Aku, sepagi ini sudah berada di rumah Yasmin. Apalagi tujuannya, kalau buka untuk mengemukakan isi hati. Perkara di terima atau tidak, biarlah jadi urusan nanti. Sekarang, yang terpenting Yasmin tahu bahwa aku mencintainya.
Pak Bimo mendukung penuh apa yang kulakukan. Ia memang ingin agar akulah yang menjadi pendamping putrinya, Yasmin.
"Yas, aku mencintaimu!" kataku.
Gadis itu terlihat biasa. Ia tidak kaget, bahkan tidak mengangkat wajahnya. Ia terus saja menundukkan kepalanya. Sehingga membuatku serba salah.
"Kau tak perlu menjawab sekarang. Pikirkan saja nanti. Saat aku sudah kembali. Ya, aku ingin pamit," terakhir, aku sengaja bicara dengan suara pelan.
"Anda mau kemana, tuan?" akhirnya ia buka suara.
"Aku ... apa penting untukmu tau, Yas?"
Lagi-lagi tidak ada jawaban. Baiklah Yasmin, kalau saat ini kau tidak peduli padaku, tidak mengapa. Nanti, kupastikan kau akan menerimaku. Yah, semoga begitu.
Melihat sikapnya sekarang, aku benar-benar pesimis. Apakah kepala polisi itu telah sempurna merajai hatinya. Tidak bisakah kugantikan posisi itu?
Sabar-sabar, Qret. Aku mencoba membesarkan hati. Tidak semua kisah cinta berjalan mulus. Aku harus berjuang!
Saat sama-sama dalam diam, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara seseorang yang mendobrak pintu rumah Yasmin. Lalu masuklah seorang wanita paruh baya sambil berkacak pinggang.
"Sudah saya katakan, jangan dekati putraku lagi. Apa kau tidak punya malu? Mana harga dirimu? Di luar sana banyak lelaki kaya, kau goda mereka saja. Jangan putraku!" ucapnya.
Ibunya Jimmi, datang pagi-pagi untuk melabrak Yasmin. Tentu saja kami semua kaget, apalagi ia bicara dengan sangat keras dan kata-katanya pedas.
"Dari dulu sudah saya ingatkan. Putra saya adalah lelaki terhormat bermasa depan cerah. Kau tak pantas jadi pendampingnya. Jangan bermimpi terlalu tinggi. Lagi pula aku tidak akan menerimamu sebagai menantu!" ia terus bicara tanpa memberi lawan bicaranya untuk membela diri.
"Hei nyonya, siapa yang mengejar putra anda? Dia ini calon istriku. Putra anda yang mengejar-ngejarnya!" aku memotong sebelum lebih banyak luka lagi yang ia sayatkan di hati Yasmin.
"Siapa kau?" kini tatapannya tertuju padaku.
"Tadi sudah saya katakan, saya calon suami Yasmin!"
"Hei tunggu dulu. Sepertinya saya pernah bertemu anda?" tiba-tiba ia menutup mulutnya. "Kau?"
"Ya nyonya, aku putranya Wijaya dengan Rahayu. Anak tiri anda!" jawabku, enteng.
"Tidak! Jangan asal bicara, kau!" ia langsung melotot. Kemarahannya bertambah-tambah.
"Kalau tidak percaya, tanya suami anda!" aku menantangnya.
"Oh, sekarang aku mengerti. Kalian ingin menghancurkan keluargaku. Ini semua permainanmu dengan ibumu, kan? Iya, kan?" kini ia benar-benar naik pitam.
"Nyonya yang terhormat. Ini bukan permainan. Aku sendiri juga kaget, ternyata kita saling berkaitan. Yah, anggap saja ini karma!" kataku.
"Apa? Ahh, jangan bohong. Katakan, sebenarnya kalian mau apa? Kalian mau uang, kan? Berapa? Satu milliar, dua, tiga atau sepuluh? Katakan!" ia berteriak histeris.
Meskipun ia tidak sopan, tetapi aku tidak bisa menyalahkannya sepenuhnya. Iapun sebenarnya korban dari semua yang dilakukan Wijaya. Meskipun ia sombong dan kasar.
"Ma ...." Jimmi masuk. "Apa yang Mama lakukan di sini? Sudah kukatakan, tolong jangan ganggu Yasmin. Biarkan kami bersama, Ma. Jimmi dan Yasmin saling mencintai."
"Jimmi, untung kamu datang. Tolong dengarkan Mama. Mereka ini, semua ini adalah rencana mereka untuk menghancurkan keluarga kita. Perempuan ini sengaja mendekatimu agar ia bisa mendapatkan harta keluarga kita. Kau harus sadar, nak. Tolong sadarlah. Jangan seperti papamu, tolong nak!" ia sampai memohon pada Jimmi.
