantar oleh Evelin, karena Assena menolak di antar oleh Evelin maka Arkan mengkhususkan pak Sur untuk antar jemput Assena.
"Baik nona," ucap pak Sur segera membuka pintu untuk Assena.
Ponsel milik Assena bergetar, ia membukanya (Sena hari ini aku tidak masuk sekolah, ada acara keluarga, maafkan yah kau jadi duduk sendiri. Jangan rindu yah hehe) pesan dari Jasmine.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Yhu Nitha
like 1
2020-08-28
1
𝑵𝒂𝒂𝑬𝒓𝒏𝒂𝒂02
masih disini
2020-08-13
1
Priska Anita
Like disini juga thor 💜
2020-08-12
1