04 - First Mission 2

Diperjalanan, Rafel memasangkan earpiece ke telinga Raka dan mendandaninya seperti pria dewasa konglomerat yang kaya.

"Ini untuk apa? Perlu ya?" tanya Raka penasaran.

Tak lama kemudian, mobil berhenti tepat di depan gedung kasino.

"Masuk dan berjudi lah dengan baik." ucapnya membuat Raka memasang wajah tak percaya.

"Apa?"

Pintu mobil terbuka dan Rafel mendorongnya keluar.

"Roy LeBlanc, dari Prancis dan gunakanlah bahasa Inggris. Di dalam sana lo akan bertemu salah satu bawahannya Leo, dia cowok pendek dan punya bekas luka di alis kirinya, good luck."

Mobil lalu pergi meninggalkan Raka yang masih berdiri mematung di depan gedung kasino.

Dengan langkah berat, Raka masuk ke dalam kasino dengan percaya diri dan menatap sekitar, mencari orang yang Rafel maksud.

Raka melangkah lebih dalam ke gedung kasino yang dipenuhi suara makian, teriakan gembira karena memenangkan taruhan dan suara mesin.

Suara Rafel lalu terdengar di earpiece Raka.

"Eh? Lo bisa lihat gue?"

"Ada kamera di dasi lo, dengerin gue aja dan jangan menjawab." ucapnya.

Gue diam dan fokus mendengarkannya di tengah riuhnya suasana kasino. Dan jauh di dalam hati, gue merasakan perasaan tak nyaman berada di tempat seperti ini. Mengingat ayah gue yang sering judi dan memiliki banyak hutang sampai harus menjual gue ke orang berbahaya di seluruh negara.

"Lihat di kiri, orang yang pakai baju pengawal."

Gue mengikuti arahannya dan menolah ke arah kiri, dimana jajaran orang dengan baju pengawal berada, dan salah satunya adalah orang yang di deskripsikan Rafel.

Gue berjalan ke arahnya sambil membuat kontak mata. Orang itu mengangguk kecil dan mengeluarkan sesuatu dari dalam lengan bajunya.

"Ambil kertas dari tangannya dan jalan terus." suara Rafel terdengar melalui earpiece gue.

Gue berjalan ke arahnya dan mengambil kertas di tangannya diam-diam sambil tak berhenti berjalan.

Gue berjalan ke sebuah lorong dan memasuki toilet untuk membaca isi kertasnya. Didalamnya hanya ada sebuah kartu hitam dengan gambar tengkorak terbakar dan sebuah tulisan 'Ujung lorong di lantai tiga.'

"Ini maksudnya apa?" tanya Raka bingung

"Tempat dimana lo harus menggunakan identitas Roy LeBlanc, berakting lah layaknya bangsawan Prancis penggila judi." jawab Rafel.

"Setelah ini lo akan tersambung dengan Nathan, dengerin dia baik-baik ya." setelah itu, sambungan Rafel terputus dan suara Nathan terdengar. Bukan hanya wajahnya yang terasa familiar di mata Raka, bahkan suaranya pun terdengar familiar di telinganya.

Raka keluar dari toilet dan memutar otak untuk meraih lantai tiga tanpa membuat siapapun curiga.

Raka memfokuskan pendengarannya, tapi suara Nathan sama sekali belum terdengar.

Raka duduk di sebuah meja yang terdapat dua orang lain duduk tak jauh darinya. Semenit kemudian, seorang pria berseragam hitam putih dengan topeng rubah memberinya dua kartu. Sial, apa dia baru saja duduk di meja judi?

Raka menatap dua kartu di depannya, dia sama sekali tak mengerti dengan hal ini.

Raka menatap dua orang lain dan mengintip kartu mereka. Yang satu mengeluarkan ekspresi wajah netral dan yang lainnya terlihat sangat kecewa.

Pria berseragam hitam putih yang disebut 'dealer' itu, memberikan peraturan di mejanya. Setelah itu, kedua orang lainnya memberikan uangnya untuk taruhan. Dealer menatap Raka dan Raka langsung meraba sakunya, dan hanya menemukan sebuah koin perak yang berkilau.

Dealer mengangguk dan Raka meletakkan koin itu di atas meja tanpa ragu.

Raka mengintip kartunya yang merupakan kartu 10 dan Ace diamond.

Raka yang merupakan pemula, tak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya dan menganga.

Dealer dan kedua orang lainnya menatapnya.

"Ugh... Stand."

Dealer lalu membuka kartunya lagi, dengan begitu kartu dealer sudah bernilai 12.

Satu orang lainnya memukul meja dan terlihat frustasi.

Permainan pun berlanjut, saat kartu dealer mencapai angka 17, pemain kedua kalah saat melakukan hit. Dealer menatap Raka yang terus melakukan stand.

Dealer meminta Raka membuka kartunya dan Raka membukanya.

Semua orang di meja terlihat kecewa dan dealer hanya bertepuk tangan sambil memberikan uang taruhan di meja ke Raka.

Dan kemudian, suara Nathan terdengar.

"Berhenti bermain dan naiklah, Sasha menunggu lo disana."

