Little Dead Flower

Little Dead Flower

One

Little Dead Flower

One

 

“Ah, pagi yang cerah. Semoga hari ini hari baik,” gumamku seraya menatap langit cerah. Kulihat beberapa burung berterbangan ke sana ke mari. Pandanganku tertuju pada kolam air mancur yang ada di taman depan. Kulihat gadis berambut hitam panjang sepinggang itu sedang melatih sihir elemen airnya.

“Yo, morning Lynn!” sapaku pada gadis itu dari balkon.

Gadis itu mendongak lalu melambai. “Morning, Zel!”

Kulirik jam yang melingkar di tangan kiriku, sudah pukul enam pagi. Waktunya membangunkan tuan putriku. Aku bergrgas meninggalkan balkon lalu pergi ke kamar tuan putriku.

Tok\-tok!

“Kau sudah bangun, Putri?”

Beberapa detik kemudian, terdengar suara dari dalam. “Oh Azel, sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu!”

“Oh sorry, segeralah bersiap. Aku tunggu di meja makan, Putri.”

“Oh sial!”

Aku terkikik pelan lalu buru\-buru kabur dari depan pintu kamar itu sebelum ada bom yang meledak tepat di depanku. “Dasar tuan putri pemarah.”

Begitu aku sampai di dapur, aku disambut oleh Magelynn, si gadis penyihir. Oh, tentu saja tuan putriku tidak tahu kalau gadis ini adalah penyihir. Lagipula gadis penyihir ini tidak akan bernai menyentuh tuan putriku.

“Apa menu sarapan hari ini, Mr. Servant?” tanya gadis itu sambil tersenyum hangat.

“Entahlah, aku kehabisan ide,” jawabku.

Lynn berpikir sejenak. Tak lama kemudian, dia menjentikkan jari. “Oh, aku tahu!”

“Apa?” tanyaku penasaran.

“Daging panggang!”

“Itu sudah kemarin.”

“Um ... sup?”

“Sudah juga.”

“Roti isi daging panggang?”

Aku mengangguk pertanda setuju. “Ide bagus. Baiklah, terima kasih idenya.”

“By the way, Zel.”

“Yes?”

“Besok biar aku yang mencari intisari, kau di rumah saja bersama Hellga dan Amanda. Bisa kan?”

“Kau mau apa Lynn? Tidak biasanya kau mau repot\-repot mencari intisari seperti ini?” tanyaku dengan curiga.

Lynn melipat tangan di dada. “Kapan sih, kau tidak berburuk sangka padaku? Aku hanya ingin berguna tahu.”

“Okay okay ... terserah. Baiklah, pergilah. Aku akan di rumah bersama tuan putriku dan Amanda.”

“Ngomong\-ngomong soal Amanda ....”

“Apa?”

“Dia sibuk di lab komputernya, kau tahu dia sedang apa?”

Kuangkat bahuku sebagai jawaban.

“Aku heran, bisa\-bisanya Hellga membiarkan gadis itu tinggal di rumah ini bersama kita.”

“Entahlah, mungkin tuan putriku memiliki selera yang tidak biasa? Siapa yang tahu?” sahutku.

Setelah sarapan siap, Lynn membantuku membawa tumpukan makanan itu ke meja makan. Di sana sudah ada Amanda Marshall, gadis yang kubicarakan tadi dengan Lynn.

“Mand, kau sedang sibuk apa, sih?” tanya Lynn pada gadis berkacamata itu.

Amanda hanya memasang jari tengah menggunakan tangan kanannya tepat ke arah Lynn. Aku hanya terkikik melihat tingkah mereka berdua.

“Dasar kalian ini,” komentarku.

Tak lama kemudian, hidungku mencium bau lavender yang sangat khas. Yah, tidak salah lagi. Ini adalah bau parfum tuan putriku, Hellga Augeria. Tiga detik kemudian sosoknya muncul di lorong. Dengan langkah pelan dia mendekat ke meja makan. Mataku mengamati gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut pendeknya tersisir rapi, kacamata dengan frame berwarna ungu, pakian dominan berwarna pink kesukaannya, serta bau lavender yang sangat familiar di hidungku. Dia naik ke kursi lalu duduk dengan tenang, rapi, dan sopan. Yah, menggambarkan sosok gadis yang lemah lembut.

“Pagi Hell!” sapa Amanda yang duduk persis di sampingnya.

Hellga menoleh lalu membalas. “Hai, morning MandMandku. Bagaimana suaraku kemarin? Apa buruk?”

“Oh tentu, suaramu seperti suara kucing yang tercekik.”

“Oh ya ampun Mand, kau jahat.”

