"Terima kasih banyak ,pak !!! Saya duluan, ada urusan mendesak yang harus saya selesaikan." Ellena segera berpamitan kepada Bima setelah menerima uang 150 juta yang ia minta dari pria itu.
Dengan sedikit anggukan kecil dan senyum tipis, Bima mengizinkan Ellena pergi yang kini sudah berbalik dan melangkah terburu-buru keluar dari bank terlebih dulu.
"Dasar cewek matre !!! Bahkan dia gak mau buang-buang waktu untuk menikmati uang hasil dia jual harga diri " Ucap Bima selepas kepergian Ellena.
Bima melangkah pergi setelahnya, memasuki mobil mewahnya dan dengan cepat melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang padat.
"Bima dan Ellena akan menikah secepatnya, sesuai permintaan mama dan papa."
"Yang bener ,Bim ? Mama gak salah denger ? Anak mama mau nikah ?". Wajah Nyonya Puspa benar-benar sangat gembira. Ia tidak menyangka kabar baik ini akhirnya datang.
"Iya ,ma. Tapi El gak mau pernikahan kami di ekspos media. Dia maunya identitas dia di sembunyiin aja.".
"Loh kok gitu ? Padahal mama mau dunia tahu tentang siapa calon menantu keluarga Dirgantara loh, Bim." Nyonya Puspa terlihat agak kecewa sekarang.
Bima harus membuat alasan agar orang tuanya setuju untuk tidak mengekspos Ellena ke depan media. Jika boleh jujur, sebenarnya Ellena memang tidak tahu bahwa pernikahan mereka harus diliput kedalam pemberitaan.
Namun, Bima enggan memberitahu Ellena karena sebenarnya Bima memang tidak ingin orang luas tahu bahwa yang akan menjadi nyonya Bima Dirgantara adalah Ellena Anastasia. Yang benar saja ? Apa kata dunia nanti ? Bima dan segala kesempurnaannya, menikah dengan Ellena si bocah tengil buruk rupa itu ? Ayolah. Bisa-bisa, para mantan Bima akan mengolok dia mati-matian. Jadi, sebisa mungkin Bima akan menyembunyikan istrinya dari dunia luar.
"Mama kan tahu Ellena anaknya kayak apa. Dia gak suka, kalau kehidupan pribadinya di jadikan bahan pemberitaan. Ellena kan anak yang sederhana ,ma." Bima serasa ingin muntah mengatakan hal ini. Bagaimana bisa dia memuji si bocah tengil begini ?.
"Sudah lah ma. Yang penting, Bima mau menikah itu sudah lebih dari cukup. Keluarga kita butuh penerus bukan ? Dan lagi, mama udah nggak sabar nimang cucu sendiri kan ?." Tuan Satya mengelus pundak Nyonya Puspa sambil memberi pengertian.
Bima tersedak minumannya sendiri saat mendengar kata "penerus" keluar dari mulut papanya. Omong kosong apa yang barusan Bima dengar ? Penerus ? Bima bahkan tidak berpikir untuk menyentuh El seujung kuku pun. Jadi bagaimana bisa, dia akan menghasilkan penerus dari hubungan palsunya dan Ellena.
"Ya udah, terserah kalian aja. Tapi, kok El gak ikut sama kamu , Bim ?. Tanya Nyonya Puspa kemudian.
"El katanya ada urusan mendadak,ma ! Jadi dia gak bisa datang. Tapi besok Bima akan bawa Ellena ke sini buat makan malam sekalian bahas lebih lanjut tentang pernikahan kami."
"Oke, mama setuju." Nyonya puspa segera tersenyum mendengar kalimat Bima.
Sementara di tempat lain, Ellena segera melunasi pembayaran operasi Ellio dan setelah itu baru lah dia menuju ke ruang operasi untuk melihat keadaan Ellio.
" Putri, gimana Ellio ?". Ellena segera menghampiri Putri yang terlihat mondar-mandir didepan ruang operasi.
"Ellio baru aja di operasi sekitar 15 menit yang lalu. Kata dokter kondisinya baru bisa dipastikan setelah operasi ini selesai." Terang Putri yang juga sama khawatirnya dengan Ellena.
Ellena segera memeluk Putri erat.
"Aku takut, Put ! Gimana kalau Ellio ninggalin aku ?".
"Hush !! Nggak boleh ngomong gitu ! Kita harus yakin kalau Ellio pasti bisa ngelewatin ini. Kita berdoa aja yang terbaik buat Ellio ya, El." Putri berusaha menenangkan Ellena yang memang sedang dalam kondisi panik tak karuan.
Setelah Ellena agak tenang, Putri membawa El duduk di kursi dan memberinya segelas kopi hangat yang baru saja dibelinya di kantin rumah sakit.
