Dua

Daniel menuruni anak tangga satu per satu dengan langkah santai. Ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya, menunjukkan pukul 7 tepat. Kuliahnya dimulai 3 jam lagi, sebelum pergi ke kampus Daniel berniat mencari beberapa buku di toko buku dekat butik Kakaknya.

"Sarapan dulu Daniel." Tegur Mama Daniel yang sedang menuangkan air putih ke dalam gelas di depan suaminya.

"Aku mau sarapan di rumah Kak Atalie aja." Sahut Daniel.

"Duduk dulu Daniel." Ujar Papa Daniel dengan nada datar tapi sanggup membuat Daniel menuruti permintaannya. Daniel bergegas menghampiri meja makan lalu duduk berhadapan dengan Mamanya.

"Papa harap kamu nggak ikut-ikutan Kakak kamu." Nada bicara Papa Daniel dingin tanpa melihat lawan bicaranya justru sibuk mengaduk bubur kacang merah yang masih berasap. "Semoga Atalie menjadi anggota pertama dan terakhir yang telah berpindah keyakinan." Tambahnya.

Daniel hanya manggut-manggut tanpa menanggapi ucapan Papa nya.

"Papa nggak pernah benci sama Atalie atau Umar dengan keluarganya, hanya saja hati kecil Papa nggak bisa terima karena dari kecil Mama dan Papa mendidik kalian menjadi umat yang taat."

"Yah.." Daniel kembali mengangguk beberapa kali. Daniel belum memiliki keyakinan mengikuti jejak Kakaknya memeluk islam, lagi pula ia tidak sanggup jika harus melakukan ibadah 5 kali sehari atau puasa satu bulan. Pergi ke gereja setiap minggu saja ia jarang melakukannya. Dulu ia memang rajin beribadah saat duduk di sekolah menengah, tapi entah kenapa sekarang ada saja alasannya untuk tidak pergi ke gereja.

"Kalau gitu Daniel berangkat dulu ya." Daniel beranjak dari duduknya setelah menerima anggukan dari kedua orangtuanya.

Lelaki bermata sipit itu mengendarai mobilnya menuju rumah Aisyah yang jaraknya tidak terlalu jauh bahkan tak jarang Daniel tidur di rumah Kakak perempuannya itu. Setiap kali berada disana, Daniel merasa hatinya lebih tenang entah kenapa, ia tidak tau alasannya.

Sekitar 10 menit kemudian Daniel sudah sampai di depan rumah tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumahnya dengan cat dominan putih dan gerbang berwarna hitam. Daniel turun dari mobil untuk membuka gerbang yang tidak terkunci.

"Loh Mas Daniel kok nggak klakson aja biar saya bukain gerbangnya." Seorang satpam rumah menegur Daniel.

"Udah biasa pak." Daniel tersenyum.

"Saya saja yang masukin mobilnya mas." Tawar satpam yang biasa menjaga gerbang tersebut.

"Oh nggak usah, saya cuma sebentar mau numpang sarapan." Daniel terkekeh. "Biarin disitu aja deh."

"Baik kalau gitu." Satpam tersebut mengangguk patuh. Sedangkan Daniel masuk ke dalam rumah yang sepi. Maklum Aisyah dan suaminya hanya tinggal berdua kadang Daniel ingin sekali mendengar suara tangisan bayi, tapi sayang Kakak nya belum bisa memberinya keponakan walaupun telah 2 tahun menikah.

Senyum Daniel mengembang ketika melihat Aisyah memasak sedangkan Umar suaminya merangkul dari belakang. Daniel berdehem agar mereka berdua sadar bahwa ada orang lain disini.

"Daniel." Umar menyapa Daniel setelah melepas pelukannya pada Aisyah. "Duduk, kita sarapan bareng ya."

"Aku kesini memang mau sarapan." Ucap Daniel santai sembari duduk di salah satu kursi meja makan.

"Kamu kuliah pagi hari ini?" Aisyah meletakkan semur daging di atas meja makan yang baru diangkat dari wajan.

"Iya nanti jam sepuluh, aku mau cari buku dulu di toko deket kos nya Ica."

Aisyah memberikan piring yang sudah berisi nasi pada suaminya lalu pada Daniel.

"Makan ini." Umar menyodorkan sebuah kurma di dekat mulut Daniel.

"Apa?" Daniel melihat kurma di tangan Umar penasaran, ia tak pernah tahu buah tersebut sebelumnya. Daniel hendak mengambil alih buah itu dari tangan Umar tapi kakak iparnya itu tidak memperbolehkannya.

