Di Pasar tradisional dua orang wanita beda usia berjalan beriringan masuk kedalam toko perabotan.
Gadis mudah yang diajak masuk kedalam toko perabotan terlihat mengkerutkan keningnya bingung. "Ma kenapa kita masuk ketoko perabot?"
"Itu Kamu tau. Ini toko perabot. Jadi sudah jelas kita akan beli perabotan. Sudah tau jawabnya kenapa bertanyak lagi," ucap Sang Mama tersenyum sambil melihat lihat barang toko tersebut.
"Aduh Mama, bukan itu maksud Lisya," ucap Lisya menatap Mamanya.
"Lalu apa?" tanya Mama Lisya.
Lisya menjelaskan maksudnya, "Maksud Lisya itu kenapa kita membeli perabotan lagi pada hal perabotan di rumah masih pada bagus."
Mama yang mendengar ucapan putrinya berbalik menatap Alisya. "Memangnya siapa yang bilang, kalau kita beli perabotan untuk di digunakan di rumah?" tanya Mama.
Lisya yang mendengar ucapan Mamanya mengerutkan keningnya tak mengerti. "Kalau bukan untuk di pakai dirumah, lalu untuk apa kita membeli perabotan, Ma?" tanya Lisya penasaran.
"Yah, buat kamulah sayang. Buat siapa lagi," jawab Sang Mama memilih alat alat perabotan rumah sampai perabotan di dapur.
"Buat Lisya?" tanya Lisya.
"Iya sayang, buat kamu. Bukankah kamu akan ngekos dan pasti kamu memerlukan semua perabotan ini. Bukan?" ucap Sang Mama memilih perabotan.
Alisya sudah mulai paham sekarang, langsung saja dia memutar tubuh Mamanya yang membelakanginya menghadap kepadanya. "Ma dengerin Lisya yah. Lisya memang membutuhkan semua perabotan ini, tapi ... kita tidak bisa membeli semua ini sekarang. Ok," ucap Lisya menyimpang semua barang ketempat semula.
Lisya menarik Mamanya keluar dari tokoh. "Lisya kenapa kamu menarik Mama keluar?, Kita juga masih belum membeli apapun," ucap Mama.
"Mamaku yang cantik. Begini ya, Lisya memang akan ngekos dan Lisya juga tau kalau, Lisya akan membutuhkan alat alat perabotan. Tapi tidak beli sekarang," ucap Lisya.
"Lalu kapan kamu mau beli kalau bukan sekarang. Bukankah kamu akan berangkat dua hari lagi. Kamu itu, ayo masuk," ucap Mama ingin kembali masuk kedalam toko perabot.
Lisya menahan tangan Mamanya. "Ma tunggu dulu. Gini Ma-" ucap Lisya terpotong karena Mama lebih dulu menyerga ucapannya.
"Gini apa. Sudah jangan ngeyel, ayo masuk," ucap Sang Mama menarik tangan Lisya masuk ke toko.
Lisya kembali menarik tangan Mamany. " Mama dengerin Lisya dulu dong. Begiini ya Ma, kalau kita beli sekarang perabotannya itu akan sangat banyak buat aku bawah. Bagaimana kalau nanti Lisya tidak bisa menjaga dan mengurus semuanya dan jadi hilang?, Selain itu juga, kalau kita membawah banyak barang akan di kenakan biaya saat di bandar. Dan juga, siapa tau Kosan disana nyediaan alat perabotan rumah beda dengan kosan di sini. Bukankah kalau kita membeli perabotan sama saja membuang buang uang saja?, Lebih baik uangnya buat aku jajang aja, lebih bermanfaat. Iya, kan Ma?" jelas Lisya panjang lebar.
Tapi Sang Mama masih saja ngotot ingin membelikan perabotan dengan berkata. "Bagaiamana kalau kost disana sama saja disini tidak menyediakan alat perabotan rumah?, Apa yang akan kamu lakukan?" tanyak Mama.
"Kan, disana juga pasti ada toko penjual perabotan rumah Ma. Tidak mungkin, Kan Tidak ada yang jual. Lisya, kan bisa beli di sana," ucap Lisya.
" Iya juga ya."
"Iya. Sekarang kita beli ikan saja setelah itu kita pulang," ucap Lisya mengandeng tangan Mamanya.
Mama terlihat berpikir, lalu menarik tangan Lisya untuk berhenti. "Tapi Nak, kamu kan tidak tau jalanan disana. Bagaimana kamu bisa tau dimana ada toko penjual perabotan?"
