Bab 6_Kamar mu

Mobil Leo memasuki kawasan perumahan mewah di Ibu Kota. Yuna mengerutkan keningnya.

Pelan, Leo memencet sesuatu ditangannya lalu dengan otomatis gerbang terbuka, mobil Leo masuk dengan cepat. Mata Yuna memperhatikan sekeliling, ini ... bukan seperti rumah yang dia intip satu minggu yang lalu.

Setelah memarkirkan mobilnya, Leo segera keluar, sementara Yuna masih mengumpulkan separuh nyawanya yang masih melayang. Leo membuka pintu mobil untuk Yuna, namun Yuna masih diam di tempatnya.

"Sampai kapan kau berencana untuk tetap disitu?" tanya Leo dengan nada kesal.

"Ini dimana?" Yuna balik bertanya. Pertanyaannya membuat Leo bertambah kesal.

"Sepertinya aku telah salah memilih perempuan, kau sangat bodoh," ucap Leo dengan menekankan kata bodoh.

"Aku hanya menanyakan ini dimana dan kamu bilang aku bodoh?"

"Kalau bukan bodoh lalu apa lagi?" Leo semakin kesal. "Terserah," Brak ... Leo menutup pintu mobil dengan keras dan pergi meninggalkan Yuna.

"T-tunggu," Yuna segera membuka pintu mobil dan berlari mengejar Leo. Yuna berdiri di depan pintu masuk, matanya menyapu seluruh ruangan dan halaman rumah. 'Ini bukan seperti rumah yang ku datangi dulu,' batin Yuna.

"Ikut aku,," suara Leo menyadarkannya. Yuna membuntuti Leo yang mulai menaiki tangga. Leo berhenti di depan sebuah kamar lalu membuka pintunya. "Ini kamar mu," ucap Leo. Yuna memandangnya dan segera ikut masuk kedalam.

"Kamar mu ...." ucap Yuna pelan menirukan ucapan Leo. Dia mengerutkan kening tak mengerti, matanya kembali menyapu seluruh kamar. Leo menghampirinya.

"Kamar mu ...." Yuna masih menirukan ucapan Leo. "Apa maksud kamu, kamar kita?" tanya Yuna dengan polos. Dia menatap Leo. Pertanyaan Yuna membuat Leo tertawa. Yuna semakin mengerutkan kening tak mengerti.

"Oke, aku jelaskan sekarang sebelum kamu mengartikan salah pada hubungan kita," Deg ... ucapan Leo membuat hati Yuna tak tenang. Salah paham dengan hubungan? Yuna mulai menerka. Yuna bukan gadis bodoh yang tidak tahu arti dari ucapan Leo barusan. Yuna menatap Leo, pandangan mereka beradu.

"Aku menikahimu bukan karena aku jatuh cinta padamu," ucap Leo. Yuna mengigit bibir bawahnya. Yaa ... dia tahu dan sadar akan hal itu karena memang mereka tidak saling kenal sebelumnya. Yuna masih terus menatap Leo, ia mendongakkan kepalanya karena postur tubuh Leo yang tinggi. Dia masih ingin mendengar penjelasan dari Leo.

"Bukan juga karena keluargaku memilihmu lalu menjohkan kita. Itu tidak ada dalam kamusku," lanjut Leo. Yuna semakin menatap Leo, 'M**ata ini ... sungguh indah tetapi tiba-tiba terasa sangat menakutkan.'

"Lalu kenapa kau menikahi ku?"

"Bagus ... pertanyaan ini yang ingin ku dengar dari mu," Leo mengangkat dagu Yuna dengan ujung jari telunjuknya. "Berterima kasihlah pada sifatmu yang galak, dan wajah cantik mu ini," tangan Leo berpindah ke pipi Yuna dan mengusapnya lembut. "Besok adik ku akan kesini dan menjelaskan semuanya padamu," lanjut Leo. Yuna berpaling.

****

Yuna masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya. Pertanyaan-pertanyaan masih memenuhi pikirannya. Dia mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan, entah ada berapa kemungkinan yang dia pikirkan namun tidak ada yang bisa memuaskan rasa penasarannya. Rasanya dia tidak sabar menunggu esok.

Adik Leo?? Yuna segera bangun dari tidurnya, ia duduk bersandar diranjang. Adik Leo? Nona cantik yang waktu itu ....

"Siaaal kenapa aku bisa sampai lupa namanya," Yuna masih mencoba berfikir tapi tetap tidak bisa mengingat nama adik Leo. Lalu dia mengambil Hp miliknya yang tergeletak di meja.

'Del, masih ingat nama adik Leo nggak?' ketik Yuna, dia melirik jam yang menggantung di dinding, 02.38 sudah lewat tengah malam. Yuna mengurungkan niatnya, dia kemudian menghapus pesan itu segera.