ALISYA
Di belahan dunia, seorang wanita sedang berusaha menyakinkan orang tuanya agar mengizinkannya melanjutkan kuliah di University yang ada di Ibu Kota.
"Ma, tolong izinin aku pergi yah ..." bujuk gadis itu, sambil memelaskan kan wajahnya di depan sang Mama.
"Kenapa juga kamu tidak melanjutkan kuliah mu disini, bukan kah, disini juga banyak universitas?" ucap sang papa yang duduk dekat Mama.
"Benar tuh kata Papa mu. Disinikan banyak universitas yang bisa kamu tempati untuk kuliah," kata Mama sependapat dengan Papa.
"Tapi Ma, Pa. Boleh yah ... " ucap gadis itu masih membujuk orang tuanya dengan wajah paling mengemaskannya.
"Wajah mu itu kenapa?, Apa mau wajah mu yang cantik ini Papa cubit seperti bayi?" ucap Papa mengoda anak gadisnya itu.
"Ihhh Papa. Yah ngak lah, Ma- ?" belum selesai berucap Mama sudah lebih dulu berucap kembali.
"Apa kamu sudah memikirkan semuanya. Di mana kamu akan tinggal, sama siapa, yang terpenting siapa yang bangunin kamu. Hmm ,bagaiamana?"
"Aiisss Mama sama Papa sama aja. Ma, Pa putrimu Alisya ini udah besar jadi Mama gak perlu khawatir. Lisya janji akan menjaga diri Lisya dengan baik, percayalah. Jadi Lisya mohon Ma, Pa, izinin Lisya yah ..." ucap gadis yang menyebut dirinya dengan Lisya dengan mata yang masih terlihat mengemaskan.
"Ulululuihhh."
Sang papa yang gemas, mencubit pipi chaby putrinya itu seperti seorang bayi.
"Iiihhh, Papaaaa. Ma liat lah suami Mama itu sangat jahat, masa putri sendiri di cubitin," ucap Alisya mengadu di sang Mama sambil memanyungkan bibirnya yang terlihat tambah mengemaskan.
"Papa jangan gituin putrinya Mama yang cantik ini," ucap sang Mama.
"Dengar tuh Pa makany- ," belum selesai bicara di sela lebih dulu oleh sang Mama.
"Tapi pipinya di cubit seperti ini," ucap Sang Mama mencubit pipi Alisya dengan dua tangan, sisi kiri dan kanan. Membuat empunya semakin memanyungkan bibirnya.
"Ihhh Mama sama Papa benar bena-- " lagi dan lagi ucapannya belum usai sudah di sela.
"Cantik. Ganteng. terima kasih sayang," ucap Mama dan Papa barengan.
"Aauuhh aa gelap," ucap Alisya membuang muka ke arah lain.
Alisya yang terus digoda tidak mau melihat wajah Mama dan Papa nya yang dari tadi membuatnya kesal. Namun sedetik kemudian di kembali menatap wajah Sang Mama dan sang Papa secara bergantian sambil berucap, "Ma, Pa, apa boleh?"
Papa dan Mama nya berbalik menatap wajah putrinya dengan intens dan berkata, "Boleh apa sayang?" ucap Sang Mama pura pura tak tau, membuat putrinya kembali monyong.
"Aduhhh anak Mama yang cantik ini. Bibirnya kenapa di manyung manyungin begini, hmm. Sudah gak usah manyung manyung begitu, Mama ngizinin kamu kok. tapi-- "
Sang Mama menjeda sebentar ucapannya lalu melanjutkannya selang beberapa detik, "Apa itu sudah menjadi niatmu dan keputusan mu?" tanyak Sang Mama yang hanya dijawab dengan anggukan kepala saja.
"Jika benar maka Mama sama Papa merestuimu. Kejarlah mimpi mu itu sayang," ucap Sang Mama
Walau tadi sempat menjeda kalimatnya, tapi kalimat selanjutnya membuat hati Lisya lega karena akhirnya dia bisa melanjutkan kuliah nya d universitas impian nya sejak dulu.
Mata Lisya seketika berbinar mendengar ucapan Mamanya. "Benaran, Ma, Pa."
Lisya tersenyum dan masih gak percaya bawah dirinya berhasil membujuk orang tuanya.
"Ngak, " ucap Mama dan Papa bersamaan, menggoda Sang Anak, membuat Lisya deg-deg'an.
"Tapi booong. Hahaha. Ma, liat lah wajah anak mu itu, terlihat sangat jelek. Haahaha," ucap Papa tertawa sangat keras ketika berhasil mengerjai Putrinya.