"Buka aja mulutmu." Ujar Umar, Daniel menurut saja. "Kunyah perlahan." Titah Umar.

"Enak." Daniel manggut-manggut sambil mengunyah buah kurma yang kering, rasanya legit dan sangat manis membuatnya ingin makan satu buah lagi. "Aku mau satu lagi, atau dua.." Daniel melihat Umar yang sedang memperhatikannya.

"Makanlah tujuh." Ucap Aisyah yang langsung disambut seruan gembira di Adiknya karena boleh memakan banyak buah yang sangat lezat itu.

Daniel memakan satu per satu buah yang disediakan pada toples di meja, ia menikmati setiap buahnya. Sedangkan Umar dan Aisyah memulai sarapannya karena sudah makan kurma sebelum Daniel datang.

******

Daniel berjalan menuju meja kasir setelah mendapat 3 judul buku yang ia inginkan.

"Ini aja mas?" Seorang laki-laki yang merupakan pegawai toko buku milik Arfan melayani Daniel yang hendak membayar bukunya. Daniel menjawabnya dengan anggukan.

"Tiga ratus tujuh puluh lima." Lelaki tersebut menyebutkan nominal harga buku yang telah dibeli Daniel. Ia memasukkan tiga buku milik Daniel ke dalam goodie bag berwarna coklat.

"Eh masukin kesini aja." Daniel menunjukkan tas punggung miliknya yang sudah terbuka. Pegawai tersebut menuruti permintaan Daniel. "Makasih ya." Daniel menyodorkan 4 lembar seratus ribuan lalu mengenakan tas nya lagi setelah mendapatkan uang kembalian.

Daniel melihat perempuan yang tidak asing baginya tengah duduk di salah satu kursi di depan toko buku, dengan semangat ia menghampiri Ica yang sedang serius melihat layar laptopnya di atas meja.

"Dek Ica!" Daniel menyapa Ica ramah lengkap dengan senyum manisnya.

Ica mendongak dan membalas sapaan Daniel.

"Lagi sibuk?" Tanya Daniel.

"Iya, ngerjain tugas, Kak Daniel lagi cari buku?" Ica melihat Daniel sesaat.

"Iya udah dapat, aku boleh duduk disini nggak?"

"Boleh." Ica mengangguk disertai senyum tipis. Daniel duduk menghadap Ica dipisahkan oleh meja berbentuk lingkaran. "Kak Daniel belum berangkat kuliah?" Tanya Ica tanpa melihat Daniel yang berada di hadapannya.

"Belum, masih jam sepuluh kuliah dimulai." Daniel memperhatikan Ica yang kembali fokus pada laptopnya. Daniel berpikir bahwa dirinya kurang menarik karena Ica tidak pernah melihatnya lebih dari 5 detik.

"Kampus Kak Daniel yang dimana?"

"Di SMAN 1 Giri." Daniel tidak mengalihkan pandangannya dari wanita cantik yang tidak sadar bahwa lelaki di depannya sedang mwmperhatikannya. "Dek Ica berangkat kuliah sama siapa?"

"Sendiri, lagian tinggal jalan kaki ke kampus." Ica tersenyum membuat sudut bibir Daniel ikut tertarik untuk membentuk senyuman manis. "Aku ke dalam dulu ya Kak sebentar." Ica beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan Daniel sebelum lelaki itu menjawab ucapannya. Ica berjalan masuk ke dalam toko buku untuk mengembalikan flashdisk milik Arfan yang dipinjamkan kepadanya untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Daniel tertarik pada buku tebal di samping laptop Ica, ia mengambilnya lalu membuka halaman pertama. Daniel mengerutkan kening karena buku tersebut memiliki tulisan arab, ia tidak asing dengan buku tersebut karena sering menjumpainya di rumah Aisyah bukan hanya satu tapi banyak. Daniel penasaran pada isi buku tersebut, ia berniat mencari tahu pada Ica sebentar lagi.

"Jangan!" Ica menyambar Al-qur'an dari tangan Daniel dan langsung mendekapnya dengan mata berkaca-kaca membuat Daniel kebingungan.

"Maaf Dek Ica, aku cuma buka halaman pertama dan nggak tahu isi di dalamnya, kamu nggak usah khawatir kalau buku tersebut rahasia." Daniel merasa bersalah karena telah membuat Ica menangis. "Maaf.." ucap Daniel sekali lagi. "Aku janji nggak akan penasaran lagi sama barang-barang kamu, maaf aku lancang, jangan nangis." Ingin sekali Daniel menghapus air mata yang meleleh di pipi Ica tapi tidak mungkin. Daniel menghormati perempuan di depannya yang selalu menjaga diri dengan menutup aurat.