“Memang itu faktanya,” ucap si gadis maniak komputer kemudian tawanya meledak.

“Ish, kau ini.”

Tuan putriku memang unik. Tidak ada yang bisa mengkrabkan diri dengan Amanda, tapi dia bisa. Aku dan Lynn jarang bicara dengan Amanda karena dia gadis yang sibuk. Usianya memang baru enam belas tahun, sama seperti Hellga. Tapi keahliannya dalam komputer dan program tak bisa diremehkan. Dia berperan menjalankan bisnis keluarga Augeria, baik secara ilegal maupun legal.

Sedangkan Magelynn, dia berperan sebagai pengurus rumah ini. Tak jarang juga dia membuat proteksi magis menggunakan sihirnya. Terkadang dia juga gunakan sihirnya untuk mengisengi orang yang ditemuinya di jalan. Selain itu dia juga terkadang menjadi teman Hellga ketika Amanda terlalu sibuk dengan urusan bisnis.

Sedangkan aku, aku adalah kepala pelayan di rumah ini. Aku yang mengatur seisi rumah kecuali tuan putriku. Tentu saja aku hanya hidup dan mati untuknya. Aku adalah pelayan pribadinya sekaligus bodyguardnya. Tapi ... dari sekian banyak peran itu, peran utama kami bertiga adalah satu, yaitu menunjang kehidupan Hellga Augeria.

“Mand?” panggilku.

Gadis itu menatapku sesaat lalu kembali fokus pada sarapannya.

“Semuanya baik\-baik saja?” tanyaku memastikan.

“Sangat baik, kau tidak perlu cemas, tuan,” sahut gadis itu.

“Oh ayolah Zel, bisakah kau membuka topik yang lebih menarik?” tuan putriku bersuara.

“Seperti apa, Putri?”

“Em ... entahlah. Sesuatu yang tidak membosankan.”

“Seperti sihir?” ucap Lynn tiba\-tiba.

Spontan aku melirik tajam ke arah gadis itu. “Jangan macam-macam Lynn.”

“Oh sorry.”

“Sihir?” Hellga tampaknya tertarik, “memangnya siapa yang bisa sihir? Aku ingin lihat kalau boleh, hehehe ....”

Aku menepuk jidat. “Oh Putri ... tidak ada sihir di dunia ini. Itu hanya omong kosong, berpikirlah logis.”

Raut wajah gadis itu langsung berubah cemberut. “Yaah ....”

“Sudahlah Hell, kau harus bergegas, kan? Ms. Key akan segera datang,” ucap Amanda. Aku bersyukur gadis itu mengalihkan topik disaat yang tepat.

“Ah iya, kau benar Mand. Kalau begitu aku duluan ya,” ucap Hellga yang kemudian beranjak dari kursi.

Kini hanya tinggal aku, Amanda, dan Lynn yang berada di meja makan. Kulirik Amanda yang menatap tajam ke arah Lynn.

“Kalau sampai kau meracuni isi kepala Hellga, kubunuh kau!” ancam Amanda, lengkap dengan jari tengah yang mengarah pada si gadis penyihir itu.

“Wow, santai Mand. Aku tidak meracuninya kok,” sahut Lynn dengan senyum manisnya, “aku hanya membuatnya penasaran.”

“Kau! Dasar penyihir!”

“Shut up you two!”

Teriakanku sukses membuat aksi mereka berdua berhenti seketika. Kulipat tanganku di dada lalu melirik mereka secara bergantian. “Mand, bagaimana targetmu, apa dia akan datang malam ini?” tanyaku.

Amanda mengangguk. “Pasti.”

“Hei, bukankah besok adalah giliranku!” Lynn tidak terima. Spontan saja dia menggebrak meja.

“Sorry Lynn, mungkin lain waktu,” ucap Amanda yang kemudian beranjak dari kursi, “aku ada urusan, permisi ....”

Lynn menatapku dalam\-dalam. “Dia selalu sepuluh langkah di depanku, aku benci dia.”

“Sabar Lynn, kau akan mendapat giliran, kok.”

Gadis itu membuang muka lalu menghela napas panjang. “Huuuff ....”

 

***

 

Pukul tiga sore, aku menunggu tuan putriku menyelesaikan pelajaran astronominya. Tak lama kemudian, dia keluar dari ruang belajar bersama Mr. Galvi.

“Selamat sore Sir Galvi,” sapaku ramah pada guru astronomi Hellga.

“Selamat sore,” sahut pria berkimis tebal itu.

Aku pun mengantar Mr. Galvi sampai ke gerbang utama, lalu bergegas masuk rumah. Kulihat Hellga yang duduk di sofa merah di ruang tamu dengan wajah pucat.

