Sepuluh

"Kamu cemburu?"

Spontan Viola menatap Ardo yang juga menatapnya polos kayak bayi, sumpah mukanya itu lho. Pen ketawa tapi takut dosa. "Eh? Apa lo bilang? Cemburu? Helow, bangun Pak, udah siang!" ketus Viola, ia langsung memalingkan wajahnya ke jendela mobil.

Cemburu? Mana mungkin dia cemburu, orang dia hanya meluapkan kekesalannya doang. Ini jantung kenape sih? Nggak usah norak, malu-maluin aja jedag jedug di saat seperti ini.

"Kita mau kemana?" tanya Viola ketika tau bahwa Ardo membawanya bukan kearah rumah.

Tidak ada sahutan dari Ardo membuat gadis itu mendelik kesa. Gini amet Tuhan calon laki gue, raung batin Viola.

"Eh atau jangan-jangan lo mau nyulik gue?" Entah dapat darimana Viola berfikiran seperti itu, tapi yang jelas nih ya dari ftv ftv yang Mami Tania tonton tuh adegannya emang kayak gini, ada orang pura-pura baik eh ternyata dia suruhan orang lain buat jemput si cewek. Terus bosnya si penculik tadi ternyata suka sama tuh cewek terus bakal dinikahin nah gitu temen-temen.

Ardo mengernyit namun sedetik kemudian dia menyeringai seperti om om kardus yang sedang melihat para ayam kampus.

"T-turunin gue!" pinta Viola dengan nada yang sedikit ketus, sebenarnya Viola sudah mulai takut. Kan orang pendiam sekalinya berbuat sesuatu maka kita tidak akan menduganya. Seperti peribahasa 'Diam-diam menghanyutkan' mungkin begitu juga dengan Ardo.

"Diam!" ucap Ardo dingin. Sumpah demi apa, keringat dingin sudah mulai bercucuran di pelilpis Viola. Dia makin takut Ardo ini ternyata adalah seorang psikopat.

'Mamii, tolongin aku!'

***

Tak berapa lama mobil yang dikendarai Ardo berhenti di depan sebuah toko perhiasan. Viola nampak kaget kenapa Ardo membawanya kesini.

"Eumm gu-gue--" ucap Viola terbata.

Ardo menaikkan sebelah alisnya. "Turun!" ucapnya dingin.

Mau tidak mau Viola mengikuti ucapan Ardo. Apa jangan-jangan bosnya si Ardo ini juragan emas? Makanya dia mampu bayar Ardo buat nyulik Viola.

"Aunty, cincin pernikahan," ucap Ardo. Viola menatap Ardo dengan kening berkerut, cincin pernikahan? Jadi gue diculik buat beli cincin? Aihh kenapa romantis banget sih, batin Viola. Gadis otw wanita itu lagi-lagi tersenyum menye-menye.

Wanita paruh baya yang di panggil Ardo 'Aunty' itu mendengus kesal,

"Bisakah kamu sedikit lembut pada aunty mu, Etta?" Ardo mendelik tajam ke Aunty nya itu, apa apaan nama jelek itu masih diberikan padanya. Sumpah Ardo rasanya ingin menghapus saja nama Cetta dalam dirinya itu.

'Etta?' Viola menahan tawanya, 'Etta terangkanlah,' lanjut batin Viola. Sumpah rasanya ia ingin ngakak sepuasnya.

Aunty Ardo memandang Viola tanpa memperdulikan anak sepupunya itu. "Calon istri Etta kan?" tanya Aunty. Ardo menggeram kesal sementara Viola sudah cekikikan dari tadi saat mendengar kata Etta itu.

"Iya ... ?"

"Aunty Shelin, panggil Aunty saja. Aku sepupu ibu Etta," ucap Shelin memperkenalkan dirinya, lagi-lagi Viola tertawa mendengarkan aunty Shelin menyebut nama Etta. Lucu saja mendengarnya.

"Viola, aunty. Vio juga bisa," ucap Viola menjabat tangan Shelin

"Ayo Vio akan ku tunjukkan model model cincin terbaru di sini," ucap Shelin menarik tangan Viola

Viola tertegun melihat banyak cincin yang berjejer indah di sana dan dia bingung untuk memilihnya. Boleh tidak kalau dia ambil semua ehehe.

"Ini," kata Ardo menunjuk cincin dengan berlian sebagai penghias yang mengelilingi cincin itu. Simple tapi elegan. Viola terkejut, kapan si Bapak Es a.k.a Etta itu berada disampingnya?

Ternyata selera Es lumayan juga, batin Viola

"Wah ternyata seleramu oke juga, ini limited edition lho. Hanya ada 3 pasang saja se-Asia Tenggara, karena cincin itu memakai berlian langka," ucap Aunty Shelin.