"Nih, minum dulu !". Putri menyodorkan kopi itu ke arah El.
"Makasih, Put." Ellena meraih kopi hangat dari tangan Putri.
"Oh iya, El ! Kamu dapat uangnya darimana ?".
Ellena hanya terdiam. Ia hanya menatap gelas kopinya yang ia letakkan diatas pangkuannya.
"El ?" . Putri menyentuh bahu Ellena pelan. Ellena tersentak lalu menengok ke arah Putri.
"Dari Pak Bima." Jawab El singkat.
"Pak Bima Dirgantara ? Yang bikin kamu dipecat itu ? Kok bisa sih ?". Putri benar-benar kaget. Bagaimana bisa orang yang sudah menghancurkan karir Ellena justru sekarang menjadi penyelamat hidup Ellio.
"Ceritanya panjang, Put ! Aku janji akan cerita setelah Ellio sadar. Untuk sekarang, aku cuma mau tenang sambil nunggu operasi Ellio selesai."
Putri menarik napas pelan, lalu mengusap punggung Ellena pelan. Ia hanya mengangguk dan memberi El senyum semangat. El dan Putri masih tertidur saat dokter Nathan keluar dari ruang operasi. Dengan lembut, dokter Nathan menepuk lengan El bermaksud membangunkan gadis itu.
"El, Bangun !".
El berusaha membuka matanya yang masih sangat berat. Namun, detik berikutnya ia sudah melompat berdiri saat menyadari sosok didepan nya adalah dokter Nathan.
"Ellio gimana dok ?". Ellena benar-benar tidak sabar mendengar kabar dari adik kembarnya.
"Ellio sudah berhasil menjalani operasi, dan sekarang akan segera dipindahkan kembali ke ruang rawat.Hanya saja belum bisa dijenguk, tunggu sekitar 12 jam lagi baru bisa.
"
"Gak masalah,dok !! Yang penting Ellio udah gak apa-apa. Makasih banyak." Senyum indah mengembang di wajah lelah El.
Dokter Nathan hanya menepuk-nepuk pundak Ellena seraya tersenyum. Kemudian berbalik menyusul para perawat yang sudah lebih dulu membawa Ellio kembali ke ruang rawatnya.
Ellena kini bisa bernapas lega. Rasanya, satu beban berat didadanya sudah terangkat. Dengan cepat ia membangunkan Putri yang tertidur disampingnya setelah dokter Nathan pergi.
"Put, bangun Put !!" . El berusaha membangunkan Putri yang terlihat sangat nyenyak meski harus meringkuk dikursi panjang rumah sakit.
"Ada apa ,El ?" Putri mengucek matanya yang masih mengantuk, memperbaiki kembali posisi duduknya lalu merenggangkan ototnya yang terasa pegal akibat tidur dibangku yang keras.
"Operasi Ellio berhasil !!!".
"Yang bener ?". Tiba-tiba saja rasa kantuk Putri menghilang entah kemana berganti dengan senyum sumringah yang terpampang di wajah khas bangun tidurnya.
"Sekarang lagi dipindah ke ruang rawat sama suster. Cuma kata dokter Nathan belum bisa dijenguk."
" Alhamdulillah kalau gitu. El, gimana kalau kita balik aja dulu. Ini masih jam 3 subuh, kita lanjut istirahat dirumah aja ya. Toh, Ellio juga belum bisa dijenguk. Kamu juga kayaknya kecape'an banget."
Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, Ellena mengangguk setuju dengan saran Putri. Tubuhnya memang terasa sakit semua sekarang. Ditambah lagi pikirannya yang terasa sesak dan penuh dengan berbagai masalah yang sudah ada dan yang akan datang. Entah harus bagaimana Ellena akan menghadapi masalahnya satu per satu setelah ini. Karena dia tahu, setelah pernikahan kontraknya dengan Bima terlaksana, kehidupan Ellena tidak akan bisa kembali seperti dulu.
BRAKK !!!
"Kamu gila, El ? Bisa-bisanya kamu setuju nikah sama orang kaya sombong itu. Apa sih yang ada dipikiran kamu ?". Suara gebrakan meja sontak membuat wajah Ellena pias. Belum lagi suara marah Putri yang membuat Ellena benar-benar tidak menyisakan darah lagi di wajahnya. Pucat. Ellena tidak pernah mengira bahwa Putri yang biasanya ceria akan se horor ini saat emosi. Bukankah orang-orang memang sering berkata, "Orang yang selalu terlihat lucu, akan sangat menyeramkan ketika marah."?
