** Caught **

Amy dan Reggie perlahan mengangkat tubuh ayahnya yang lumayan besar. Amy tidak bisa meninggalkan ayahnya, ia harus menguburkan ayahnya dengan layak. Namun tubuh besar ayahnya membuat ia dan Reggie kesulitan untuk memindahkannya.

Mencapai pintu mansion tiba tiba Reggie berhenti berjalan. Amy mendongak dari kedua kaki ayahnya yang ia angkat. Ia melihat Reggie terbelalak, Reggie yang mengangkat bagian atas tubuh ayahnya terdiam kaku bak patung. Memandang ke arah halaman mansion.

Amy tiba- tiba merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya. Seseorang telah datang, Ia ingin segera melihat apa yang barusan Reggie lihat. Namun ia menarik nafas, mengisi paru-paru dan menyiapkan diri.

Kengerian kembali menggayuti hati Amy. Perlahan ia mengatur ekspresi wajahnya. Lalu pelan-pelan menoleh pada apa yang membuat Reggie terbelalak.

Dengan ketenangan yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri Amy menoleh, bersiap menghadapi ancaman apapun yang akan datang.

Tatapannya terpaku pada pria tinggi dengan tubuh besar, bahu yang bidang serta aura gelap yang menguar ke sekelilingnya. Ia tak dapat melihat wajah pria itu karna tertutup mantel. Namun Amy tahu ini adalah musuh.

Ia memandang sekeliling mansion, kini ia tahu tak ada lagi kesempatan baginya dan Reggie untuk meloloskan diri. Mereka terkepung.

"Well ... memangnya kemana kalian akan membawanya?"

Isyarat kepala dari pria tersebut mengarah pada ayah Amy yang masih dibopong olehnya dan Reggie. Memberi isyarat pada Reggie untuk mengikutinya, Amy mulai menurunkan ayahnya pelan pelan.

"Bukan urusanmu! Lagipula untuk apa kau bertanya!? Dan siapa kau!?"

Amy menghardik sambil mengangkat dagu. Kembali ia memandang ke wajah yang hanya terlihat gelap tertutup bayang-bayang. Amy merasakan tatapan itu, mata yang seolah menelisik setiap jengkal tubuhnya dari bawah ... kembali lagi ke atas, berulang- ulang.

"Aku hanya ingin menguburkan jenazahnya, memangnya kenapa !? Dan sekali lagi apa urusanmu!" bentak Amy.

"Lalu kenapa tidak kau urus juga seluruh mayat yang ada di mansion ini? Apakah mereka begitu tidak berharga untukmu?" sindir pria itu.

"Tidak akan cukup waktu bagiku! Sampai salah satu dari mereka bangun dan menemukan kami! Apa kau kira mereka akan membiarkannya!!" Amy menghardik dengan nada tinggi.

Pria itu berdecak, melangkah masuk ke dalam mansion. Pemandangan berdarah dan para pria yang tengah tertidur memancing kemarahannya. Bak petir suaranya membelah aula, menggelegar, membuat para pria anak buahnya bergerak cepat melaksanakan perintah.

"Segera kalian urus mayat-mayat ini! Dan bangunkan para ******** tengik tak berguna yang ada disini!"

Perintahnya segera diindahkan oleh para pria yang dibawanya. Mereka bergerak cepat dan gesit, menyeret para anak buah Jack dan sebagian lagi mulai mengumpulkan korban pembantaian di mansion.

Amy menunggu, Reggie yang berada di sampingnya menyenggol sekilas lengan Amy. Ia mendapati Reggie mengendikkan dagu ke arah mobil di halaman mansion.

Amy kembali melihat ke arah punggung pria yang telah membuka mantelnya dan kembali meneriakkan serangkaian perintah. Dengan anggukan pelan Amy memberi isyarat pada Reggie.

Mereka tidak menyadari sepasang mata abu-abu yang lekat mengawasi tiap gerak- gerik dan pembicaraan mereka.

"Kalian pikir dapat kabur dari sini?"

Pertanyaan itu dihaturkan dengan suara tenang dan sedikit nada geli.

Amy dan Reggie menoleh cepat ke arah suara.

"Dan kau Woman ... apa kau pikir kami para pria akan melewatkan pemandangan dirimu yang menggiurkan itu?" Pria itu menujukan kata-katanya pada Reggie.

Pelan Reggie menunduk, memandang dirinya yang masih menggunakan kaus robek dengan beberapa area kulit yang terbuka dengan pakaian dalam yang mengintip lewat celah robekan bajunya.

**********

Tekan Like, Love, komentar, bintang lima dan juga vote ya All my readers

Terima kasih banyak,

Salam, DIANAZ.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***