Tenggorokan Miaoling merasa tercekat ketika telinganya menangkap suara familier itu. Miaoling menoleh dan mendapati sosok seorang wanita rupawan bagaikan dewi yang turun dari kahyangan. Terlihat Wushuang memberi salam bersama dengan ibunya, Jingxiang, yang mengikutinya di belakang.
Ketika matanya menangkap sosok Wushuang, Miaoling tidak bisa menahan ekspresi mengerikan yang muncul di wajahnya untuk sesaat. Kebetulan, Junyi melihat hal ini dan karena kaget, dia tidak sengaja menjatuhkan gelas teh yang dia pegang.
“Ah!” jerit Junyi kecil karena teh panas itu mengenai bajunya.
Di saat yang bersamaan, Hanrong yang juga terkena cipratan teh panas itu mendesis. Terlihat tangan Hanrong menyentuh wajahnya.
Melihat hal ini, Jingxiang yang berada di belakang Wushuang langsung menghampiri Hanrong dengan wajah khawatir. “Hanrong, kau tidak apa-apa?” Kemudian, ekspresinya itu berubah dengan cepat menjadi marah. “Junyi! Apa yang kau pikir kau lakukan?!”
Wajah Junyi terlihat begitu ketakutan. Walau tangannya juga terkena teh panas dan kentara sedikit terbakar, tapi ibunya malah memarahinya.
“A-aku tak sengaja,” balas Junyi lemah.
Sebelum ada yang bisa mengatakan apa-apa, Jingxiang langsung menghampiri Junyi dan berniat menamparnya. Akan tetapi, sebelum tangan Jingxiang bisa mendarat di wajah Junyi, sebuah tangan lain menghentikannya.
Jingxiang mengangkat pandangannya dan melihat kalau Miaolinglah yang menghentikannya. Jingxiang tersenyum tipis sembari menarik tangannya. Wanita cantik itu pun dengan cepat menundukkan kepalanya. “Ah, Miaoling, maafkan sikap Yiniang [1] yang tidak bisa menahan emosi. Junyi tidak sengaja menyakiti Hanrong. Aku akan mengajarkannya dengan lebih baik!”
“Sudahlah, Jing Yiniang. Kau bisa mengajarkan Junyi di lain kali. Kita harus segera pergi ke Gerbang Selatan untuk menyambut kedatangan Ayah. Kita harus berada di sana sebelum Ayah tiba.” Yade menghela napas.
Miaoling mengerutkan keningnya, sedikit bingung kenapa tidak ada yang menyebutkan kalau hal yang hampir Jingxiang lakukan kepada Junyi adalah sebuah tabu. Seorang selir mencoba untuk memukul tuan muda di rumah ini? Apakah mereka buta?
Tiba-tiba, Miaoling tersadar apa yang ada di pikiran semua orang. Jingxiang sudah berada di rumah ini sejak lama. Sejak ibu mereka, Wei Ningxin, meninggal, semua urusan rumah tangga diurus oleh Jingxiang. Semua orang di rumah menganggap wanita itu sebagai pengganti ibu mereka. Oleh sebab itu, melihat Jingxiang hampir saja memukul Junyi adalah hal biasa. Seperti seorang ibu yang berusaha menghukum anak mereka, terlebih lagi karena Junyi memang anak kandung Jingxiang.
Bagaimana mungkin Miaoling tidak menyadari hal ini sebelumnya? Apakah dulu dirinya juga berpikir kalau perilaku Jingxiang adalah suatu hal yang normal?
Miaoling teringat kalau Junyi dulu tumbuh menjadi seorang pria muda yang sangat pendiam. Banyak orang yang bahkan mengira kalau bocah itu adalah seorang idiot. Seiring adiknya itu bertambah dewasa, Miaoling tersadar kalau Junyi sangat membenci keluarganya sendiri dan memutuskan untuk pergi dari rumah.
Setelah Miaoling menjadi permaisuri, dia sudah terlalu sibuk dengan urusan Chengliu dan tidak ada lagi waktu untuk mencari tahu keberadaan Junyi. Di saat perang domestik terjadi, Miaoling bertemu dengan adiknya lagi … hanya tubuhnya semata tanpa lengan. Ternyata, Junyi pergi bergabung dengan kelompok revolusioner dan berniat menggulingkan kekaisaran.
Tidak heran Junyi menjadi pria muda yang tidak mencintai negara maupun keluarganya sendiri …. Di balik sikap seorang ibu yang Jingxiang tunjukkan kepada semua orang, tidak ada yang sebenarnya tahu bagaimana wanita itu memperlakukan Junyi. Mungkin saja … mungkin saja bocah itu disiksa oleh Jingxiang sebagai pelampiasan amarah setiap harinya.
‘Ini adalah sebuah kesalahan, tidak bisa dibiarkan!’ geram Miaoling.
Miaoling melihat ke luar pintu dan melihat kalau matahari belum mencapai puncaknya, masih cukup jauh dari puncak. Di kehidupan sebelumnya, Miaoling ingat dia menunggu sekian lama di dekat gerbang sebelum sang Ayah tiba. Dia ingat kalau matahari sedang bersinar sangat terik di puncak ketika ayahnya kembali. Hal itu berarti dia masih mempunyai banyak waktu untuk membereskan masalah Jingxiang.
Jingxiang menganggukkan kepalanya sebagai balasan kepada Yade. “Baiklah.” Wanita itu kemudian beralih kepada Junyi. “Sepertinya, Junyi harus mengubah pakaiannya terlebih dahulu.”
Setelah mengucapkan hal itu, Jingxiang langsung menarik Junyi dan berniat membawanya pergi. Sebelum dia sempat meninggalkan ruangan itu, Miaoling menghentikannya.
“Tunggu sebentar,” ujar Miaoling membuat Jingxiang dan Junyi menoleh dengan wajah bertanya-tanya. “Qiuyue,” Miaoling memanggil Qiuyue yang berada di luar ruangan.
“Nona.” Qiuyue masuk dan membungkuk.
“Bawa Junyi untuk mengganti pakaian dan tolong obati lukanya.” Kemudian, Miaoling menoleh ke arah Hanrong. “Hanrong, aku tahu ukuran bajumu tidak jauh berbeda dengan Junyi, bisakah kau pinjamkan pakaian untuk adikmu? Setelah acara penyambutan Ayah di Gerbang Selatan, kita harus pergi ke istana untuk menghadiri perjamuan. Tentunya, kita tidak bisa membiarkan Junyi mengenakan pakaian lusuh seperti itu, bukan?” tanya Miaoling kepada Hanrong.
Hanrong menganggukkan kepalanya tanpa ragu. “Tentu saja.” Kemudian, Hanrong turun dari kursinya dan menghampiri Junyi sembari menggandeng tangannya. “Ayo, aku bawa kau ke kamarku.”
Miaoling tersenyum, bersyukur untuk sikap Hanrong yang begitu pengertian. Walau dirinya sangat dimanja, tapi dia tetap menyayangi saudaranya. Itu bagus …. Sebelum Hanrong berubah menjadi pria muda yang hanya tahu berfoya-foya dan Junyi menjadi seseorang yang penuh dendam, Miaoling harus membereskan Jingxiang dan mengambil alih hak asuh kedua anak itu.
“Pergilah bersama Qiuyue.” Kemudian, Miaoling beralih kepada Jingxiang. “Jing Yiniang tetap di sini, aku punya beberapa hal yang perlu kubicarakan,” jelas Miaoling membuat semua orang terlihat bingung. “Ah, Qiuyue … satu hal lagi. Ubah pakaian Junyi menjadi sesuatu yang layak dikenakan tuan muda dari keluarga Huang,” ucap Miaoling membuat Jingxiang terbelalak, mengerti kalau Miaoling sedang menyindirnya.
“Baik, Nona. Mari, Tuan Muda.”
Setelah Junyi dan Hanrong telah pergi dari ruang tengah, Jingxiang menoleh ke arah Miaoling. “Miaoling, ada hal apa yang ingin kau bicarakan denganku?”
Sebuah tatapan tajam diberikan oleh Miaoling kepada Jingxiang, membuat wanita itu merasa bulu romanya sedikit berdiri. “Jing Yiniang, jaga ucapanmu.”
Ucapan Miaoling membuat semua orang terbelalak, kembali dibuat bingung oleh ucapan gadis itu. Tidak ada yang tahu apa yang telah dikatakan oleh Jingxiang sehingga membuat gadis muda itu marah.
Mendengar ucapan Miaoling yang terkesan merendahkannya, Jingxiang mengepalkan kedua tangannya dan memaksakan sebuah senyuman. “Ada apa, Miaoling? Apakah aku telah mengucapkan sesuatu yang salah?”
Miaoling menghela napas. Lalu, dia duduk di kursinya yang berada di sebelah Meiliang. “Jing Yiniang, siapa kau di rumah ini?”
Pertanyaan Miaoling membuat semua orang menarik napas. Merasa kalau Miaoling sedang merendahkan ibunya, Wushuang langsung berkata dengan sebuah senyum lemah, “Kakak, apa maksud—!”
Sebelum Wushuang bisa menyelesaikan ucapannya, Miaoling meliriknya dengan tajam. “Diam, aku tidak sedang berbicara padamu,” geramnya membuat Wushuang langsung bungkam.
Jingxiang segera berkata, “Aku adalah wanita Tuan Besar.” Jingxiang berusaha menghindari kata ‘selir’ agar tidak merendahkan dirinya sendiri.
Miaoling tahu apa yang ada di pikiran wanita itu. Dengan santai, Miaoling menyesap tehnya. Lalu, dengan tenang berkata, “Kau adalah seorang selir.”
Semua orang terdiam dan melihat Miaoling dengan bingung, tidak biasanya gadis itu bersikap tidak sopan dan dingin seperti ini. Biasanya, Miaoling adalah orang yang bersikap paling perhatian kepada Jingxiang.
Apa yang terjadi?
Seberapapun Wushuang ingin menjaga hubungan dengan saudaranya, gadis itu tidak tahan ibunya dipermalukan seperti itu. Ah, lebih tepatnya … kalau ibunya dipermalukan, Wushuang juga akan merasa malu karena dirinya adalah anak seorang selir.
Dengan suara lemah, Wushuang berkata, “Kakak, tidak seharusnya kau berkata seperti itu.”
Setiap langkah anggun yang diambil oleh Wushuang, kebencian di dalam hati Miaoling semakin membara. Sembari berusaha untuk menjaga sikap, Miaoling juga berjuang keras untuk menahan diri dari menggorok leher mulus milik Wushuang.
“Kakak, Jing Yiniang telah mengasuh kita dari bayi. Dia sudah seperti ibu kita. Ucapanmu … membuatmu terdengar seakan kau sedang merendahkannya.” Setelah mengucapkan hal tersebut, Wushuang memukul mulutnya pelan. “Ah, aku ini bicara apa, sih? Kakak adalah orang yang tahu cara menghormati orang yang lebih tua. Tentu saja Kakak tidak berniat melakukan itu, bukan?”
Miaoling tertawa di dalam hatinya, mengerti maksud Wushuang yang berusaha menjebaknya. Gadis itu kurang-lebih sedang mencoba menghentikan Miaoling dari merendahkan ibunya. Kalau Miaoling melanjutkan tindakannya, maka Miaoling sama saja seperti orang yang tidak tahu cara menghormati senior.
‘Kau ingin bermain seperti itu? Baik, aku ikut memainkan permainanmu!’
____
[1] Yiniang (姨娘): panggilan yang digunakan oleh seorang anak kepada selir ayahnya, tidak
terkecuali anak kandung selir itu sendiri.
____
A/N: Hello, Readers! Maaf, ambil cuti satu hari (padahal karena lupa update). Gimana perkembangan ceritanya? Tolong kasih saran, ya! Vote and comment, kalau bisa bantu share juga!
Terima kasih! See you tomorrow!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-09-17
2
komentar terbaik
enak nih, di akhir ada keterangan istilah-istilah gitu, nambah pengetahuan jadinya. thanks.
2022-08-15
0
Ulfa Dermayu
menakjubkan
2022-07-02
0