Rianti masuk ke kamar tamu dan mengunci pintu sedang Aditya terus mengikuti di belakangnya dan berteriak menggedor- gedor pintu.
"Buka Rianti!! urusan kita belum selesai!
cepat buka pintunya Rianti!!" teriak lelaki yang sepertinya sudah sangat kalap itu.
Aditya masih terus menggedor pintu, membuat Rianti meringkuk di ranjang dan menangis ketakutan.
Aditya terus- terusan menggebrak pintu.
"Rianti!! kalau kamu tidak juga mau membukanya maka pintu ini aku dobrak." ucap Aditya sambil menendang pintu membuktikan ucapannya.
Rianti menutup telinganya dengan seluruh badannya yang gemetar.
Hanya 2 kali tendangan dengan mudah pintu terbuka dan dalam keadaan marah tenaga Aditya benar- benar besar, apalagi mengingat postur tubuh nya yg tegap dan gagah disertai dengan otot- otot yg tercipta dari hasilnya ber olahraga setiap hari libur. membuat tenaganya berlipat- lipat, terlalu mudah bagi seorang Aditya kalau hanya mendobrak pintu.
Pintu pun terbuka dengan seketika menyisakan engsel yg rusak.
Aditya masuk dengan wajah bengisnya melangkah dan menarik Rianti kasar.
"Sudah aku katakan jangan pernah membantahku!"
sambil memukul dan menghempaskan wanita yang ia nikahi ke lantai.
Rianti yg ketakutan berusaha menghindari Aditya,
dia bangun dan mencoba lari, tapi Aditya lebih cepat menangkap tangannya dan menyeret Rianti juga menamparnya berkali-kali.
"Lepaskan aku Dit, hentikan kamu menyakitiku sakit Di." ratap Rianti memohon agar Aditya mau berhenti.
Tapi bukannya berhenti Aditya malah semakin beringas, memukul dan membenturkan kepala Rianti sampai kening dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Rianti terus menangis berharap Aditya berhenti dan di tengah tangisnya dia berkata.
"Aku hamil Dit." ucapan Rianti terdengar samar di telinga Aditya.
"A apa?!" tanya Aditya memastikan pendengarannya.
"Aku hamil." jawab Rianti lagi.
Sejurus kemudian Aditya berhenti memukul lalu berdiri.
"Anak siapa?!" pertanyaan Aditya membuat Rianti melebarkan matanya kaget, tidak menyangka dengan yang di ucapkan Aditya.
"Ooh rupanya kamu sudah tidur dengan Rama."
lanjut Aditya.
"Dit, Jangan gila kamu." Rianti tak percaya dengan kata-kata Aditya yang masih saja menuduhnya berselingkuh.
"Aku tidak mungkin bisa selingkuh, akupun tidak kamu izinkan keluar, mana mungkin aku tidur dengan laki- laki lain ini anak mu Dit darah daging mu sendiri." ucap Rianti tegas.
"Tidak mungkin. bisa saja kan kamu memasukkan Rama ke rumah ku ini saat aku tidak ada di rumah selama 2minggu."
"Dit, kenapa Rama yang kamu tuduh."
"Jika bukan Rama berarti laki- laki lain. katakan siapa laki- laki itu!" ucap Aditya sambil mengguncang bahu Rianti dan meremasnya kencang sampai Rianti meringis kesakitan.
"Cepat katakan siapa laki- laki itu!"
"INI ANAK MU DIT, ANAK MU!!" teriak Rianti kencang hingga suaranya menggema di dalam kamar itu.
"Tidak mungkin. kamu pasti selingkuh."
Aditya memelintir tangan Rianti.
"Jika kamu tidak mencintaiku setidaknya cintailah anakmu ini Dit. dia darah dagingmu sendiri." kata Rianti sambil terisak.
Aditya terdiam mendengar perkataan Rianti, lelaki itupun melepaskan cengkraman yang hampir saja membuat tangan Rianti patah, dia berjalan keluar kamar meninggalkan Rianti yg tersungkur di ranjang.
Rianti masih terus menangis memegangi perutnya.
"Kita harus pergi dari rumah ini, Ibu tidak mau Ayahmu sampai melukaimu." Rianti berbicara pada janin yang ada di perutnya.
Di kamarnya Aditya menghancurkan barang yang ada di meja entah apa yg ada di pikirannya sekarang ini, lalu terdiam beberapa saat sampai akhirnya meraih kunci mobil dan melangkah keluar,
berhenti di depan pintu kamar Rianti dan melihat Rianti menangis memegangi perutnya.
Tak ada niatnya sedikitpun untuk menghampiri Rianti dan meminta maaf.
dia melanjutkan berjalan kembali keluar rumah, menaiki mobil dan mengendarainya dgn kecepatan tinggi.
Rianti berpikir Aditya akan berubah saat mengetahui dia hamil tapi ia tidak menyangka tanggapannya malah seperti ini. malah menuduhnya berselingkuh dan tidur dangan laki- laki lain.
"Ayahmu tidak menginginkan kita, tidak baik jika kita terus di sini." kata Rianti pada anak di kandungannya, dia berjalan menuju kamar ditya membuka lemari dan memasukkan pakaiannya ke dalam Tas besar.
"Ibu tidak ingin Ayah melukaimu, cukup Ibu saja yg terluka, Ibu tidak mau kehilanganmu karena hanya kamu yg Ibu punya sekarang."
Rianti mengusap pelan perutnya yg masih belum membuncit karena baru ber usia 3minggu janin yang di kandung.
"Kita harus segera pergi sebelum Ayahmu kembali."
Rianti berkata pelan seraya menenteng Tas besarnya menuruni tangga buru- buru keluar rumah dan mencari taksi.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
ana Imaa
masih mending klo dicuekin dn sesekali ngomong kasar, tpi klo ini udah sangat keterlaluan karna maen kekerasan
2022-04-12
0
Nurul
bagus rianti
laki2 yg GK pya hati ngapain msh di pertahanin
2022-01-26
0
Lisdayanti Londak
lebih baik menjauh Rianti,, dri PD hidup tersiksa tak di anggap
2022-01-20
1