Raka langsung berdiri dan dealer menatapnya. Raka hanya mengambil koin peraknya tadi dan memberikan sisa uangnya ke dealer.

"Take it." setelah itu dia pergi ke lantai tiga.

Raka menelusuri lorong sepi dan redup itu, tak jauh dari sana dia melihat sebuah pintu dengan ukiran tengkorak terbakar seperti gambar di kartu yang dia terima sebelumnya.

"Kau lambat sekali." suara Sasha terdengar dari sampingnya. Dia bersandar di dinding dengan mengenakan gaun hitam dan topeng masquerade.

"Ah, gue agak nyasar." jawab Raka.

Sasha hanya menghiraukannya dan menunjuk pintu dengan dagunya.

Raka yang mengerti langsung mengeluarkan kartunya dan menempelkannya di sistem kunci pintu. Sedetik kemudian, terdengar suara kunci pintu yang terbuka.

Sasha langsung masuk tanpa menatap Raka dan Raka hanya mengikutinya dari belakang.

Seorang pria tua yang duduk di kursinya menatap mereka berdua dan langsung berdiri.

"Ya ampun, kalian sudah datang rupanya. Maaf karena tidak menyambut." ucapnya sopan dengan bahasa Inggris yang ber aksen unik.

"Tak apa, kami mengerti kau sibuk." jawab Sasha.

Pria itu lalu mempersilahkan mereka berdua untuk duduk.

Sasha menggandeng lengan Raka dan duduk di sofa yang sama. Mereka duduk berdekatan dengan satu sama lain.

"Kalian tampak lebih muda daripada di foto." ucapnya basa-basi.

"Tuan Li, kau tahu Roy sangat sensitif dengan topik itu kan?"

Pria yang dipanggil Tuan Li itu tertawa dan diikuti dengan Sasha.

"Apa dia memang pendiam seperti ini?" tanyanya sambil menatap Raka.

Raka yang merasa dirinya di tatap dengan lekat, menatap Tuan Li sambil memberikan senyum tipis.

Telat sebelum Raka hendak menjawab, Sasha sudah memotongnya duluan.

"Dia baru saja operasi amandel, jadi suaranya tak enak didengar dan dia juga agak susah untuknya berbicara." ucapnya dan Tuan Li hanya mengangguk.

Raka pun menatap Sasha yang langsung memberikan sikuan pada pinggangnya.

Mereka mengobrolkan banyak hal dan saling melemparkan candaan garing dan anehnya mereka tertawa seolah candaan itu lucu. Tapi tawa mereka dipecahkan dengan bunyi alarm yang keras.

Ekspresi wajah Tuan Li menjadi serius dan dia berdiri dari kursinya.

"Ah maaf atau gangguannya, Tuan dan Nyonya LeBlanc. Tapi aku akan segera kembali setelah mencari tahu apa yang terjadi."

Dengan itu, dia pergi dari ruangan dan Sasha langsung berdiri.

"Hei, cari tuas dimanapun, cepat." ucapnya sambil memblokir pintu dengan sebuah laci.

"Eh? Kenapa?"

"Cepat sebelum dia kembali dan kita semua mati."

Sasha langsung menggeledah setiap ujung ruangan mencari sebuah tuas dan Raka pun ikut mencarinya tanpa bertanya lebih jauh.

Mereka membalik lukisan, membongkar rak buku tapi tak kunjung membuahkan hasil, sampai mata Raka menangkap sesuatu yang janggal di lantai.

"Oh, Sha lihat deh."

Sasha langsung menatapnya dan menghampirinya, melihat ke arah yang sama dengannya.

"Hm, struktur lantai di bagian sini tak seimbang..."

Sasha menatap sekeliling dan menemukan sesuatu.

"Kerja bagus. Matamu menyelamatkan kita semua."

Sasha berjalan ke balik sofa dan membalik sofanya. Di bawah sana terdapat sebuah pintu kecil.

"Arshaka, injak bagian itu dalam instruksiku."

Setelah mengatakan itu, terdengar suara gedoran keras di pintu. Raka langsung menatap Sasha dengan panik.

Sasha hanya mengangkat tangannya sambil menatap ke arah pintu yang akan terbuka jika seseorang mendobraknya.

Dan benar saja, suara gedoran kali ini terdengar sangat keras dan pintu pun terbuka.

"Sekarang!"

Raka langsung menginjak bagian lantai itu dan Sasha mengeluarkan pistolnya lalu menembaki kaki orang-orang yang mendobrak pintunya hingga mereka terjatuh.

Setelah pintu kecil di lantai itu terbuka, Sasha melompat masuk ke dalamnya dan Raka langsung ditarik ke atas oleh seseorang yang memeluknya dari belakang.

Raka yang terkejut dirinya terangkat langsung menatap orang di belakangnya yang tak lain adalah orang yang duduk di sampingnya di mobil tadi, dia anggotanya Rafel.

Setelah tiba di ventilasi udara yang luas, beberapa orang langsung menutup kembali ventilasi itu dan di bawah sana terdengar ricuh karena perkelahian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!