“Nona?” Qiuyue menatap Miaoling dengan bingung, heran kenapa nonanya menatapnya seakan menatap makhluk aneh.
Tiba-tiba, air mata menuruni wajah nonanya itu. Melihat hal ini, Qiuyue merasa jantungnya sekaan berhenti untuk sesaat. Sudah bertahun-tahun lamanya sejak nonanya itu menangis. Apa yang mungkin telah terjadi?
“Nona, apakah kau tidak apa-apa? Kenapa kau menangis? Apa yang sakit?!”
Melihat sikap khawatir Qiuyue membuat hati Miaoling terenyuh. Kapan terakhir kali ada orang yang begitu mengkhawatirkannya seperti ini?
Selagi menangis, sebuah senyuman yang diiringi dengan tawa pun muncul di wajah Miaoling. Hal ini membuat kerutan di kening Qiuyue menjadi semakin dalam.
“Habislah aku …. Nona sudah kehilangan kewarasannya,” gumamnya dengan suara rendah yang cukup keras untuk Miaoling dengar.
Mendengar hal ini membuat Miaoling tertawa lebih keras. Setelah puas tertawa, Miaoling menghapus air matanya dan menarik napas dalam-dalam.
“Maaf, Qiuyue,” ucapnya membuat Qiuyue menatapnya dengan semakin ngeri.
“Nona, jangan meminta maaf padaku. Aku tidak berani menerimanya. Kau bahkan tidak berbuat salah kepadaku, untuk apa meminta maaf?” Qiuyue langsung menggelengkan kepala dan melambaikan tangannya.
Sikap Qiuyue yang sangat lepas membuat hati Miaoling terasa ringan. Sejak Miaoling menjadi istri Wang Chengliu, peraturan etika para pelayan semakin diperketat, Qiuyue pun sudah tidak pernah bersikap lepas seperti ini lagi. Tanpa sadar, begitu banyak hal berharga yang Miaoling korbankan untuk bisa bersama dengan pria itu.
“Anggap saja aku meminta maaf kalau aku berbuat kesalahan di masa depan,” balas Miaoling santai.
Qiuyue menatap nonanya dengan aneh. “Minta maaf untuk kesalahan di masa depan … bisa begitu?” Dia mulai berpikir keras. ‘Jangan-jangan, Nona sedang bersiap ingin menjahiliku lagi!’ Setelah sadar kalau ada yang lebih penting, Qiuyue menggelengkan kepalanya keras. “Tidak penting! Nona, hari ini adalah hari kepulangan Tuan dari medan perang! Kau harus segera bersiap untuk pergi bersama para tuan muda dan nona lainnya!”
Tenggorokan Miaoling terasa tercekat. “Hari ini tanggal berapa?”
Mata Qiuyue kembali memperhatikan sosok Miaoling dari atas dan ke bawah, curiga kalau suara barang-barang terjatuh tadi adalah suara nona muda yang terjatuh dan membentur kepalanya. “Hari ke-19, bulan Macan, tahun ke-158,” jawab Qiuyue singkat, tak memiliki niat untuk mencari tahu lebih jauh.
Berdasarkan ucapan Qiuyue, hal itu berarti Miaoling telah terlempar ke masa 10 tahun yang lalu, tepat di hari kepulangan ayahnya dari peperangan dengan suku Sihan yang telah berlangsung untuk sepuluh bulan lamanya. Kepulangan ayahnya yang membawa kemenangan membuat Kaisar Wang Weixin, kaisar kedua dinasti Shi, sangat gembira.
Tidak hanya itu, Miaoling juga ingat kalau hari ini adalah hari di mana Permaisuri Mingmei mengajukan perjodohan antara Miaoling dan pangeran mahkota, Wang Zhengyi di jamuan istana. Perjodohan ini adalah cara kaisar mengikat keluarga Huang dengan keluarga kerajaan. Keluarga Huang memiliki banyak pendukung dan koneksi, kalau dibiarkan berdiri sendiri … kaisar khawatir suatu hari Huang Qinghao akan memberontak dan mengambil alih kerajaan.
Tidak heran sang Kaisar dan Permaisuri begitu marah kepada ayahnya ketika Miaoling dengan gigih berusaha untuk membatalkan pernikahan tersebut. Tanpa menyadari perseteruan politik di balik perjodohannya, Miaoling hanya mementingkan perasaannya kepada pria yang sebenarnya belum tentu memiliki perasaan kepadanya.