"Berapa Aunty?" tanya Ardo.

"Gak usah Etta, anggap aja ini hadiah pernikahan dari Aunty untuk kalian," ujar Aunty Shelin.

"Baiklah," ucap Ardo yang langsung berlalu dari sana. Viola melongo, sudah tidak berterimakasih, pulang tidak pamit juga? Astaga bisa beneran mati muda Viola nampaknya ini. Aunty Shelin terkekeh, dia sudah biasa melihat Ettanya seperti itu

"Kamu harus bisa mengimbanginya, sifatnya yang dingin, datar, cuek, pendiamnya itu kebangetan," ucap Aunty Shelin. Viola menggaruk tengkuknya. "Juga pelit," lanjut Aunty Shelin setengah berbisik.

Viola tersenyum canggung, sifat Bapak Es itu memang benar-benar. "Viola pulang dulu Aunty dan terimakasih cincin nya," ucap Viola tersenyum ramah. Setidaknya dia yang mewakilkan rasa terimakasih itu.

"Iya sayang, hati hati dijalan. Dan jangan lupa cepet bikinin Aunty cucu," ucap aunty Shelin, Viola hanya tertawa sumbang.

'Dikira kue kali ah dibikin segala,'

Sesampai di mobil Viola langsung masuk dengan gerutuan di bibirnya. "Lo itu manusia bukan sih? Yang gue tau manusia itu pandai bersosialisasi yah sebagai contoh ucapan terimakasih gitu. Ck heran gue, bisa ya lo idup kayak gitu. Kalo gue sih udah mati duluan gue."

"Itukan kamu, bukan saya,"

"Eh lo nyolot lagi gue tampol ya!" Ardo mengerutkan kening nya, ini yang nyolot siapa sih sebenernya? Ardo atau Viola?

"Makan atau pulang," Ardo berucap tanpa memperdulikan ucapan Viola tadi.

"Makan dong, laper hehe," kekeh Viola, semua kekesalannya sudah hilang dengan satu kata yaitu 'Makan'.

Ardo kemudian mengendarai mobilnya, tanpa sadar Viola memperhatikan struktur wajah Ardo dari samping. Ardo yang masih menggunakan kacamata hitam itu nampak menawan sekali di mata Viola, gadis itu sampai menggigit jarinya ketika melihat bibir pucat merah muda milik Ardo

Cipokable pasti nih, aduh mana ganteng lagi. Dia bawa gue ke KUA pun gue dengan senang hati, batin Viola masih dengan menatap Ardo yang masih fokus menyetir duh makin keliatan aura kegantengnya

"I know saya ganteng, tapi jangan perhatikan saya seperti itu, kamu seperti nelanjangin saya."

Viola tersentak lalu memandang Ardo. "Idih, jangan geer lu Kulkas, gue tuh lihat bulu idung lo keluar dikit," kilah Viola. Halah dasar mulut cabe!

Hening...

Ah Viola bosan, ini katanya mau makan tapi ko nggak nyampe-nyampe? Atau mungkin Ardo ingin membuat surprise buat Viola? Ah memikirkan itu Viola jadi tersenyum sendiri. Ardo ini penuh dengan kejutan.

"Eh kok pulang?" Viola kebingungan ketika mobil Ardo membawanya kerumah Viola

"Setelah saya fikir, lebih baik makan di rumah saja. Lebih hemat,"

"Hah?" Viola cengo. Sumpah, ini Bapak Es pandai banget yak menghempaskan imajinasi Viola tentang surprise romantis itu. Back to real, Viola. Orang di samping lo ini tetap Bapak Es yang tidak berperikemanusiaan, jadi apa yang ada dalam fikiran lo itu tetap jadi kayak lagunya Shawn Mendes, imagination.

Brak!

Viola membanting pintu mobil, lagi-lagi Viola dibuat kesal oleh Ardo. Satu hari ini dia sudah berkali-kali naik darah, bisa-bisa dia terkena stroke, hipertensi, serangan jantung, gagal ginjal, diabetes, sampai komplikasi jika berdekatan dengan Ardo terus.

"Lo jangan masuk! Pulang sana!" usir Viola ketus.

Ardo membuka kaca mobilnya. "Saya juga tidak berniat masuk." lalu Ardo berlalu meninggalkan Viola.

Lagi-lagi Viola melongo. "Arrghhh!!" teriak Viola.

"Sialan lo Kulkas Kosong! Kutub Utsel! Triplek! Kucing garong! Tikus gepeng! Kutu air~~" lalu semua binatang di kebun binatang pun terabsen satu-satu oleh Viola tak lupa pula sepatunya jadi alat untuk melempar mobil Ardo.

***

Typo bertebaran guys, harap maklum ya ehehe :)

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***