Part 4

Abian yang berada di dalam ruang kerjanya, tengah menatap iPad miliknya untuk melihat apa yang tengah dilakukan oleh Alena. Dia ingin memastikan wanita itu mengikuti perintahnya untuk tetap berdiri di depan rumah mereka.

"Seandainya kau tidak menjebak ku, hubungan kita tidak akan jadi seperti ini," gumam Abian dengan rasa kasihan, saat melihat bagaimana Alena masih berdiri di tengah teriknya matahari. Namun saat mengingat kembali bagaimana wajah kesedihan dan kekecewaan Alana saat melihat dirinya tidur satu ranjang dengan Alena, membuat perasaan kasihan itu meluap begitu saja. "Oh Come on Abian, jangan pernah mengasihani wanita murahan itu. Kau harus ingat! Karena dia kau kehilangan Alana, kehilangan cinta sejatimu."

Abian yang merasa marah, memilih meletakkan iPad nya untuk tidak melihat lagi apa yang terjadi pada Alena.

Drt.. drt.

Abian mengangkat ponselnya yang berdering untuk melihat siapa yang menghubunginya. "Ibu," Abian segera mengangkat panggilan tersebut.

"Bi, besok malam ada acara keluarga di rumah. Kau datang ya," pinta Ayuning pada putranya.

"Tapi Bu, ..."

Ayuning yang tahu apa yang sedang dipikirkan putranya, menghela napasnya dengan kasar. "Ayahmu tidak akan marah."

Abian hanya diam tidak tahu harus menjawab apa.

"Bude mu mengundang Sekar, apa kau tidak ingin bertemu Sekar? Dia sekarang sangat cantik, dia juga sudah menjadi dokter gigi," Ayuning begitu antusias menceritakan mantan kekasih putranya, sebelum berhubungan dengan Alana.

Abian terdiam sesaat lalu menarik satu sudut bibirnya, saat terlintas sebuah ide untuk kembali menyakiti Alena.

"Abian akan datang."

"Benarkah?" Ayuning begitu gembira saat putranya akan datang ke rumah. Karena setelah kejadian tiga bulan yang lalu, dan putranya itu memilih tinggal di Singapura bersama wanita murahan itu. Akhirnya Abian akan menginjakkan kakinya di kediaman Atmajaya, setelah putranya itu kembali tinggal di Jakarta.

Meskipun Ayuning tahu betul alasan putranya kembali ke Jakarta adalah untuk mengejar Alana, calon menantunya dulu. Tapi Ayuning tetap senang putranya kembali ke Jakarta.

"Acaranya jam tujuh malam, jangan terlambat datang!" ingat Ayuning. "Oh ya, jangan bawa perempuan itu ke rumah! Kau tahu betul kami tidak menyukainya," Ayuning memang tidak menyukai Alena. Karena selain wanita itu begitu murahan, dan jahat dengan menjebak Abian untuk menidurinya. Gara-gara wanita itu juga hubungan putranya dengan sang suami rusak. Bahkan sampai detik ini suaminya tidak mau berbicara dengan Abian, meskipun sudah menerima putranya untuk memimpin perusahaan keluarga mereka.

"Iya Bu," jawab Abian dengan berbohong, lalu menutup ponselnya setelah selesai berbicara. Setelah itu dia segera memanggil asisten pribadinya untuk masuk ke dalam ruangan.

"Ben pergilah ke rumah, dan suruh Alena untuk masuk dan bersiap. Bilang padanya aku akan menjemput jam tujuh malam."

"Baik Tuan," meskipun Ben merasa heran dengan tuannya yang tiba-tiba saja mengajak Alena entah pergi kemana, tapi Ben tetap menjalankan perintah Abian.

Ya, Ben tahu betul bagaimana hubungan Alena dan Abian. Karena sebelumnya dia sering ikut bersama tiga orang yang sering bertukar cerita dan sering pergi bersama itu. Ketiga orang karena dulu ada Alana yang menjadi kekasih sekaligus calon istri tuan Abian.

Dulu, hubungan mereka begitu baik. Namun setelah kejadian di mana Alana, dan seluruh keluarga mereka melihat bagaimana Abian dan Alena tidur satu ranjang. Semuanya menjadi berantakan, Alena di usir dari keluarga Ricardo begitu pun dengan Abian yang di usir dari keluarga Atmajaya.