"Kak Daniel maaf, ini Al-qur'an, Kakak nggak boleh pegang." Jelas Ica dengan suara gemetar sembari mengusap air matanya.

Daniel berusaha mencerna ucapan Ica tapi tidak bisa mengerti. Mungkin itu batasan umat islam terhadap agama lain.

"Sekali lagi aku minta maaf, kamu jangan nangis lagi.." Pinta Daniel, entah kenapa hatinya sakit melihat Ica menangis apalagi dirinya yang telah membuat gadis cantik itu menangis.

"Kak Daniel nggak salah, tadi aku reflek aja terus tiba-tiba nangis." Ica tersenyum sambil melihat Daniel sesaat.

"Nanti aku bawain martabak ya ke Butik sebagai permintaan maaf."

"Oh jadi Kak Daniel mau nyogok aku pakai martabak?" Ica pura-pura memasang wajah marah membuat Daniel gemas ingin mencubit pipinya.

Daniel tertawa melihat reaksi Ica yang tidak disangkanya.

"Kalau nggak mau martabak, kamu mau apa?" Tanya Daniel setelah menghentikan tawanya.

"Kak Daniel kan calon dokter hewan kenapa nggak bawain binatang aja?" Ica tertawa singkat hingga pipinya bersemu merah.

"Boleh juga." Daniel tersenyum lebar.

"Aku cuma bercanda, nggak serius." Tangan Ica menutupi mulutnya yang tersenyum lebar Akhirnya Daniel jadi mendapat ide untuk memberi hadiah pada Ica.

Tidak terasa karena terlalu asyik mengobrol, satu jam sudah mereka lalui. Daniel pamit pada Ica karena harus segera berangkat kuliah yang kampusnya berada di SMAN 1 Giri, UNAIR Banyuwangi belum memiliki kampus sendiri sehingga harus melakukan proses belajar disana.

Daniel tampak memperhatikan Ica dari dalam mobil sebelum meninggalkan kawasan toko buku. Ia tidak bisa berhenti tersenyum setelah bertemu dengan gadis cantik itu.

Sementara itu Arfan bingung melihat isi flashdisk yang baru saja dikembalikan oleh Ica. Terdapat banyak foto Akhwat bercadar berfoto dengan Ica. Arfan segera mencabut flashdisk tersebut lalu berjalan keluar toko untuk menghampiri Ica karena flashdisk mereka tertukar.

"Ica!" Seru Arfan menghampiri Ica yang baru saja menutup laptopnya.

"Kenapa Kak?" Ica beranjak dari duduknya.

"Flashdisk nya ketuker Ca." Arfan menyodorkan flashdisk milik Ica.

"Oh ya?" Ica mengambil flashdisk di dekat ponsel dan laptopnya. "Maaf ya Kak Arfan, untung Kakak langsung tahu kalau flashdisk nya ketuker." Ica tersenyum sambil menukarkan flashdisk milik mereka.

"Belum berangkat kuliah?" Tanya Arfan melihat Ica sendiri. Tadi ia melihat ada seorang laki-laki mengenakan jas almamater UNAIR mengobrol akrab dengan Ica. Arfan jadi penasaran apa hubungan mereka.

"Iya ini mau berangkat." Ica membereskan barang-barangnya di atas meja lalu memasukkan ke dalam tas.

"Oh iya Ica, jangan lupa hari Ahad kita ada bakti sosial di daerah Giri, berangkat pagi."

"Baik." Ica mengangguk mengerti. "Kalau gitu aku nanti kasih tahu yang lain."

"Iya." Arfan tersenyum canggung sambil mengangguk beberapa kali. Ia merasa canggung ketika berdua seperti ini karena mereka jarang sekali bicara hanya berdua.

"Aku berangkat dulu Kak Arfan." Ica tersenyum tipis sebelum meninggalkan Arfan.

Arfan kembali masuk ke dalam toko bukunya setelah Ica tidak lagi terlihat dari pandangannya. Setiap sebulan sekali anggota Rohani Islam mengadakan acara bakti sosial, membagikan makanan, pakaian baru maupun bekas layak pakai kepada siapapun yang membutuhkan. Anggota laki-laki dan perempuan Rohis terpisah namun ketika ada acara mereka akan bersama-sama melakukan kegiatan tersebut.

