"Ayah sebenarnya ada apa ?" tanya Yiwen duduk menyilangkan ke dua kakinya. Bersandar di sofa.
Ayahnya sudah membuat dua gelas kopi di meja. Nampaknya sudah mulai dingin.
"Kalian selama beberapa hari jangan melaksanakan misi dulu, ayah mencium hal mencurigakan. Dari tadi ada seseorang yang mengintai rumah kita. Ayah duduk di depan mencoba cari tau siapa yang berani mengintai kita. Sepertinya misi kalian kali ini teramat sulit beda dari misi sebelumnya. Dan para musuh sudah tahu keberadaan kalian jadi kalian harus lebih berhati hati dalam bertindak. Jika kalian di sini kalian akan aman rumah ini sudah aku rancang khusus untuk kselematan kita" ucap Ayah Yiwen menyedu secangkir kopi. Dan berhenti sejenak meletakkan kembali di meja.
"Aku curiga dengan misi Yiwen kali ini, karena kecerobohannya dalam bertindak dia harus dapat masalah. Ada seseorang yang mengikuti kita di jalan. Dia bisa menemukan kita karena alat pelacak yang terpasang di tubuh yiwen" ucap Feng yin.
"Pasti ini karena kecerobohan kamu lagi" ucap Wo Jian menunjuk ke arah Yiwen.
Yiwen merasa selalu di sudutkan, ia mengerutkan bibir, dengan kaki bersila di atas sofa ia melempar wajah nya ke arah berlawanan. Yiwen terlihat ngambek dengan kata kata ayahnya tadi. Ia selalu di salah kan dan disudutkan tidak pernah di puji saat misinya berhasil. Meskipun memang kenyataannya sii. Ia kadang selalu ceroboh. Tapi dia merasa tidak salah dia sudah berhati hati dalam bertindak. Namun ada saja halangan yang membuat misi nya selalu gagal. Tapi baru kali ini gagal karena misi ini membuat ia harus berkali kali mencoba menerobos masuk ke ruang dokumen, Tapi tidak juga berhasil. Selalu saja bertemu dengan lian yin pria psiko itu.
Feng yin dan Wo jian terus berbincang tanpa menghiraukan yiwen yang lagi ngambek. Merasa tidak di hargai Yiwen beranjak berdiri, ia terus memalingkan wajahnya tanpa memandang ayahnya dan Feng yin. Ia berjalan menaiki tangga dengan langkah terburu-buru.
"Pama! Yiwen??" Feng yin memandang Yiwen yang terlihat kesal.
"Biarkan saja dia nanti juga turun sendiru" ucap ayah Yiwen.
"Feng yin aku mau berbicara pada mu! " ucap Wo Jian menarik tangan Feng yin. Mencegah dia untuk pergi menemui Yiwen.
"Baik, paman." ucap Feng yin beranjak duduk kembali.
"Misi kali ini sepertinya kalin akan berurusan dengan kalangan mafia dari barat namun jika kalian butuh bantuan. Ada seseorang yang akan membantu mu nanti nya" ucap Wo Jian
Mereka berdua terus berbincang tanpa menghiraukan Yiwen yang masih ngambek berjalan ke kamarnya. Yiwen membanting pintu kamar nya.
"Brakkkk..." suara pintu kamar yang terdengar sangat jelas.
Hingga membuat ayah Yiwen dan Feng yin menghentikan pembicaraannya terkejut.
Yiwen terbelalak seketika melihat ada sepucuk surat di meja dekat jendela, "Siapa yang taruh ini" ucap Yiwen ia segera membuka secarik surat itu.
"Cepat turun dan temui aku di taman dekat rumah kamu. Aku akan tunggu kamu di sini. Jika kamu berani tidak datang aku akan meledakan rumah kamu dengan mudah hanya dalam hitungan detik nasib semua orang ada di tangan kamu" Yiwen mencengkeram kertas utu menjadi gumpalan, lalu membuang secarik surat itu ke segala arah, seakan tidak perduli dengan tulisan ancaman di dalamnya.