"Yyaa.. Aku harus gimana dong, Put ? Satu-satunya di pikiran aku cuma dia. Aku gak tau lagi, harus minta tolong ke siapa." Ellena berusaha menjelaskan kepada Putri situasinya yang memang sedang dalam dilema saat itu. Memilih mempertahankan harga dirinya dengan menolak perjanjian nikah kontrak yang Bima tawarkan atau membuang harga dirinya dengan menyetujui ide gila tersebut demi kelangsungan hidup Ellio. Sulit memang. Tapi inilah realita hidup yang sudah digariskan untuk El. Dan jika kalian tahu, El berusaha untuk tidak membocorkan perihal perjanjian gilanya dengan Bima kepada Putri ataupun Diva dan Nadia. Bukan karena El tak percaya. Tetapi karena El tidak ingin ketiga sahabatnya bersedih dengan keputusan konyol yang sudah disepakatinya.
" Tapi, masa' kamu harus nikah sama dia sih ??? Dia maksa kamu kan, El ? Dasar om-om pedofil. Umur udah kepala tiga, masih aja doyan gadis remaja." Putri masih melanjutkan omelannya yang membuat El merasa kelabakan. Ya Tuhan, bisakah mulut Putri ini berhenti untuk sementara ? Seandainya saja Putri punya tombol pause dibelakang punggungnya. Tapi, Putri kan boneka. Jadi mana mungkin.
"El, pokoknya aku nggak setuju kamu nikah sama pedofil itu. Aku yang akan bayarin hutang kamu ke dia." Ucap Putri mantap.
Ellena tertawa geli sekaligus haru mendengar perkataan Putri.
"Put, emangnya kamu mau dapat uang darimana ?".
"Aku akan telepon bapak, suruh dia jual warisanku di kampung. Nanti uangnya buat bayar si om pedofil itu. Jadi, kamu gak perlu terpaksa nikah sama dia." Ucapan Putri terdengar bersungguh-sungguh.
"Jangan terlalu berlebihan, Put. Aku tau kamu sayang banget sama aku, tapi aku gak mau kamu terlibat dalam masalah ini, apalagi harus sampai jual warisan kamu."
"Tapi, El ...."
El memegang kedua pundak Putri sambil tersenyum.
"Percaya sama aku. Semuanya pasti akan baik-baik aja. Dan Pak Bima pasti bisa bikin aku bahagia kok."
"Aku gak percaya sama dia, El." Nada bicara Putri kini melunak bahkan sekarang lebih terdengar khawatir.
"Tapi kamu percaya sama aku kan ?".
Putri mengangguk yang dihadiahi pelukan oleh Ellena.
"Kalo kamu percaya, berarti kamu pasti akan dukung aku kan ? Tenang aja, aku janji , aku pasti bisa bahagia."
"Iya. Aku percaya sama kamu, El. Kamu pasti bahagia. Karena kamu memang sangat berhak untuk bahagia dibanding siapapun didunia ini."
Miris. Itulah satu kata yang mewakili perasaan El sekarang. Sebutir cairan bening lolos dari pelupuk matanya yang buru-buru ia seka dengan punggung tangannya. Ia masih mengeratkan pelukannya pada Putri agar sang sahabat tidak melihat kesedihan yang saat ini ia rasakan. Ellena dan kebahagiaan rasanya hal mustahil untuk bersatu sejak kurang lebih 4 tahun lalu. Semua kebahagiaannya sudah di rampas tak bersisa dari hidupnya sejak kematian orang tuanya. Apakah El berhak bahagia ?. El hanya punya satu jawaban, TIDAK.
Pagi kembali datang menjelang. Ellena dan Putri berpisah di halte bis setelah keduanya sarapan dan jalan keluar bersama. Berhubung tempat kerja mereka kini berbeda arah, akhirnya mereka harus menaiki bus yang berbeda. Putri sudah berangkat duluan sekitar beberapa menit yang lalu meninggalkan Ellena yang masih harus menunggu bisnya sendiri. El melirik jam tangannya beberapa kali, lalu kembali menatap jalanan mencari-cari bis arah tujuannya yang tak kunjung datang.
Ellena masih setia menunggu sambil termenung membayangkan kehidupan seperti apa yang akan ia arungi bersama Bima. Apakah El bisa bahagia ? Apakah El masih bisa tertawa ?. Suara klakson mobil membuyarkan lamunan El. Mata El membelalak saat melihat siapa pengemudi mobil itu.
"Kamu ?".
Sosok yang tak pernah di sangka-sangkanya datang muncul tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
nyesek... tp aq syuka ceritanya
2024-04-24
0
Qeisha A.F Ladyjane
my princess no 00
2023-01-28
0
Qeisha A.F Ladyjane
masih mampir
2021-09-29
0