"Ma," Jimmi berusaha membantu ibunya bangkit. "Yasmin perempuan baik-baik, ma. Ia akan jadi menantu terbaik. Mama pasti akan menyukainya."
"Mama tidak bohong. Tanya saja pada mereka. Gadis ini calon istrinya dia. Dan dia sendiri adalah putra Rahayu, perempuan yang sudah menghancurkan keluarga kita. Perempuan yang sudah merayu papamu!" Perempuan itu menunjuk wajahku.
"Jangan asal bicara anda! Suami anda yang merayu ibuku!" aku tidak terima jika ada yang menghina ibu.
"Mengakulah. Ibumu mura***!" ucapnya.
Prakk. Tiba-tiba tanganku melayang ke pipinya. Hingga ia jatuh tersungkur. Jimmi sigap menangkap tubuh ibunya. "Jaga bicara anda nyonya terhormat!"
"Kau!" ia kembali histeris. "Beraninya memukulku, akan ku penjarakan kau!"
"Silakan. Lebih baik di penjara dari pada menyaksikan ibu sendiri dihina!" tantangku.
"Sudah ... sudah. Kalian benar-benar tidak punya harga diri. Kenapa bertengkar masalah keluarga di rumahku?" Pak Bimo yang sedari tadi berada di dalam langsung keluar. "Nak Jimmi, aku tidak membencimu, kau anak baik, tapi maaf, aku tidak bisa menerimamu sebagai menantu. Pergilah, bawa ibumu dan jangan pernah datang ke sini lagi. Jangan juga berusaha untuk menemui Yasmin. Aku tidak mengizinkannya." kata Pak Bimo. "Dan anda nyonya, saya tahu anda orang kaya yang terhormat, tapi kami tidak sehina itu. Kami juga punya harga diri. Tolong jangan hina putri saya lagi. Pergilah. Saya akan jamin, anak anda tidak akan pernah bertemu putri saya lagi!"
"Tapi paman," Jimmi mencoba memohon.
"Pergilah nak. Semoga kau menemukan jodoh yang baik." ungkap pak Bimo.
"Yas," Jimmi sempat menatap Yasmin, berharap agar gadis itu membuka suara, tetapi ia lebih memilih diam di balik tubuh ayahnya.
Ibu dan anak itu meninggalkan rumah Yasmin. Untuk sesaat suasana hening. Kemudian pak Bimo membuka pembicaraan.. mempertanyakan tentang kebenaran bahwa aku adalah anaknya Wijaya.
"Panjang ceritanya pak, tapi aku adalah anaknya." kataku.
"Baiklah. Semua sudah jelas. Sekarang, kau pun harus pergi. Ingat, kau harus melakukan petunjukku agar bisa mendapatkan putriku Yasmin." lelaki yang pernah berhutang padaku itu menepuk pundakku.
"Yas, aku pamit!" perlahan, aku melangkah, meninggalkan rumahnya. Nanti, kita akan bertemu lagi. Semoga sesegera mungkin.
***
"Kau kira aku akan menyerah?" Jimmi sudah berada di rumahku. Qret, kau sudah menghancurkan keluargaku. Aku tidak akan membiarkan kau menghancurkan masa depanku bersama Yasmin juga!"
"Kau mengancamku?" tanyaku
"Anggap saja begitu!"
"Kau itu adikku. Harusnya tidak boleh mengancam saudara besarmu. Tidak sopan. Bukankah kalian orang kaya yang terhormat!"
"Kita tidak perlu basa-basi lagi, Qret. Aku tidak peduli siapa kau. Aku hanya minta kau jangan mimpi bisa mendapatkan Yasmin!"
"Akhirnya kau tunjukkan siapa dirimu!"
"Heh, sebenarnya kita sama-sama jahat. Kau lupa, kita sama-sama anaknya Wijaya!"
"Dulu mungkin iya. Tapi sekarang aku sudah tidak ingin seperti itu lagi. Aku akan berubah!"
"Hahaha, boleh juga usahamu. Tapi kau harus ingat Qret, tidak segampang itu."
"Bukan kau yang menentukan!"
"Lalu siapa?"
"Sepertinya kau benar-benar jauh dari apa yang kupikirkan. Ini semakin membuatku yakin untuk merebut hati Yasmin."
"Delapan tahun kami menjaga perasaan itu Qret, kau tak akan bisa menghapus aku dari hatinya!"
"Kita lihat saja nanti!"
Kami berdua saling bersumpah akan memenangkan hati Yasmin. Dulu aku bisa mengalahkan Wijaya, bukan tidak mungkin, nanti pun akan mengalahkan anaknya. Toh, sekarang jalan yang kupilih adalah jalan suci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Shirhi Athmainnah
mantappp.
2021-03-08
0
Aini Malika
biarkn yasmin memilih... NEXT
2020-11-29
0
Irma sariany
aku dukung qretttttt
2020-11-06
0