Ia mengira jika itu hanya lelucon saja yang di buat ayahnya agar ia turun dan menemuinya. Ia membantingkan badannya di atas ranjang putih yang sangat lembut itu. Yiwen menutup mata nya perlahan membuat ia teringat ciuman pertama yang ia rasakan dengan pria psiko yang ia temui. Membuat ia meloncat dari kamar tidur dan beranjak berdiri. Ia menjabak rambut nya erat agar ia bisa melupakan ciuman itu dari fikiran nya.
"Yiwen lupakan ... lupakan!" gumam Yiwen berkali kali memegang kepalanya. Sembari memukul kepala pelan.
Sebuah bola kertas melayang tepat mengenai jidad Yiwen.
"Shiit...." umpatnya. "Dasar orang aneh hari gini kirim surat pakai acara lempar segala" gerutu Yiwen. Ia segera membuka surat itu dangan mata terus berputar seolah meremehkan secarik surat itu.
"Aku akan hitung sampai 20 jika kamu belum datang ke sini makan aku akan meladakan rumah kamu. Saat kamu buka surat ini berarti sudah hitungan satu"
"Siapa yang berani mengancamku, aku akan kasih pelajaran dia" ucap Yiwen panik. Dia terlihat sangat kesal Yiwen menarik jaket dan topi yang ada di kursi ia berlari keluar tanpa menghiraukan Feng yin dan ayah nya yang masih terus duduk di sofa saling ngobrol santai.
"Yiwen kamu mau ke mana" teriak Feng yin berdiri di depan pintu.
"Kamu gak usah khawatir aku mau keluar sebentar jangan ikuti aku" ucap Yiwen yang terus berlari menuju ke halaman dekat rumahnya.
Ia hanya melihat ada sebuah mobil hitam pekat di tepi taman, ia berjalan pelan mendekati mobil itu. Dengan napas yang masih ngos-ngosan akibat berlari menuju taman. tangan kanannya memegang pintu mobil itu.
Ia mengintip dari kaca mobil hitam yang nampak sangat gelap tak terlihat tak sadar seseorang membuka pintu mobil. Dan menarik tangannya masuk ke dalam mobil. Tubuh Yiwen jatuh tepat di atas tubuh pria yang ia pernah temui itu. Lian yin semakin merapatkan pelukan nya agar yiwen tidak bisa bergerak melawan nya. "Jalan-kan mobilnya" pinta Lian yin pada sopir .
"Kamu telat 5 detik " ucap Lian yin memegang remot di tangannya.
"Apa itu? Kamu jangan berani bernainya nyakitin ayahku" ucap Yiwen meronta. Mencoba melepaskan dirinya.
"Apa kamu tahu jika akumemencet tombol remot rumahmu akan meledak dalam hitungan detik saja" ucap Lian yin tersenyum tipis.
Sebelumnya seseorang suruhan Lian yin menaruh peledak di belakang rumah Yiwen. Peladak itu bisa membuat rumah hancur seketika beserta isi nya di dalam hanya hitungan detik semua akan lenyap.
Yiwen yang masih terus meronta agar tubuhnya bisa lepas dari pelukan Lian yin namun tidak berhasil tubuh Lian yin menindih Yiwen dan mengunci ke dua kakinya rapat.
"Kamu diam atau aku akan memberimu kejutan sesuatu" ucap Lian yin menodongkan sebuah pistol ke mata Yiwen menarik turun ke dada Yiwen. Membuat Yiwen menelan ludah menarik nafas panjang. Ia merasa sangat grogi dengan pistol itu di depannya. Tak berani meronta ia hanya terdiam tak melawan.
"Aku akan diam dan tidak melawan lagi tapi buang senjatamu. Jika kamu tidak mau bunuh saja aku" ucap Yiwen semakin mendekatkan wajah nya ke pistol itu. Yiwen tahu jika Lian yin pasti tidak akan membunuhnya.
"Kamu sudah telat sepuluh hitungan dan sekarang kamu berani memerintah ku. Kamu mau pistol ini atau aku ledakan rumah kamu. Di sana ada kekasih kamu dan ayah kamu kita bisa lihat mereka akan jadi abu" ucap Lian yin melemparkan senyum liciknya.
"Baiklah apa mau mu sekarang, jangan sakiti mereka. Aku akan menuruti apa katamu tapi lepaskan tanganmu dari pinggangku." ucap Yiwen mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman erat Lian yin.