Walaupun pada akhirnya Miaoling berhasil menikah dengan Chengliu, Miaoling tidak sadar kalau status ayahnya di Pengadilan Istana terkena pukulan hebat. Kalau bukan karena Chengliu membela Huang Qinghao di depan sang Kaisar, Jenderal Besar itu pasti akan kehilangan posisinya cepat atau lambat.
Mengingat bantuan yang diberikan Pangeran ke-6 itu kepada ayahnya, Miaoling mendengus. ‘Dia hanya memberikan bantuan itu karena dia tahu kalau keluarga Huang bisa membantunya naik ke atas takhta.’
Setelah selesai bersiap-siap, Miaoling keluar dari kamarnya dan berjalan didampingi oleh Qiuyue ke ruang tengah.
“Nona, tumben sekali kau mengenakan pakaian seperti seorang wanita,” tukas Qiuyue sedikit mencurigai perubahan Miaoling yang begitu tiba-tiba.
Butuh setidaknya lima belas menit bagi Qiuyue untuk mengobrak-abrik lemari pakaian nonanya dan mencari pakaian yang diinginkan oleh Miaoling. Sedari dulu, Miaoling selalu mengenakan pakaian seperti pria karena terpengaruh kakak-kakaknya.
Ada apa gerangan yang membuat nonanya berubah seperti ini?
Miaoling tersenyum kesal. “Qiuyue, terkadang aku tidak sadar betapa menyebalkannya dirimu. Bagaimanapun juga aku ini majikanmu, kau tahu?”
Qiuyue melirik Miaoling sesaat dan membesarkan matanya, berpura-pura takut. “N-Nona, jangan marah. Aku takut.”
Pelipis Miaoling berkedut. Dengan cepat, Miaoling mendaratkan sebuah pukulan di kepala Qiuyue. “Qiuyue!!!”
“Ah! Aduh! Iya, Nona! Aku minta maaf! Maafkan aku! Huuu ….”
Sesampainya di ruang tengah, Qiuyue segera berhenti di depan pintu ruangan dan berbaris bersama pelayan-pelayan yang lain. Karena begitu banyak mata menatap mereka, sikap Qiuyue langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Seakan menjadi orang lain, Qiuyue bersikap begitu sopan dan dengan patuh menunduk bersama pelayan lain, menunggu kalau-kalau majikannya memanggilnya nanti.
Di saat Miaoling menginjakkan kaki dan masuk ke ruang tengah, Miaoling melihat sosok kakak pertamanya, Huang Yade, sedang duduk di kursi kepala keluarga. Sebagai putra tertua, Yade menggantikan sang Ayah sebagai kepala keluarga sementara. Miaoling menarik napas panjang melihat wajah sang Kakak yang sudah lama tidak dia lihat.
Di sisi kiri dan kanan ruangan terdapat deretan kursi yang telah diisi oleh wajah-wajah familiar yang membuat jantung Miaoling berdetak dengan sangat cepat. Di sisi kiri, Situ Yangle, putri ketiga dari keluarga perdana menteri kerajaan, istri dari Huang Yade, sedang menyesap tehnya dengan anggun. Wanita cantik itu duduk berdekatan dengan Shang Meiliang, istri dari Kakak Kedua Miaoling, Huang Jieli.
Seperti Situ Yangle, Shang Meiliang memiliki status sebagai keturunan bangsawan. Wanita itu adalah putri satu-satunya kemenakan kaisar, anak perempuan dari Jincheng Zhanggongzhu [1] dengan Shang Yirong, seorang pelajar yang dianugerahkan status Gong [2] atau adipati.
Wajah Meiliang terlihat begitu cerah hari ini. Bibir tipis wanita itu dilapisi oleh gincu merah, ditambah dengan alis matanya yang ditebalkan dengan dai [3]. Rambutnya ditarik ke atas dan ditusuk dengan konde giok yang terlihat mahal, sebagian rambutnya dibiarkan membingkai kedua sisi wajahnya agar terlihat lebih ramping.
