Sinar matahari menerobos masuk melalui celah celah jendela kamar dan mengenai mata seorang gadis yang masih meringkuk di dalam selimutnya, bak seorang bayi. Gadis itu mengerjapkan mata guna menyesuaikan cahaya masuk melalui retinanya itu. Tangannya menggapai jam bekker yang berada di atas nakas yang sedari tadi berbunyi.
"Masih pagi," gumam gadis itu, karena merasa masih pagi dia melanjutkan lagi tidurnya yang terjeda tadi. Tidur lima menit lagi enggak papa kan?
Terdengar suara langkah kaki yang perlahan mendekati kasur gadis itu. Tak berapa lama ia merasakan seseorang menaiki tempat tidurnya ini, ia ingin mengetahui siapa itu namun rasa kantuknya lebih dominan daripada rasa keingintahuannya.
Engh..
Gadis itu merasakan sesuatu yang mengganjal di hidungnya yang disertai bau yang tak sedap. Kepalanya sudah mulai pening. Masih dengan mata tertutup, ketakutan menguasai tubuhnya.
Sialan! Bau apa nih woi!
Beneran dah sumpah, ini tuh bau banget. Entah obat bius apa yang digunakan orang ini.
Jangan-jangan penculik?
Terus penculik itu perkosa gue,
Terus bunuh gue,
Terus jual organ tubuh gue!!
Enak aja mau jual organ tubuhnya, mati dulu ditangan gadis itu, gini-gini ia pernah belajar karate sampai sabuk coklat jadi ngehajar satu atau dua penculik mah kelingking doang. Baiklah strategi pertama, tenang dan diam supaya penculik itu percaya kalau gadis itu sudah pingsan. Lalu dua mulai menghitung dalam diam,
Satu
Dua
Ti—
"RASAKAN INI JELANGKUNG!!" Dengan kekuatan super yang ia miliki, gadis itu berhasil menerjang penculik itu. Hah emang enak!
"Aahk.. MASA DEPAN GUE!!" teriak penculik itu seraya memegang aset masa depannya.
"*****! KALO MASA DEPAN GUE SURAM, GUE MUTILASI TUBUH LO! DASAR MONYET AYAN! Akh sakit woy!!" Viola menutup telinganya mendengar pekikan dan ringisan kesakitan orang itu, eh rasa-rasa nya dia kenal dengan orang itu. Tapi siapa?
"Lah, Marvel? Gue pikir lo penculik yang bakal jual organ tubuh gue." Viola memurus dadanya bersyukur. Untung saja, kalo beneran penculik kan Viola serem juga hehe.
"Gue abang lo, bodoh!! Gue yang akan jual organ tubuh lo kalo aset berharga gue kenapa-napa!!" pekik Marvel masih memegang aset masa depan nya itu. Alat untuk mencetak Marvel junior itu terasa sangat berdenyut, semoga saja masih bisa mencetak sepuluh Marvel junior lagi.
"Hehe serem amet lu. Ya kan gue ngiranya lo penculik, itu refleks doang kok. Gimana? Bagus nggak gerakan refleks gue?" Viola terkekeh, ia menaik turunkan alisnya sambil bersedekap.
"Haha hehe haha hehe bagus sih bagus tapi lo gunain untuk orang jahat dong bukan gue! Sakit nih!" gerutu Marvel.
"Lagian lo sih gangguin gue, salah siapa coba? Lo nyumpelin apa sih di idung gue? Kok baunya kek kaos kaki gitu ya?" Viola mengendus ngenduskan hidungnya karena bau busuk itu masih menempel di hidungnya.
"Iyalah bau! Orang itu kaus kaki gue," ucap Marvel yang masih bernada ketus. Masih sakit woi ini pusaka!
"Wanjeng! Dasar lutung kasarung! Kaos kaki lu kek terasi busuk woy! Kampret lu anjay! Rasakan ini!!" Viola memukul Marvel membabi buta.
"Aw aw aw sakit Vio sakit," Viola tidak menggubris ringisan Marvel, dia masih saja memukulnya. "Sono lo mandi! Si Ardo nunggu dari tadi tuh di bawah."
"Hah? Ngapain Kulkas itu ke sini?" tanya Viola langsung berhenti memukul Marvel.
"Mana gue tau!" ketus Marvel sambil memurus lengannya akibat tinjuan dari Viola. "Cepetan lo mandi!"