Lian yin mendorong tubuh yiwen menjauh dari nya. "Baiklah kamu diam di situ jangan coba kabur atau peluru ini akan mendarat di kepalamu" Lian yin menyodorkan pistolnya di kepala Yiwen.
"Apa aku terlihat berbohong kamu sampai segitunya. Tenang saja aku tidak akan kabur" ucap Yiwen terdiam seketika menatap pemandangan luar dari balik jendela mobil. Ia seolah tidak perduli dengan pistol yang masih di todongkan padanya itu
Lian yin semakin tergoda dengan wanita di samping nya. Saat ada kesempatan ia melirik ke arah Yiwen. Tak segan ia menarik tangan gadis itu agar duduk di samping nya. Lian yin mendekatkan tubuhnya. Ia memegang pinggang Yiwen .
Tak bisa menahan hasratnya Lian yian menciumi yiwen sangat ganas dengan menodongkan pistol itu di kepalanya. Yiwen terbelalak sektika. Ia hanya bisa diam tidak mau hidupnya sia-sia di tangan pria psiko ini.
Lian yin tak segan menyentuh paha Yiwen. Dengan bibir terus ******* kasar Yiwen. Lian yin yang sudah atk tajmhan ia menyentuh bagian Yiwen.
Yiwen hanya terdiam ia tak bisa bertidak apa apa bibir lian yin masih menempel di bibirnya. Dengan tangan terus memegang bagian Yiwen.
Ia terpikirkan ide saat lian yin lengah. Yiwen menendang lian yin merebut pistol dari tangannya.
Lian yin tersenyum tipis ia terlihat santai dengan duduk kaki bersilang. Tanpa rasa takut dengan ancaman Yiwen" tembak saja kalau kamu mau, maka kamu bisa pergi dari sini" ucap lian yin ia melonggarkan dasinya. Ia membuka satu kancing kemajanya, melipat sedikit lengan kemeja putih itu. Ia duduk bergeser mendekati Yiwen.
Yiwen yang merasa terpojok, ia mencoba ia curiga dengan pistol itu. Dengan segera ia membuka pistol itu melihat apa ada peluru atau tidak. Sebelum dia mencoba menembak jika tidak ingin berakhir malu nanti nya. Dengan segera lian yin menarik tangan Yiwen, ia meraih pistol di tangan Yiwen dan melemparnya keluar.
Tak mau terganggu lagi, ia memojokan Yiwen di pintu mobil saat Yiwen mulai lengah. Ia memegang erat ke dua tangan yiwen dan mulai menciumi bibir Yiwen semakin ganas.
Lian yian melihat Yiwen seperti melihat mangsa barunya. Meski yiwen terus meronta ia tidak bisa menolak ke inginan Lian yin tangan lian yin perlahan membuka baju Yiwen ke atas terlihat seperempat badan seksi Yiwen
Kring.... suara ponsel Lian yin berdering keras.
"Shitt.. menganggu saja" ucap Lian yin mulai melepaskan tangan yiwen. Dan duduk seperti semula.
Yiwen merasa sangat lega ia menghela napas panjang. Ia seakan tidak bisa bernapas lega jika lian yin menerkamnya.
"Ada apa Ley?" Lian yin mulai merapikan jas nya.
"Cepat lah kemari ada yang aku ingin bicarakan" ucap Ley
Lian yin segera mematikan ponselnya.
"Jalan ke kantor" ucap Lian yin datar pada sopir.
Mereka berputar arah pergi ke kantor menemui Ley.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 345 Episodes
Comments
🏵🌸Blooming flower🌹🌷
seperti tak bisa menahannya Lian klo d dekat Yiwen. selalu ingin menerkam. hasrat tak terkendali. Yiwen masih polos Lian jng kau perlakukan kasar meski dia sudah punya kekasih tp kau lelaki pertama yg menggerayanginya dan mencium nya. you are the first
2021-01-23
1
Aam Sumiati
Maksa banget Lian yin.
2020-12-19
0
Divia Rilis Arunika
udah mau menikah masih mata keranjang..dasarr
2020-12-08
1