Aku memanggil nya ibu, saat ini di kepalaku penuh dengan ingatan yang tidak ku tahu milik siapa. Wanita itu melepaskan pelukan nya, lalu ia menurunkan tubuh nya untuk bertatapan dengan ku. Karena perbedaan tinggi badan, ia perlu melakukan nya.
"Syukurlah ibu sangat khawatir, ibu kira kau tidak akan sadar kembali. Bagaimana kondisi badan mu? Apakah ada yang sakit?"
Aku tersenyum. "Tidak, aku baik-baik saja."
Ia pun tersenyum mendengar perkataan ku lalu ia menggendong ku. Karena sekarang aku berwujud seperti anak kecil, dia dengan mudah menggendong ku.
"Ayo kita datangi ayah dan saudara-saudara mu, mereka pasti senang kau sudah sadar."
Ia membawa ku pergi keluar kamar, aku melihat ke kiri dan kekanan, semua dinding terlihat sangat mewah. Jika di lihat dari besar ruangan, seperti nya ini memang di istana. Aku di bawa selama beberapa menit lalu ada gadis berpakaian pelayan lewat.
"Pelayan." kata wanita yang menggendong ku.
"Iya, yang mulia ratu."
"Panggil semua selir dan anak-anak, suruh mereka pergi keruang tahta."
"Baik."
Pelayan itu mempercepat langkah nya, lalu kami lanjut berjalan, dari perkataan nya bisa di pastikan aku ingin di bawa keruang tahta.
Setelah beberapa menit berjalan, aku melihat pintu yang sangat besar, dan pintu besar itu di jaga 5 orang laki-laki dewasa. Yang tubuh mereka berotot seperti binaragawan.
"Mira, pintu yang besar di sana itu, adalah pintu ruang tahta. Memerlukan tenaga 5 orang untuk membuka nya. Dan pintu itu tidak dapat di buka oleh orang asing, hanya yang mendapat izin dari raja saja yang dapat membuka nya."
Lalu aku melihat seorang gadis dari kejauhan, gadis itu berdiri di depan pintu ruang tahta. Lalu kami pun sampai di depan pintu ruang tahta, gadis itu menatap ku, air matanya pun mengalir.
"Mira akhirnya kau sadar, kakak mu ini sangat khawatir." kata gadis itu.
"Hapus air mata mu Yuri," kata wanita yang menggendong ku. "Kita akan menemui raja."
"Ba-baik, Ibunda." gadis itu langsung mengusap air matanya.
"Buka pintu nya!"
"Baik!!" kata semua penjaga yang menjaga pintu.
Pintu besar itu di dorong, lalu pintu itu perlahan-lahan terbuka. Setelah beberapa detik akhirnya pintu itu terbuka sepenuhnya.
Banyak orang yang berada di ruang tahta semua nya berlutut, memberi hormat pada laki-laki yang sudah berumur sekitar 30 tahunan yang duduk di Kursi. Kursi yang di duduki laki-laki itu berlapis emas dan berlian, aku bisa tau dari kilauan cahaya yang terpancar dari kursi yang di duduki nya.
Aku di turunkan dari gendongan, lalu wanita yang menggendong ku pergi ke kursi yang berada di samping laki-laki itu. Lalu dari depan pintu tahta terdengar teriakan.
"Putri tertua kerajaan fantasia telah hadir!!"
kerajaan fantasia? Sepertinya itu nama negara tempat ku berada sekarang.
Seorang gadis berjalan dari depan pintu yang baru terbuka, ia berjalan ke arah ku.
"Sepertinya adik kecil ku sudah sadar. Aku turut senang."
Gadis itu berkata sambil menatap tajam ke arah ku lalu ia berjalan mendekati 2 kursi tahta dan berlutut.
"Ayo Mira, kita juga." kata gadis yang menangis di depan pintu tahta.
Aku berjalan mendekati kursi tahta, kemudian Berlutut. Lalu tiba-tiba satu ruangan menjadi sepi. Wanita yang menggendong ku berdiri, lalu ia berteriak.
"Terima kasih telah hadir, putri ku satu-satu nya Mira telah sadar. Mira sudah tidak sadarkan diri selama 10 bulan, ia tidak sadarkan diri karena di berikan kutukan oleh seorang penyihir. Tapi sekarang ia sudah sadar."
lalu laki-laki di samping nya juga berdiri dan berteriak.
"Sesuai dengan peraturan kerajaan Fantasia, putri dari istri utama raja yang berhak mewarisi tahta kerajaan. sekarang yang berhak mewarisi tahta kerajaan adalah Mira!"
Lalu seorang wanita berdiri. "tunggu dulu! Bukan kah putri ku yang akan mewarisi tahta kerajaan, itu juga sesuai peraturan. Peraturan nya menyebutkan putri tertua kerajaan yang berhak mewarisi tahta.
"Tapi sekarang putri ku telah sadar, dialah yang berhak mewarisi tahta."
"Diam kau Carla! putri mu masih anak-anak. Dia tidak mungkin bisa mengatur kerajaan."
"Betul kata ibunda," seorang gadis berdiri. "Ayahanda Mira masih anak-anak, Dia tidak mungkin bisa mengatur negara. Aku lah yang berhak mewarisi tahta kerajaan."
Suasana yang awalnya hening, tiba-tiba menjadi ramai. Raja mengangkat tangan nya, suasana pun hening kembali.
"Yang di katakan selir Lina, dan putri tertuaku Nina memang benar. Tapi peraturan utama kerajaan menyebutkan kalau yang berhak mewarisi tahta adalah anak dari istri utama jadi yang berhak mewarisi tahta adalah putri ke 5 sekaligus menjadi putri yang paling muda, Mira!"