"Iya iya bentar lagi," kata Viola ia kembali rebahan ke kasur ternyaman miliknya. Enak banget rebahan seharian, kayak udah surga dunia.
Tanpa disadari Viola, Marvel sudah mendekati nya dengan seringaian jahat tetpatri di wajah tampan itu.
"Eh eh lo mau ngapain?" tanya Viola sedikit menjauh. Viola agak takut melihat senyum mengerikan milik abangnya itu. Gini-gini Viola juga takut sama abangnya itu.
"Mau nyeret lo dan kejadian yang dulu terulang lagi," ucap Marvel masih dengan seringaian jahatnya. Marvel mulai memegang tangan Viola.
"E-eh iya iya gue mandi! Lepasin tangan bau ikan asin lo ini," sentak Viola, ia langsung berlari ke kamar mandi disusul gelak tawa dari Marvel.
Bukan apa Viola sudah pernah merasakan diseret Marvel seperti kambing dan dimandikannya menggunakan air dingin lalu keesokan pagi nya Viola terkena demam tinggi. Hal itu membuat Viola jera dan tidak mau mengulanginya lagi. Mereka memang kekanakan, tapi hal-hal seperti itulah yang akan mereka rindukan nanti.
Sedangkan di ruang tamu, Ardo sedang berbincang dengan Mami Tania. Lebih tepatnya sih mami Mami Tania ngomong sendiri, Ardo mah manggut-manggut doang.
"Ya ampun nih anak gadis atu kemana ya? Bertelur atau gimana sih? Lama banget, nggak malu apa sama calon suami," gerutu Mami Tania.
"Vel, Viola mana? Kenapa belum turun?" tanya Mami Tania pada Marvel yang baru saja duduk sambil meneguk susu yang baru saja di ambilnya.
"Lagi mandi, Mi. Emang mau kemana, Do?" tanya Marvel ke Ardo.
"Mama nyuruh ke butik temennya," ucap Ardo seadanya.
"Fitting baju, mama kamu udah ngasi tau Mami. Tapi Mami udah bilang ga bisa pergi soalnya ponakan Mami mau nikahan," ucap Mami Tania.
"Siapa, Mi?"
"Itu si Rara anak tante Nayra kamu itu," jelas Mami Tania. Marvel hanya ber'oh' ria aja. Sebenarnya dia pun kurang tau siapa Rara ini.
Tak lama kemudian Viola muncul dengan wajah segar. "Pagi, Mami." Viola menyengir.
"Kamu ini! Ardo udah nunggu dari tadi lho, kan kasian, nggak malu sama calon dengan tingkah kamu ini?" ucap Mami Tania.
"Malu? Buat apa? Kan sebelum nikah sama aku harusnya dia udah tau kayak mana tingkah aku ini," kata Viola.
Mami Tania hanya bisa menggeleng. "Maafin tingkah Viola ya Ardo. Dia tuh emang gini kalo lagi kumat,"
Viola hanya memutar bola mata jengkel malah mencomot roti dan susu di meja makan. "Yaudah sih, Mi. Enggak usah minta maaf, kan enggak salah," sahut Viola santai.
"Hush gak baik sama calon suami kayak gitu! Heran nih anak ga ada sopan-sopannya sama calon suami."
Viola memutar bola mata malas, baru calon kan?
"Kita berangkat, Mi." pamit Ardo lalu ia menyalimi calon mertuanya itu.
"Iya hati hati," ucap Mami Tania dan Marvel bersamaan.
"Loh loh eh tungguin woy!" Viola dengan cepat mendandaskan susunya. "Errgg ... Alhamdulillah."
"Mi, Viola berangkat." Viola langsung menyusul ketertinggalannya.
Sesampainya di mobil, Viola menunggu Ardo membukakan pintu mobil untuknya seperti yang biasa mantan-mantannya dulu lakukan.
Namun Viola di buat cengo karena Ardo malah masuk duluan tanpa membukakan pintu untuknya. Pria itu menurunkan kaca mobil lalu menatap Viola yang masih berdiri di luar.
"Mau ditinggal?"
***
Mohon maaf dengan Typo yang bertebaran ini :(
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
XiaAlxx
Menurut gw rara itu mira yang Di nikahin Renal y g si
2021-04-04
1
Wahyuni"uni
sungguh kocak😂🤣🤣
2021-02-06
1
Elly
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kenapa ini novel kocak banget sich
2020-06-10
3