"Aduh Mama ... sekarang itu sudah ada yang namanya Hp. Lisya bisa gunakan untuk mencari di mana ada toko penjual perabotan . Jadi Mama tidak usah khawatir lagi yah," ucap Lisya menjelaskan dengan pelan.
"Memangnya bisa?" tanya Mama tidak tau.
"Bisa Ma. Jaman sekarang semuanya sudah serba canggih," ucap Lisya.
"Iya sudah kalau begitu," ucap Mama yang tak lagi mempermasalahkan perabotan lagi.
Mereka berjalan kearah lapak penjual ikan.
"Mama mau beli ikan apa?" tanya Lisya.
"Mama juga belum tau, mau beli ikan apa. Nanti kita liat saja," ucap Mama belum tau mau beli ikan apa.
"Bu ikannya, ikannya Bu," teriak para penjual ikan.
"35 satu kilo, iya 25, 25, Iya 35 ,35 udangnya," teriak para penjual ikan.
"Ini berapa, Kang?" tanya Mama Lisya berdiri didepan salah satu lapak penjual ikan.
"Ini 35.000, Bu," ucap Akang penjual ikannya.
"Apa kita beli ini saja ya?, Terus kita bakar," tanya Mama.
"Terserah Mama saja," ucap Lisya.
Di bandara Negara S Sebuah Jet Pribadi baru saja mendarat dengan sempurna. Pintu Jet terbuka menampakkan sosok Pria berbadan besar. Dibelakang Pria berbadan besar ada sosok Pria tampan, tinggi dan kulit putih bersih.
Pria itu menuruni anak tangga Jet dengan penuh kharisma. Terlihat sangat gagah, membuat siapapun yang melihat bisa jatuh hati padanya.
Dibawah tangga sudah banyak pria bersetelan hitam hitam berbaris menyambut kedatangannya.
Satu diantaranya yang merupakan pimpinan Pria berbaju hitam, maju kedepan untuk memberikan hormat. "Selamat datang Tuan."
Pria yang itu tidak menghiraukannya dan berjalan kedepan, begitupun orang orang yang menyambut kedatangannya berjalan mengikuti dari belakang.
"Tuan," panggil Pria yang berjalan disampingnya. Dia adalah Asisten Pribadinya.
Pria yang dipanggil tak menghiraukan panggilan Asistennya. Membuat Asistennya mengerutu dalam hati, "Dasar Bos beruang kutub utara. Kenapa juga ada beruang kutub di sini?, seharusnya dia tidak disini melainkan berada bersama species nya di kutub utara. Ahhh. Andai dia bukan bosku sudah aku lempar dengan sekali tendangan kembali ke asal usulnya."
Dengan penuh kesabaran dia kembali berucap, "Tuan, Apa anda ingin langsung ke hotel atau bertem- " ucapanya langsung dipotong.
"Hotel," ucap Pria singkat, padat dan jelas.
Mereka sudah sampai didepan sebuah mobil mewah yang terparkir untuk menjemput kedatangan Pria dingin itu. Asisten membukakan pintu untuk Tuannya. Pria itu masuk kedalam Mobil dan Asisten dengan cepat masuk di kursi depan di belakan kemudi. Dan langsung mengemukan mobil kehotel yang akan di tempati Bisnya selama berada di negara S.
Didalam mobil hanya ada Keheningan. Beberapa mobil mengikuti mobil mereka dari belakang.
Pria yang duduk di kursi penumpang mengeluarkan sesuatu dari bali jasnya. Dia mengeluarkan sebuah pisau kecil tapi sangat tajam mampu memutus urat leher Manusia
Tanpa diduga pisau kecil itu sudah ada bertengker di leher Asistennya, membuat Asisten shock bukan main sekaligus merinding ketakutan.
"Umpatan apa?" tanyanya datar sedatar dinding menatap Asistennya.
Asisten yang sangat takut tidak tau maksud dari ucapan Bosnya. Karena tak mengerti dia berusaha bertanya dengan gemetaran. "Maksud Tu-tuan umpat-"
"Bandara," ucap Pria itu masih meletakkan pisau itu di leher asistennya.
Mendengar kata bandara dari mulut Bosnya Asisten sudah sedikit mengerti maksud dari ucapan Bosnya. Dengan sedikit takut dia berkata, "Maaf tuan, ak- ahhhhahh."
#Continue👋👉
...****************...
...Like👍👍👍 jempol readers harapan author....
......................
...comments 👇👇👇 ketikan readers harapan author....
...----------------...
...see you bay bay....
...Sarange❤❤❤....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments