Hitam Biru

Hitam Biru

Episode 1

"Aku menyerah Ran. Aku sudah gak sanggup. Kita akhiri saja ya."

"Loh ... jangan gitu lah, Shen. Aku minta maaf ya."

Aku menarik pergelangan tangan yang di pegang erat oleh Randy, pacarku.

Aku dan Randy memulai hubungan ini dari semenjak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Randy adalah sosok laki-laki tampan yang populer di sekolah kami. Latar belakang Randy yang berasal dari keluarga kaya, menambah popularitasnya di sekolah. Entah apa yang membuat dia bisa jatuh hati pada gadis sederhana sepertiku.

"Sudahlah, Ran. Aku sudah benar-benar gak sanggup."

"Shen, kumohon. Dengarkan penjelasan aku dulu."

"Penjelasan apalagi, Ran? Kamu sudah sering kali selingkuhi aku. Aku gak sanggup, aku menyerah."

"Shen ... dengerin aku dulu. Kamu cuma salah paham."

Aku menghempaskan tangan Randy yang menggenggam erat tanganku. Perlahan buliran air mata mulai menetes melintasi pipi.

Aku sebenarnya tak sangup mengatakan perpisahan ini. Tapi apa daya, hati ini terlalu lelah. Bertahun-tahun sikap Randy tak pernah berubah. Dia sering gonta-ganti selingkuhan, tapi aku tidak tahu mengapa sampai saat ini, dia tidak mau memutuskan aku.

"Aku mohon Randy. Jangan buat ini semakin sulit untukku. Kita akhiri saja, ya."

"Tapi Shen ... aku gak mau putus sama kamu."

"Mau sampai kapan kamu begini, Ran? Lima tahun sudah kita jalani. Aku bosan melihat ulahmu yang tidak pernah berubah."

"Dengar, Shen. Aku janji tidak akan mengulangi ini lagi." Randy memegang erat kedua ujung bahuku.

"Janji, dan janji terus. Aku muak dengan janjimu."

Randy berusaha menenangkan aku dalam pelukan nya. Aku mendorong dada bidang Randy yang mencoba mendekatiku.

Entahlah lima tahun kami merajut kasih, tapi Randy selalu saja bermain dengan perempuan lain di belakangku. Katanya aku selalu sibuk, tak punya banyak waktu untuknya.

Itu alasan yang paling sering aku dengar keluar dari bibirnya. Dia berusaha untuk mencari kebenaran sikapnya dari kesibukanku. Tidak begitu seharusnya, jika dia memang benar-benar mencintaiku maka dia mampu setia padaku.

Sering kali dia tertangkap basah sedang bermesraan dengan wanita lain. Dan lebih parahnya, wanitanya selalu berganti-ganti.

Memang aku mencintainya, tapi aku juga tidak sanggup jika harus menahan segala sikapnya ini. Mau sampai kapan sikapnya terus sesuka hati begitu? Dia sama sekali tidak pernah memikirkan perasaanku.

Cinta, lama-lama juga akan terkikis. Jika pemilik dari cinta itu terus menggoreskan batu di atas pahatan. Bagaimana jika sampai menikah nanti, sifatnya akan terus begitu? Ya Tuhan, aku mungkin tidak akan sanggup.

Aku Shena. Saat ini umurku baru 21 tahun. Aku sempat masuk Universitas, namun harus cuti panjang pada semester ke-3. Aku hanya gadis biasa yang lahir dari keluarga sederhana.

Ayahku hanya seorang satpam komplek di perumahan mewah yang tak jauh dari tempat tinggalku. Sedangkan ibuku, hanyalah ibu rumah tangga. Ya memang terkadang ibu menerima jahitan kalau ada tetangga yang meminta.

Aku memiliki sepasang adik kembar yang kata orang-orang lucu, tapi tidak begitu juga. Mereka sedang duduk di bangku sekolah menengah atas saat ini.

Namanya Shine dan Shima. Kembar berbeda gender, pastinya juga wajah mereka tidak terlalu mirip. Shine dan Shima saat ini sedang berada di kelas dua SMA.

Mereka anak yang baik, Shine punya sifat penurut, pendiam dan juga lembut. Sedangkan Shima, sifatnya lebih keras dan lebih banyak berbicara, di bandingan saudara kembarnya itu.

"Kamu itu gak sadar diri ya, Shen. Banyak cewek-cewek yang ingin di posisi kamu. Kamu itu gak tahu di sayang, ya." Nada bicara Randy yang mulai terdengar kesal.

"Iya, terus kenapa? Kenapa sampai sekarang kamu masih saja pertahanin aku?" tanyaku yang masih berusaha menahan emosi.

"Kamu itu ... ah." Randy menggempalkan tangannya.

"Aku? Kenapa? Gak tau diri?" sambungku kesal.

"Yasudah ... kamu ingin putuskan? Oke. Kita putus!" ucapnya dengan wajah yang memerah karena menahan emosi.

Aku hanya terdiam terpaku mendengar ucapan terakhir itu.

"Jangan pernah menyesel, dan jangan pernah memohon untuk kembali padaku," timpalnya dengan sombong, ia memalingkan badannya, melangkah pergi.

Memang kata-kata ini yang aku harapkan dari tadi. Tapi kenapa air mata ini terus mengalir membasahi wajahku?

Randy pergi tanpa menoleh kearahku sedikitpun.

Aku yang meminta perpisahan ini, lalu kenapa aku berharap dia menoleh dan kembali berlari kearahku?

'Dasar aneh kamu, Shena,' gerutuku dalam hati.

Melupakan kisah cinta masa remaja memang tidak semudah memejamkan kelopak mata. Apalagi cinta yang terjalin sudah memakan waktu yang lumayan lama. Aku hanyalah orang munafik, jika saat ini aku bilang hatiku baik-baik saja.

Tidak mungkin ada hati yang baik-baik saja karena sebuah perpisahan. Walaupun perpisahan itu dibuat menjadi perpisahan paling indah sekalipun, tetap akan ada air mata yang menetes. Akan selalu ada sayap yang patah, dan akan selalu ada kisah yang tidak terselesaikan.

Kususuri jalan setapak di taman itu. Suasana remang dari lampu taman, dan suasana angin malam yang begitu sejuk, membuat perlahahan air mataku mulai hadir menjelajahi pipi.

Aku mencari tempat yang lumayan sepi dan duduk di kursi taman yang ada di pinggir kolam.

Menikmati semilir angin yang membawa pikiranku kembali ke masa-masa indah zaman sekolah dulu. Ada senyum getir saat mengingat kejadian dulu, tapi semua sirna saat ini.

"Nih hapus air matamu."

Seorang laki-laki berbadan tinggi besar, dengan senyum semanis candu, hidung yang mancung dan bangir, dengan kelopak mata sayu yang begitu teduh.

Sosok yang pernah kukenal dulu. Menyodorkan sebuah sapu tangan ke depan wajahku.

"Kenapa nangis disini malam-malam? Gak takut?" Dia bertanya.

Aku mengambil sapu tangan itu tanpa menjawab pertanyaannya. Kuhapus sisa bulir air mata. Kembali, lelaki itu menyodorkan tangannya. Kali ini bukan sapu tangan, tapi sebotol air mineral.

"Sebaiknya kamu minum dulu air ini, terus kamu cuci wajah kamu. Biar cantiknya kelihatan."

Aku tersenyum pahit mendengar lelucon itu. Sebenarnya itu tidak lucu, tapi kata-katanya sedikit menghibur kegalauan hatiku. Mungkin aku memang butuh seseorang untuk menghiburku saat ini. Tapi dia?

Tidak, walaupun aku tidak banyak memiliki seorang teman, bukan berarti aku harus mengungkapkan ini pada sembarangan orang. Aku juga tidak semenyedihkan itu juga, sampai harus curhat ke orang asing.

"Aku duduk disini, boleh?" Suaranya terdengar lembut, tapi gaya bicaranya masih berdialeg Inggris.

Aku hanya menganggukan kepala, pria itu tersenyum sambil meletakan bokongnya di sebelahku. Perlahan embusan angin, membawa aroma parfume yang ia gunakaan menembus hidungku.

Aroma ini sangat lembut dan juga hangat. Bahkan hanya bau dari parfumenya saja mampu membuat hatiku sedikit lebih baik. Siapa dia? Lenapa dia jadi sok akrab denganku?

"Ehm, by the way. Kamu masih ingat gak sama aku?" tanyanya hati-hati.

Aku hanya mengangguk kecil. Bibirku masih terasa kelu, sakit hati ini masih begitu baru. Bahkan belahannya saja masih mengeluarkan bau darah segar.

Aku ingat, ya mungkin aku ingat sedikit tentangnya. Seseorang yang hanya sekedar bersapa ramah denganku dulu.

Dulu, aku memang tidak terlalu memperhatikan dia. Namun aku sering mendengar beberapa kisah tentang hidupnya dari bapak.

Lalu apa maksudnya dengan dia yang hadir di sebelahku saat ini?

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾duka karyamu thor....

2023-07-31

0

Maryani Sundawa

Maryani Sundawa

si Randy PD banget...ngapain balikan sama cowok tukang selingkuh

2023-03-19

0

Tri Dikman

Tri Dikman

Mulai baca

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!