Mama memukul pelang lengan suaminya agar berhenti menertawakan putrinya, walau Sang Mama juga menahan tawanya yang akan membuat putrinya itu lebih kesal.
"Pa udah dong. Jangan menertawakan putri cantik Mama ini," ucap Sang Mama
"Sayang kamu gak usah dengerin ucapan Papa kamu yah. Papa kamu cuman bercanda kok, Mama sama Papa udah merestui kamu sayang," ucap Mama mengusap lembut kepala anaknya.
Setelah beberapa saat terdiam Alisya kembali berucap memecah keheningan, "Ma, Pa makasih yah udah izin Lisya melanjutkan kuliah di Ibu Kota."
"Sama sama sayangnya Mama, Papa," ucap Mama dan Papa barengan.
"Sayang," panggil Mama.
"Iya Ma," jawab Alisya sambil menatap sang Mama kembali.
"Kapan kamu berangkat?"
"Masih tiga minggu ke depan Ma, kenapa Ma?, Apa ada sesuatu?" jawab Alisya
"Tidak ada. Mama cuma tanyak saja. Nanti disana kamu akan ngekos? " ucap Mama
"Yep Lisya akan ngekos, karena gak mungkin kan Lisya bangun rumah." jawab Alisya ikut becanda, tersenyum manis memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Kamu tuh yah, terus kamu sama siapa ngekosnya?, Mama ngak ngizinin kamu yah ngekos sendiri."
" Mama tenang aja yah. Lisya gak ngekos sendiri kok, Lisya nge kos bareng sama teman, etss temannya perempuan kok Mamaku sayang. Jadi Mama tenang aja yah tidak usah khawatir," jawab Alisya memeluk Sang Mama dari samping.
Alisya tau apa yang di rasakan oleh Sang Mama, yang khawatir. Tapi ini adalah salah satu cara Alisya kuliah di Universitas impiannya.
"Yah sudah kamu istirahat sana, ini udh malam. Mama sama Papa juga mau istirahat. Selamat malam sayang," ucap Sang Papa mengusap kepala Sang Anak dengan sangat lembut.
"Selamat malam Pa, Ma," jawab Alisya
Alisya berjalan menuju kamarnya untuk segera istirahat. Karena ini sudah malam dan dirinya juga sudah sangat mengantuk.
Sementara di dalam kamar Orang tua Lisya, juga terlihat sudah diatas kasur dan bersandar di kepala ranjang. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu, mungkin mengenai putri mereka yang akan melanjutkan kulianya di universitas yang ada di Ibu Kota jauh jauh dari mereka. Bagaimana pun mereka tetaplah orang tua dan selama ini tak ada diantara putrinya yang tinggal jauh dari mereka.
Tapi demi impian putri keduanya mereka rela melepas dan tinggal jauh untuk waktu yang cukup lama. Memikirkan hal itu membuat hati kedua orang tua itu merasa sedih. Beberapa saat ngobrol terlihat Sang Mama dan Sang Papa sudah mengantuk dan mengakhiri obrolannya.
"Sudah MA. Ayok tidur ini sudah sangat malam, biarkan putri kita mengejar mimpinya itu. Kita cukup memberikan dukungan kepadanya," ucap Papa membaringkan tubuhnya
"Tapi Pa-- " ucapan Mama belum selesai tapi sudah di tarik oleh Papa.
"Putri kita sekarang itu sudah besar. Percaya padanya pasti dia bisa menjaga diri dengan sangat baik. Bukankah dirimu telah mendidiknya dengan sangat baik sampai semua putri kita jadi seperti sekarang," ucap Sang Papa menenangkan Sang Istri yang khawatir dengan putrinya yang akan tinggal jauh dari dirinya. Sang Papa lebih mengeratkan pelukannya pada Istrinya.
"Selamat malam Mamanya anak anak yang cantik," ucap Sang Papa memberikan kucupan di kening istrinya.
"Selamat malam juga untuk pahlawannya anak anak," ucap Sang Mama mengeratkan pelukannya kepada sang suami.
Selang beberapa saat terlihat sepasang suami istri itu tertidur dengan lelapnya, begitu pun penghuni kamar lainnya sudah tertidur dengan lelapnya dan sangat damai.
...#continue ......
...#...
...#...
...#...
...#...
...$$$$$$$...
...see you....
...Sarang ❤❤❤....
...Lake👍👍👍 jempol readers harapan author....
...comments 👇👇👇 ketikan readers harapan author....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments