Perkenalan

Aku tidak mengerti kenapa mama sore ini sibuk sekali apakah akan ada tamu yang datang? ah entahlah tak ada yang memberi tau ku.

Aku melangkah ke kamar ku, tapi aku terhenti di depan kamar abang.

"Abang, sudah pulang? tumben sekali? Abang kenapa kok jadi gugup begitu ada yang salah?" aku terus bertanya padanya, akhirnya dia menjawab juga, matanya menatap ku lekat.

"Adik abang tersayang. " sambil merekatkan gengaman di bahu ku abang mulai berkata.

"Apapun keputusan yang kamu ambil nanti, abang tau itu yang terbaik, abang akan menyampaikan sesuatu."

"Apaan sih bang kok serius banget?"

"Ini tentang masa depan, penentuan kehidupan mu seterusnya." Lekat sekali abang menatap mata ku dia begitu meyakinkan sekali ketika bicara begitu.

"Kamu tau sahabat abang yang minggu lalu datang?" Aku hanya mengangguki dan mengingat ingat nya. Lalu abang tersenyum dan menatap ku lagi.

"Dia, akan mengkhitbah mu." Aku diam dan mundur selangkah memalingkan wajah, dengan tertunduk aku menjawab.

"Apa bang? abang lagi gak bercanda kan?"

"Dila, lihat abang." Abang mengangkat daguku dengan telunjuknya.

"Dila, Zulfikar orang yang sangat baik, dia sangat mengerti tentang agama, tentang berprilaku, Abang yang menyuruh dan menantangnya waktu itu, tapi dia malah sungguhan meminta mu pada mama." Abang menjelaskannya kepada ku.

"Namun semua terserah pada mu Dila, abang tidak akan memaksa mu untuk menerima pinangannya." Aku hanya diam dan membuka pintu kamar ku.

Sejujurnya aku tidak bisa menerima khitbahannya itu, aku belum mengenalnya, terlebih aku tidak mencintainya.

"Dila, bisa kamu buka pintunya sebentar, ada yang hendak bertemu dengan mu sayang." Mama megetuk pintu kamar ku, aku yang baru selesai menyegarkan diri dengan mandi dan sholat maghrib, membuka pintu itu.

Aku masih mengunakan mukena dengan warna hitam dan garis tepi berwarna gading.

"Masyaallah cantiknya anak mu In, ini calon mantu ku ya?" Ucap seorang wanita yang aku tidak tau siapa, mata ku melirik ke Mama dan mencium tangan wanita itu.

"Silahkan masuk tante, saya baru selesai." ajak ku pada wanita itu.

"Ven, aku permisi ke bawah dulu ya, hidangan makan malam belum siap semua, oh iya sayang temani tante Vena dulu ya." Aku hanya tersenyum menatap mama yang pergi dari kamar ku.

"Tante maaf saya mau berganti kerudung dulu, tante tidak keberatan kan." Tante Vena hanya mengangguk tersenyum kepada ku. Setelah selesai aku keluar dari kamar mandi, aku mengenakan dress dengan panjang menutupi kaki dan tangan ku, dress coklat susu dengan kerudung coklat yang lebih gelap menyempurnakan ke halusan warna pada penampilan ku, aku tidak bermakeup.

"Kita belum berkenalan sayang, tante belum tau nama mu." sapanya memulai obrolan.

"Nama saya Adila Dilara tante, oh ya tante teman mama ya?"

"Iya, kami berteman sudah dari 30 tahun lebih, mama mu itu dulu seperti kamu loh, cantik dan sangat lembut."

"Mama lembut? tapi setiap hari kerjanya mengomel." Tante Vena tersenyum mendengar ocehan ku.

"Dila, tante mau meminta sesuatu dari kamu, niat tante kesini bukan hanya ingin sekedar bertemu sayang." aku belum faham apa maksudnya.

" Selain teman mama mu, tante adalah ibu dari Zulfikar Malik Arafi, pria yang tempo hari datang untuk melarikan diri ke sini."

"Tante ibu dari Kak Zul?" aku bertanya tanya tentang melarikan diri dan Zulfikar, lelaki yang kata abang akan mengkhitbah ku.

"Iya, Fikar baru pertama kalinya ingin serius mengenal wanita, selama ini dia selalu memikirkan hanya tentang tante, papi dan kedua saudara perempuannya, dia tidak pernah perduli dengan dirinya sendiri, sudah ada 5 wanita yang siap menikah dengannya, tapi dia selalu menolak dengan alasan yang berbeda yang kurang sopan, yang kurang mengerti keluarganya dan yang parahnya tidak tau malu, itu alasan dari ribuan yang bisa tante jabarkan."

"Lalu kenapa kak Zul memilih saya bahkan dengan waktu yang sesingkat ini? Jujur tante sebenarnya saya tidak bisa menerima permintaan tante yang sudah jelas arah dan tujuannya." aku berusaha menjelaskan dengan tenang dan lembut, aku harus bisa menolak karena aku tidak yakin dengan semua ini.

"Adila, tante mohon beri anak tante kesempatan tante hanya ingin melihat dia bahagia memiliki seorang pendamping."

"Cukup tante, Adila mungkin akan meminta waktu untuk berfikir."

Mereka berdua turun ke ruang makan, ada Fano, mama dan Zulfikar beserta kak perempuan dan seorang gadis kecil berusia 3 tahunan yang sangat mengemaskan.

Adila menunduk dan duduk terdiam disebelah Fano, Adila meremas dress yang ia kenakan, kepanikannya terlihat oleh Fano. Fano mengeratkan tangan pada telpak tangan Adila.

"Dila, saya kesini..." Zulfikar mulai berbicara, namun Adila segera memutusnya.

"Saya sudah tau, lebih baik pergi dari sini, karena percuma saat ini saya akan menolaknya." Fano kaget dengan jawaban yang keluar dari mulut adiknya.

"Dila, tenang sedikit, maafkan perkataan adik saya tante, mungkin Dila sedang tidak baik."

"Tidak Fano, biarkan saja itu wajar, Dila meminta waktu pada saya untuk berfikir, 1 minggu waktu yang kita berdua sepakati, selama itu Dila baru akan memberi keputusan." terang Vena pada Fano dan Indira.

"Jadi selama itu berdoa dan bersabarlah anak ku, Indira kami pamit pulang ya." Pamit Vena.

"Ven, kita makan malam terlebih dahulu, akan mubazir nanti." Ajakan nyonya rumah di angguki oleh Zulfikar yang mengode maminya agar, menerima ajakan tersebut.

Mereka akhirnya makan malam dirumah itu.

Terpopuler

Comments

Winarni Soekarno

Winarni Soekarno

wiih.. gentle bgt yaa babang Zul

2022-06-30

0

Meilia Ra

Meilia Ra

sholeha apanya nolak seseorang spt itu huhhh g pnya tatakrama baik smaa sekali

2022-01-11

0

Meilia Ra

Meilia Ra

sombong ama si dila nolak spt itu huhhh percuma pake jilbab geh

2022-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!