Arfan Khalif Ahmad

Alisha Sabiya Nadifah

Daniel Alindra

Terpopuler

Comments

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Novel nya seru 🤭🤭

2023-07-20

1

mba_yulibae

mba_yulibae

Daniel nya ganteng bingitz 😍

2022-09-28

0

Nur hikmah

Nur hikmah

arfan kelihatan imut bngt lbh muda dri umurya...klw daniel....cocok bngt...pas..mntep lh

2021-07-24

1

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Puluh Satu
22 Dua Puluh Dua
23 Dua Puluh Tiga
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Dua Puluh Delapan
29 Dua Puluh Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Puluh Satu
32 Tiga Puluh Dua
33 Tiga Puluh Tiga
34 Tiga Puluh Empat
35 Tiga Puluh Lima
36 Tiga Puluh Enam
37 Tiga Puluh Tujuh
38 Tiga Puluh Delapan
39 Tiga Puluh Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Puluh Satu
42 Empat Puluh Dua
43 Empat Puluh Tiga
44 Empat Puluh Empat
45 Empat Puluh Lima
46 Empat Puluh Enam
47 Empat Puluh Tujuh
48 Empat Puluh Delapan
49 Empat Puluh Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Puluh Satu
52 Lima Puluh Dua
53 Lima Puluh Tiga
54 Lima Puluh Empat
55 Lima Puluh Lima
56 Lima Puluh Enam
57 Lima Puluh Tujuh
58 Lima Puluh Delapan
59 Lima Puluh Sembilan
60 Enam Puluh
61 Enam Puluh Satu
62 Enam Puluh Dua
63 Enam Puluh Tiga
64 Enam Puluh Empat
65 Enam Puluh Lima
66 Enam Puluh Enam
67 Enam Puluh Tujuh
68 Enam Puluh Delapan
69 Enam Puluh Sembilan
70 Tujuh Puluh
71 Tujuh Puluh Satu
72 Tujuh Puluh Dua
73 Tujuh Puluh Tiga
74 Tujuh Puluh Empat
75 Tujuh Puluh Lima
76 Tujuh Puluh Enam
77 Tujuh Puluh Tujuh
78 Tujuh Puluh Delapan
79 Tujuh Puluh Sembilan
80 Delapan Puluh
81 Delapan Puluh Satu
82 Delapan Puluh Dua
83 Delapan Puluh Tiga
84 Delapan Puluh Empat
85 Delapan Puluh Lima
86 Delapan Puluh Enam
87 Delapan Puluh Tujuh
88 Delapan Puluh Delapan
89 Delapan Puluh Sembilan
90 Sembilan Puluh
91 Sembilan Puluh Satu
92 Sembilan Puluh Dua
93 Sembilan Puluh Tiga
94 Sembilan Puluh Empat
95 Sembilan Puluh Lima
96 Sembilan Puluh Enam
97 Sembilan Puluh Tujuh
98 Sembilan Puluh Delapan
99 Sembilan Puluh Sembilan
100 Seratus
101 Seratus Satu
102 Seratus Dua
103 Seratus Tiga
104 Seratus Empat
105 Seratus Lima
106 Seratus Enam
107 Seratus Tujuh
108 Seratus Delapan
109 Seratus Sembilan
110 Seratus Sepuluh
111 Seratus Sebelas
112 Seratus Dua Belas
113 Seratus Tiga Belas
114 Seratus Empat Belas
115 Seratus Lima Belas
116 Seratus Enam Belas
117 Seratus Tujuh Belas
118 Seratus Delapan Belas
119 Seratus Sembilan Belas
120 Seratus Dua Puluh
121 Seratus Dua Puluh Satu
122 Seratus Dua Puluh Dua
123 Seratus Dua Puluh Tiga
124 Seratus Dua Puluh Empat
125 Seratus Dua Puluh Lima
126 Seratus Dua Puluh Enam
127 Seratus Dua Puluh Tujuh
128 Seratus Dua Puluh Delapan
129 Seratus Dua Puluh Sembilan
130 Seratus Tiga Puluh
131 Seratus Tiga Puluh Satu
132 Seratus Tiga Puluh Dua
133 Seratus Tiga Puluh Tiga
134 Seratus Tiga Puluh Empat
135 Seratus Tiga Puluh Lima
136 Seratus Tiga Puluh Enam
137 Seratus Tiga Puluh Tujuh
138 Seratus Tiga Puluh Delapan
139 Seratus Tiga Puluh Sembilan
140 Seratus Empat Puluh
141 Seratus Empat Puluh Satu
142 Seratus Empat Puluh Dua
143 Seratus Empat Puluh Tiga
144 Seratus Empat Puluh Empat
145 Seratus Empat Puluh Lima
146 Seratus Empat Puluh Enam—End
147 Ekstra Part
148 Big Thanks
149 Assalamualaikum teman-teman!
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Puluh Satu
22
Dua Puluh Dua
23
Dua Puluh Tiga
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Dua Puluh Delapan
29
Dua Puluh Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Puluh Satu
32
Tiga Puluh Dua
33
Tiga Puluh Tiga
34
Tiga Puluh Empat
35
Tiga Puluh Lima
36
Tiga Puluh Enam
37
Tiga Puluh Tujuh
38
Tiga Puluh Delapan
39
Tiga Puluh Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Puluh Satu
42
Empat Puluh Dua
43
Empat Puluh Tiga
44
Empat Puluh Empat
45
Empat Puluh Lima
46
Empat Puluh Enam
47
Empat Puluh Tujuh
48
Empat Puluh Delapan
49
Empat Puluh Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Puluh Satu
52
Lima Puluh Dua
53
Lima Puluh Tiga
54
Lima Puluh Empat
55
Lima Puluh Lima
56
Lima Puluh Enam
57
Lima Puluh Tujuh
58
Lima Puluh Delapan
59
Lima Puluh Sembilan
60
Enam Puluh
61
Enam Puluh Satu
62
Enam Puluh Dua
63
Enam Puluh Tiga
64
Enam Puluh Empat
65
Enam Puluh Lima
66
Enam Puluh Enam
67
Enam Puluh Tujuh
68
Enam Puluh Delapan
69
Enam Puluh Sembilan
70
Tujuh Puluh
71
Tujuh Puluh Satu
72
Tujuh Puluh Dua
73
Tujuh Puluh Tiga
74
Tujuh Puluh Empat
75
Tujuh Puluh Lima
76
Tujuh Puluh Enam
77
Tujuh Puluh Tujuh
78
Tujuh Puluh Delapan
79
Tujuh Puluh Sembilan
80
Delapan Puluh
81
Delapan Puluh Satu
82
Delapan Puluh Dua
83
Delapan Puluh Tiga
84
Delapan Puluh Empat
85
Delapan Puluh Lima
86
Delapan Puluh Enam
87
Delapan Puluh Tujuh
88
Delapan Puluh Delapan
89
Delapan Puluh Sembilan
90
Sembilan Puluh
91
Sembilan Puluh Satu
92
Sembilan Puluh Dua
93
Sembilan Puluh Tiga
94
Sembilan Puluh Empat
95
Sembilan Puluh Lima
96
Sembilan Puluh Enam
97
Sembilan Puluh Tujuh
98
Sembilan Puluh Delapan
99
Sembilan Puluh Sembilan
100
Seratus
101
Seratus Satu
102
Seratus Dua
103
Seratus Tiga
104
Seratus Empat
105
Seratus Lima
106
Seratus Enam
107
Seratus Tujuh
108
Seratus Delapan
109
Seratus Sembilan
110
Seratus Sepuluh
111
Seratus Sebelas
112
Seratus Dua Belas
113
Seratus Tiga Belas
114
Seratus Empat Belas
115
Seratus Lima Belas
116
Seratus Enam Belas
117
Seratus Tujuh Belas
118
Seratus Delapan Belas
119
Seratus Sembilan Belas
120
Seratus Dua Puluh
121
Seratus Dua Puluh Satu
122
Seratus Dua Puluh Dua
123
Seratus Dua Puluh Tiga
124
Seratus Dua Puluh Empat
125
Seratus Dua Puluh Lima
126
Seratus Dua Puluh Enam
127
Seratus Dua Puluh Tujuh
128
Seratus Dua Puluh Delapan
129
Seratus Dua Puluh Sembilan
130
Seratus Tiga Puluh
131
Seratus Tiga Puluh Satu
132
Seratus Tiga Puluh Dua
133
Seratus Tiga Puluh Tiga
134
Seratus Tiga Puluh Empat
135
Seratus Tiga Puluh Lima
136
Seratus Tiga Puluh Enam
137
Seratus Tiga Puluh Tujuh
138
Seratus Tiga Puluh Delapan
139
Seratus Tiga Puluh Sembilan
140
Seratus Empat Puluh
141
Seratus Empat Puluh Satu
142
Seratus Empat Puluh Dua
143
Seratus Empat Puluh Tiga
144
Seratus Empat Puluh Empat
145
Seratus Empat Puluh Lima
146
Seratus Empat Puluh Enam—End
147
Ekstra Part
148
Big Thanks
149
Assalamualaikum teman-teman!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!