“Hei Putri, kau baik-baik saja?” tanyaku cemas. Langsung saja aku duduk di sampingnya lalu memeriksa suhu tubuhnya dengan meletakkan teapak tanganku di keningnya.

“Entahlah Zel, tubuhku terasa lemas. Apa aku sedang sakit?” tanya gadis itu.

“Tubuhmu hangat Putri, sebaiknya kau istirahat, oke?”

Hellga mengangguk.

Langsung saja aku menggendongnya dengan gaya bridal lalu membawanya ke kamarnya. Kuletakkan tubuh mungilnya di atas tempat tidur empuk.

“Kau butuh sesuatu, Putri?” tawarku.

“Tidak ada, aku mau tidur,” jawabnya dengan lesu.

“Baiklah, sleep well.”

 

***

 

Brak!

“Lynn, beri aku benda itu sekarang juga!” seruku pada gadis yang sedang duduk di depan meja yang di sana terdapat banyak botol berisi cairan beraneka warna.

Dia terkejut, langsung saja dia menoleh ke arahku. “Ya ampun Zel, kau tidak bisa mengetuk pintu dulu, ya?”

“Tidak penting. Berikan padaku, segera!”

“Loh, bukannya besok pagi?”

“Tidak sempat, berikan sekarang Lynn! seruku yang mulai tidak sabar.

Lynn bangkit dari kursinya. Dia membuka salah satu lemari, mengambil botol kecil yang di dalamnya terdapat bubuk yang berkilauan. “Maaf aku Cuma punya ini untuk cadangan,” ucap Lynn seraya menyodorkan botol kecil itu padaku.

“Tidak masalah, thanks Lynn,” aku segera berbalik, hendak meninggalkan ruangan gadis penyihir itu.

“Ada apa dengan Hellga? Dia baik\-baik saja?” tanya gadis itu ketika aku berada di ambang pintu.

“Tubuhnya hangat, dia lemas, aku khawatir.”

“Ya ampun Zel, itu hanya gejala biasa. Kau saja yang paranoid,” sahut Lynn.

“Diam kau, penyihir.”

“Terserah.”

 

***

 

Kudorong sedikit pintu kamar tuan putriku itu. Bau lavender menusuk hidungku dengan cepat. Ah, wangi yang sangat khas. Kulihat gadis itu terlelap dengan tubuh yang ditutupi selimut putih. Kudekati gadis itu, untuk sesaat aku mengamati wajahnya. Bibir mungil itu, alis tipis, hidung yang tidak terlalu mancung, serta rambut yang berantakan. Aku menahan tawa melihat wajahnya yang sedang tertidur lelap itu, sangat lucu.

Langsung saja kubuka penutup botol kecil di tangan kananku. Kutuangkan bubuk berkilauan itu dari ujung kepala hingga kakinya. Tak lama kemudian bubuk itu bercahaya dan perlahan masuk meresap ke dalam kulitnya. Aku tersenyum kecil menyakiskan ini.

“Besok kau akan mendapatkan yang lebih banyak, Putri.”

Begitu aku keluar dari kamar Hellga, aku disambut oleh Amanda. Tampaknya dia hendak masuk ke kamar Hellga entah untuk apa.

“Kau mau apa, Mand?” tanyaku.

“Aku mau melihat keadaannya.”

“Dia sedang tidur, aku sudah memberinya benda itu barusan.”

“Sebaiknya aku bawa target kita lebih cepat.”

“Bagusnya begitu,” ucapku seraya mengangguk.

“Aku harus bergegas,” Amanda melesat entah ke mana setelah itu.

 

***

 

Pukul dua dini hari, aku duduk di bangku di halaman belakang. Sebenarnya aku sedang menunggu si gadis progrmaer dan target kami, sih. Aku tidak perlu tidur, tugasku masih banyak. Oh, tuan putriku masih belum bangun. Syukurlah, aku tidak ingin dia melihat apa yang akan kulakukan setelah ini.

Tap-tap-tap.

“Wow, rumahmu besar juga ya, Mand.”

“Yeah."

“Hei, siapa saja yang tinggal di sini, kalau boleh tahu?”

“Ada kakak laki\-lakiku dan dua sepupu perempuanku.”

“Ya ampun, padahal rumahnya luas, tapi penghuninya tidak seberapa.”

Telingaku menangkap pembicaraan Amanda dengan anak laki-laki yang sepertinya berusia tak jauh beda dengannya.

“Nah, kita sampai.”

Akhirnya Amanda dan sosok laki\-laki itu tiba di halaman belakang. Aku segera bangkit dari bangku untuk menyambut tarhet ... oh tidak, maksudku tamu itu.