Huang Jieli yang mengikuti ayahnya pergi ke medan perang sebagai asisten komandan akan kembali sebentar lagi. Sebagai istri yang telah ditinggal sekian lama, tidak aneh bagi Shang Meiliang untuk berdandan sedemikian rupa. Wanita itu ingin terlihat cantik di mata suaminya. Dari pancaran matanya, bisa Miaoling lihat kalau wanita itu benar-benar tidak sabar bertemu suaminya.
Melihat hal ini, hati Miaoling merasa hangat. Walaupun dulu kakaknya dan Meiliang adalah suami-istri hasil perjodohan, tapi keduanya saling mencintai satu sama lain seiring waktu berjalan. Kalau dibandingkan dengan dirinya dan Chengliu ….
Miaoling menggelengkan kepalanya. Dia melihat rentetan orang di sebelah kanan. Mata Miaoling bertemu dengan seorang bocah laki-laki yang memiliki warna bola mata kiri dan kanan yang berbeda. Mata sebelah kiri berwarna hitam gelap selagi mata sebelah kanannya berwarna cokelat terang. Walaupun kedua mata bocah itu memang terlihat aneh, tapi Miaoling tidak bisa mengelak kalau bocah itu sangat tampan. Tunggu dua sampai tiga tahun lagi, Miaoling yakin bocah itu mampu memenangkan hati banyak wanita.
Setelah memutar otaknya dan menggali memori, Miaoling teringat kalau bocah laki-laki itu bernama Huang Junyi. Dia adalah adik keenam Miaoling yang dilahirkan oleh Jingxiang, selir ayahnya. Miaoling ingat kalau Jingxiang sangat membenci anak itu karena kedua mata aneh yang dimiliki bocah itu, wanita itu menganggap keanehan itu sebagai sebuah kutukan. Akan tetapi, Qinghao adalah seorang prajurit yang tidak percaya akan takhayul semacam itu. Oleh karena itu, Junyi berhasil hidup sampai sekarang.
Di sebelah Junyi, Miaoling bisa melihat satu lagi anak laki-laki yang memiliki mata yang sangat terang. Mata itu terlihat sangat polos, tapi penuh kepercayaan diri. Miaoling yakin kalau anak laki-laki itu adalah Huang Hanrong, anak kelima Huang Qinghao yang dilahirkan oleh Wei Ningxin sebelum akhirnya wanita itu meninggal.
Melihat Junyi dan Hanrong duduk bersebelahan, Miaoling mengerutkan keningnya. Pakaian Junyi terlihat begitu lusuh dan biasa, membuat anak laki-laki itu terlihat seperti anak pembantu. Di sisi lain, Hanrong memakai pakaian yang terbuat dari kain yang berkualitas tinggi.
Setelah mencoba mengingat lebih jauh, Miaoling teringat kalau Hanrong dan Junyi dibesarkan oleh Jingxiang. Akan tetapi, karena Hanrong adalah anak dari Qinghao dan Ningxin, Jingxiang tahu kalau suaminya itu lebih mencintai Hanrong dibandingkan Junyi. Mengetahui hal ini, Jingxiang berusaha untuk menarik Hanrong ke sisinya, menjadikan adik Miaoling itu sebagai tameng agar Qinghao bersikap lebih baik padanya.
‘Keterlaluan.’ Miaoling mengepalkan tangannya, tidak percaya kalau wanita itu akan menelantarkan anak kandungnya sendiri demi status.
Dengan anggun, Miaoling pun memberi salam kepada kakak dan kedua iparnya, “Miaoling memberi salam kepada Kakak dan kedua kakak ipar.”
Melihat cara Miaoling memberi salam kepadanya begitu anggun, Yade sempat terbengong untuk sesaat. Tidak hanya Yade, bahkan semua orang yang berada di ruangan itu membeku untuk beberapa detik.
Setelah sadar, Junyi dan Hanrong langsung berdiri dari kursi mereka dan membungkuk ke arah Miaoling.
“Junyi memberi salam kepada Kakak Ketiga.”
“Hanrong memberi salam kepada Kakak Ketiga.”
Melihat kedua adik kecilnya memberi salam kepadanya, Miaoling tersenyum. “Duduklah kembali,” ujarnya lembut.
Selama beberapa detik, Yade terdiam dan memandangi Miaoling dengan aneh. Hal ini membuat Miaoling tersenyum.
“Kakak, apakah ada yang salah dengan penampilanku?” tanya Miaoling memiringkan kepalanya.