"Tunggu ayahanda," seorang gadis berdiri lagi. "Aku sebagai putri kedua mendukung putri Nina untuk mewarisi tahta kerajaan."
"Aku sebagai putri ketiga juga mendukung Nina sebagai pewaris tahta." seorang gadis berdiri.
Lalu gadis di samping ku berdiri. "Aku mendukung Mira."
Lalu semua orang menatap ku dengan tatapan tajam, aku pun berdiri.
"A-aku....." aku menggeleng-gelengkan kepala ku. "Keputusan ku serahkan kepada raja saja." aku berlutut kembali. Karena gugup, aku tidak bisa memikirkan apapun. Lagi pula apa-apan ini ! aku tidak tau apa yang terjadi, tiba-tiba disuruh mewarisi tahta kerajaan. Jangan bercanda, Sialan!
Semua gadis yang berdiri, berlutut kembali. Lalu raja berbicara.
"Baiklah, kalau begitu minggu depan kita adakan tes bakat. Yang bakat nya paling tinggi, dia yang berhak mewarisi tahta kerajaan. Kalian tidak keberatan kan Carla, Lina."
Ratu Carla dan selir Lina berlutut. "Kami tidak keberatan." secara bersamaan menjawab.
"Baiklah sekarang kalian boleh bubar!"
Semua orang pergi meninggalkan ruang tahta. Lalu gadis yang berada di samping mengajak ku.
"Mira ayo kita pergi, kau mau ikut aku ke taman?."
Aku mengangguk. Dan kami pun pergi meninggalkan ruang tahta.
Aku dan gadis mengajak ku, yang bernama Yuri. Duduk di pondokan yang ada di taman istana. Aku mengamati taman nya, begitu banyak bunga, dan taman ini adalah taman terbesar yang pernah ku lihat. Lalu Yuri memegang tangan ku. Air matanya mengalir membahasi pipinya.
"Mira, aku sangat senang kau sudah sadar."
Aku hanya tersenyum, lalu tangisan Yuri makin menjadi, ia pun memelukku dengan erat.
"Kak Yuri, kau tidak perlu khawatir lagi. Sekarang aku sudah sembuh."
Yuri menggelengkan kepalanya, ia melepaskan pelukan nya, lalu tangan nya memegang kedua pipiku. Matanya bertatapan dengan mataku.
"Aku masih khawatir Mira, selama selir Lina dan Kakak Nina masih di sini, aku khawatir mereka akan membuat mu tidak sadarkan diri lagi."
"Tu-tunggu dulu, bukan nya aku di beri kutukan oleh penyihir?"
Yuri mengangguk. "Kau benar, tapi penyihir itu di suruh oleh mereka berdua. Aku melihat mereka melakukan negosiasi sebelum kau di serang!"
Air mata Yuri yang berhenti, mengalir lagi dari kedua matanya. Kali ini tangisan nya makin keras dari sebelum nya. Aku memeluk Yuri dan mengelus bagian belakang kepalanya.
"Sudah lah kak Yuri, sekarang kakak tidak perlu khawatir. Kak aku punya permintaan ke kakak."
Yuri melepaskan pelukan ku dan menghapus air matanya. "Permintaan apa?"
"Sebenarnya, selama aku tidak sadarkan diri ingatan ku ada sebagian yang hilang. Sekarang yang ku ingat hanya nama ku sendiri, nama Ibu, dan nama kak Yuri saja. Selebih nya aku tidak ingat."
Yuri menaruh tangan di mulut nya, ia menunjukkan ekspresi kaget. "Gawat! Kalau begitu Ibunda harus tahu kejadian ini."
Yuri beranjak dari tempat duduk nya dan hendak pergi, tapi aku menggenggam erat tangan nya.
"Jangan beri tau ibu, aku tidak ingin dia khawatir."
"Kalau begitu akan ku beritahu semua hal yang ku tahu." Yuri duduk kembali.
"Kalau begitu mulai dari nama raja, selirnya dan sekaligus putrinya."
"Mulai dari nama raja, nama raja kita adalah Charles dan dia itu ayah mu lo, kok bisa kamu nggak ingat nama ayah mu sih."
Aku hanya tersenyum, Yuri pun ikut tersenyum. "Sekalian umur para putri kalo bisa."
"Huft," Yuri menghebuskan nafas panjang. "Kalau begitu ku lanjut. Mulai dari putri tertua namanya Nina umurnya 20 tahun, putri dari selir termuda Lina. Lalu putri kedua namanya Blanc umurnya 19 tahun, putri dari selir ketiga White. Selanjutnya putri ketiga namanya Rosa umurnya 18 tahun putri dari selir kedua Lavender. Dan aku putri dari selir pertama Shina."
"Jadi begitu ya, kakak pertama Nina, kakak kedua Blanc, kakak ketiga Rosa dan kakak keempat Yuri. Begitu kan."
Yuri mengangguk. "Ngomong-ngomong besok ulang tahun ku yang ke 17 tahun."
"Kalau begitu kakak ingin hadiah apa?"
Yuri menggeleng kan kepalanya. "Aku sudah dapat hadiah nya sekarang." lalu ia memelukku dengan erat. "Kau sadar saja sudah menjadi hadiah terbesarku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 388 Episodes
Comments
❄🌸SARI🌸❄
semuanya terlalu mendadak dan tiba2,, sampe2 aq yg sbgai pembaca agak bingung sama alurnya yg spt terlalu cepat...
dari pemain pemula ke pemain terkuat dan sekarang entah bisa disebut time travel, space travel, or time and space travel...
2021-05-01
3
LirihlirihLireylirey
syukak.....😍😍😍
2021-03-05
1
LirihlirihLireylirey
keren.......
2021-03-01
1