“Selamat datang,” sambutku.

“Ini kakakku, Kak Azel. Kak, ini Amos, temanku,” Amanda memperkenalkan laki\-laki muda itu padaku.

Aku menjabat tangan Amos lalu melepasnya.

“Jadi, ada urusan apa aku diundang kemari?” tanya Amos kebingungan.

Amanda terkikik sebentar lalu menjauh dari Amos. Aku tersenyum hangat pada laki-laki itu lalu mengajaknya duduk di bangku kayu.

“Jadi, kau sudah lama berteman dengan Amanda, begitu?”

“Tidak sih kak, baru lima hari yang lalu.”

“Oh bagus.”

Mendadak suasana menjadi hening. Ah, aku memang payah jika mengobrol dengan orang asing. Tanganku sudah tidak sabar untuk mengambil apa yang seharusnya kuambil dari laki-laki ini. Akhirnya langsung saja kucekik lehernya menggunakan tangan kiriku.

“Aaarrkk!” dia berteriak, kedua tangannya berusaha melepas cekikanku.

Langsung saja kuletakkan telunjuk kananku ke keningnya. Bibirku bergerak membaca sebuah mantra untuk menarik intisari itu keluar. Cahaya putih perlahan keluar dari kening laki\-laki itu. Cahaya itu membentuk sebuah benang, kutarik perlahan benang itu tanpa menghiraukan teriakan laki\-laki itu. Tenaganya bahkan tidak cukup kuat untuk melawanku. Setelah benang itu kutarik seluruhnya, benang itu berubah menjadi bubuk berkilau yang sangat banyak. Tangan kiriku mendorong tubuh laki\-laki itu ke tanah lalu cepat\-cepat menangkap serbuk berkilauan itu dengan kedua tanganku. Tiga detik kemudian, kumpulan serbuk itu berubah menjadi bola berwarna putih.

“Itu cukup, Zel?” Amanda menghampiriku yang selesai mengambil intisari Amos.

“Sangat cukup, thanks Mand.”

“Kukira intisarinya tidak terlalu banyak, baguslah kalau cukup,” sahut Amanda seraya melipat tangan di dada.

“Aku bawa ini untuk Hellga sekarang.”

Begitu berbalik ke arah pintu, kudapati sosok Hellga dan Lynn berdiri tegap di sana. Spontan kusembunyikan bola putih itu di balik punggungku.

“Putri, kau seadang apa di sini pagi\pagi begini?” tanyaku seraya mendekati mereka berdua. Amanda mengekor di belakangku.

Dua detik, aku tidak mendapatkan jawaban.

“Hellga?” tanya Amanda.

Detik berikutnya ekspresi Hellga mulai berubah. Dia tampak ketakutan.

“Kau baik-baik saja, Hell?” tanya Lynn.

Selanjutnya, tubuh Hellga bergetar hebat.

“Apapun yang kau lihat tadi, itu hanya halusinasi, Hell,” jelas Amanda.

Mata Hellga melirikku dan Amanda secara bergantian. Lalu dia melirik ke arah jenazah Amos yang tergeletak di tanah. Gadis itu mulai mengambil langkah mundur.

“Hellga, dengarkan penjelasanku,” ucap Amanda yang maju selangkah.

Gadis itu makin menjauh dari kami bertiga. Detik berkitnya dia berbalik lalu berlari terbirit\-birit seperti melihat monster.

“Kenapa dia bisa ada di sini, Lynn?!” tanya Amanda setengah membentak.

“Aku yang bawa dia kemari,” jawab Lynn dengan senyum manis khasnya.

Plak! Spontan Amanda menampar gadis itu.

“Bisa-bisanya kau!”

“Aku hanya menunjukkan kebenaran padanya, apa yang salah?” gadis itu mengelus pipinya yang merah karena tamparan Amanda.

“Kau menakuti Putriku, Lynn!” ucapku kesal.

“Apa kau tidak penasaran, apa yang akan dilakukan tuan putrimu setelah mengetahui siapa pelayannya selama ini? Hihihi ....”

Tawa gadis penyihir itu seakan menusuk kedua telingaku.

“Sialan kau!”

 

Terpopuler

Comments

Yoni Hartati

Yoni Hartati

lanjut semangat

2021-02-12

0

ineyyy

ineyyy

haloooo eh maap melenceng dr novel ya hihi aku minta follback nya dong tdi kamu lulus trial kn ya.. mau barter info gitu hihi

2020-12-10

6

Mpit

Mpit

Eps 1 panjang ya 😁

2020-04-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!