“Ah, tidak, tidak. Hanya saja … kau terlihat berbeda. Sepertinya, ada saatnya kau bisa bersikap seperti wanita juga,” canda Yade membuat kedua kakak ipar Miaoling terkekeh.
Ucapan kakaknya membuat Miaoling terbelalak dan kebingungan. Apakah dulu dia begitu jarang berdandan seperti ini? Tidak heran tadi Qiuyue juga menertawakannya.
Tiba-tiba, hati Miaoling sedikit perih. Dia teringat kalau dulu … dia belajar berdandan seperti gadis muda yang lain sejak bertemu dengan Wang Chengliu. Demi pria ini, dia rela menghabiskan satu jam lamanya untuk terlihat lebih cantik … untuk menarik perhatiannya.
“Yade, jangan menertawakan Miaoling lagi. Tidakkah kau lihat adikmu itu menjadi malu? Kalau terus begini, dia akan berhenti bersikap seperti seorang gadis dan kembali menjadi gadis setengah pria!” tukas Situ Yangle melanjutkan candaan itu.
“Eh, jangan! Miaoling harus sering-sering berdandan seperti ini! Dengan begitu, dia akan cepat-cepat mendapat jodoh!” lanjut Meiliang.
Satu per satu saudaranya menjadikan dirinya bahan bercandaan, Miaoling menjadi benar-benar malu dan akhirnya berseru, “Kakak Ipar!”
Terlalu lama sejak Miaoling mengalami kejadian seperti ini. Ketika Qiuyue bercanda dengannya tadi, Miaoling masih merasa sedikit kaku karena dia sudah terbiasa bersikap tegas dan memiliki etika yang begitu terjaga. Sekarang, Miaoling merasa seluruh tubuhnya diselimuti perasaan menggelitik yang aneh ….
‘Ah, inikah yang namanya keluarga?’
Sejak dirinya menjadi istri Wang Chengliu, Miaoling seperti kehilangan sebagian dirinya. Dia lebih jarang tertawa. Yang Miaoling ketahui adalah cara menunjukkan etika yang baik agar tidak merusak reputasi suaminya. Sebagai permaisuri, Miaoling adalah panutan para wanita di seluruh kerajaannya. Sebuah boneka yang perlu mencerminkan kecantikan, keanggunan, dan wibawa seorang wanita bangsawan sebagaimana seharusnya.
Di saat Miaoling memikirkan hal tersebut, sebuah suara membuat hatinya yang baru saja terasa hangat langsung berubah dingin.
“Salam kepada Kakak Pertama, Kakak Ketiga, dan kedua kakak ipar.”
_____________________
[1] Zhang Gongzhu (长公主): panggilan khusus untuk saudari dari kaisar.
[2] Gong (公): satu dari lima tingkat kebangsawanan di kerajaan Shi. Berdasarkan tingkatnya, Gong (公) \= Duke atau Adipati, Hou (侯) \= marquis, Bo (伯) \= Earl, Zi (子) \= Viscount, Nan (男) \= Baron.
[3] Dai (黛): bubuk yang berasal dari batu mineral yang dihaluskan, dicampur dengan air untuk melukis alis. Salah satu alat rias yang digunakan wanita zaman dahulu.
_____________________
A/N: Illustrasi karakter di bawah~ Disclaimer on, bukan hasil lukisan maupun gambar author. Tapi, nama+editan adalah hasil karya Author. Image dibawah hanya untuk membantu imajinasi readers belaka.
Khusus untuk Huang Junyi dan Huang Hanrong, hasil ilustrasi diambil dari animasi atau Manhua China terkenal, The Untamed. Menurut Author bagi para pecinta Wuxia stories, harus banget, banget, nonton The Untamed yang Live Action. Storyline and characters-wise bagus banget!
Also, sedikit note kalau karakter Junyi dan Hanrong sebenarnya lebih muda daripada ilustrasi yang Author pilih hehe. Tapi, setelah berjuang sekian lama mencari, yang paling mendekati hanya kedua gambar di bawah.
Leave a comment and vote please! See you in the next chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Ummu Dzafah
baca lg u yg kesekian kali nya
2024-02-01
0
Metro Kdw
mampir Thor
2023-10-03
1
Nyai Suketi
Bulan macan tuh bulan berapa?
2023-02-24
0