Hhooaam... ternyata sudah pagi saja tapi mata masih belum mau terbuka karna menahan kantuk yang melanda rasanya masih ingin terlelap dalam buaian mimpi indah padahal sang mentari sudah mulai tampak malu-malu menyinari bumi.
Lili berasal dari keluarga sederhan tidak kaya dan juga tidak miskin juga tapi keluarga berkecukupan kok, dalam arti an cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak pernah kekurangan itu sudah lebih dari cukup bagi dia sekeluarga yang terpenting moment ngumpul yang tidak pernah ketinggalan.
Lili merasa bahagia berada diantara mereka yang senantiasa menyayanginya walau kadang sifat dia bikin mereka jengkel tapi itu cara tersendiri untuk menarik perhatian mereka, kadang ada masanya Lili merasa jengah dengan kelakuan dengan abang satu-satu nya yaitu bang Vano yang setiap kegiatan Lili selalu dia ingin tahu tapi dia ngerti karna itu bentuk tanda sayang dan perhatiannya pada Lili .
Setelah Lili berusaha menahan kantuk Lili terlelap lagi tapi itu tidak berlangsung lama karna dia udah mulai sayup-sayup mendengar ibu memanggil namanya.
"Lili... Lili ... kamu belum bangun juga sayang ini udah siang lho katanya kamu semalam mau ada wawancara kerja memang nya tidak jadi," teriak Ibu dari luar kamar karna Lili belum juga menapakkan diri.
Seharusnya sebagai seorang perempuan tidak perlu di bangunkan apa lagi sama Ibu sendiri apa tidak malu tiap pagi harus di teriaki buat bangun malu sama ayam yang bangun sendiri.
Seketika mata Lili langsung terbuka sempurna saat dia lihat jam sudah menunjukan angka enam lewat.
"****** aku hampir aja telah" langsung saja Lili turun dari tempat tidur dan BBUUKK dia terjatuh ke lantai setelah itu ia langsung berlari kekamar mandi membersih kan diri serta bersiap-siap dan setelah itu dia menuju meja makan disana udah ada kedua orang tua dan si cerewet Vano.
Lili menghampiri mereka sambil cemberut.
"Ibu kok tega sih ngak bangunin aku pagi, kalau aku telat gimana" Kata Lili sambil memanyunkan bibirnya memasang wajah kesal yang di buat buat dan duduk di kursi untuk sarapan.
"Harus berapa kali lagi ibu triak-triak kayak orang kemalingan membangunkan kamu dek" sambar Vano menimpali ucapan Ibu.Dia juga heran punya adik kok kalau bangun pagi harus di bangunkan juga gimana mau nikah nanti.
"Aku tanya ibu bang bukan sama lo bawel" jawab Lili sewot.
Paling malas berdebat sama abangnya itu di tambah ini masih pagi bikin bad mood saja.
"Lah abangkan cuma nyampein fakta nya" Kata Vano balik sewot juga.Dia kadang sama bingung punya adek ada cantik tapi kebo juga.
"Tapi setiap fakta yang lo bilang bang ngak ada yang nyenengin bikin pusing semua "kilah Lili sambil memakan sarapan.Mending dia sarapan lalu siap berangkat kalau meladeni abangnya tidak akan ada habisnya.
"Ayah ni anak berdua punya siapa sih, kok berisik kali, bailikin gih sama orang tuanya" Kata Ibu mulai jengah mendengar perdebatan dua kakak beradik itu.
Tidak baik berdebat di depan makanan sama saja dengan tidak menghargai.
"Ngak tau Ayah, tadi ketemu depan komplek,," jawab Ayah singkat.Jengah juga kalau anak nya sudah debat apa saja bisa jadi bahan perdebatan.
"Ayah, Ibu kami bukan anak pungut" jawab Lili dan Vano bersamaan.
Walau sering terjadi perdebatan kecil tapi saling sayang juga tidak mungkin musuhan itulah indahnya persaudaraan debat itu sebagai bumbu saja(Masakan kali ada bumbu)
"Ya sudah kalau gitu lanjutkan sarapannya" Kata Ayah lagi
Akhirnya mereka semua sarapan tanpa mengeluarkan suara satu patah kata pun cuma keheningan yang ada selama acara sarapan berlangsung, selesai sarapan Lili langsung pamit.
"Ayah, Ibu dan babang bawel aku duluan ya takut telat nanti" Kata Lili berpamitan sambil menyalami semuanya.
Harus menunjukan kalau dia beneran niat bekerja dengan menunjukan datang awal walau belum tentu juga di terima.
"Hati hati dek sudah selesai langsung pulang jangan mampir dulu. " Kata babang keluar sifat posesifnya.
Tidak mau adiknya kelayapan tidak jelas kemana mana tanpa tujuan.
"Iya abang ku sayang kalau ingat ya. " wwlleee kata Lili sambil menjulurkan lidahnya.
Meledek gitu bukan berarti membantah apa ucapan abangnya tapi sebagai bahan bualan semata dia juga tidak mau buat orang rumah khawatir.
Habis itu Lili langsung lari keluar rumah untuk berangkat ketempat wawancara kerja dengan menggunakan motor kesayanganku sebelum melajukan motornya tidak lupa Lili memakai helm dan jaket yang selalu setia menemaninya setiap kali pergi kemana pun. Saat akan menjalankan motor tiba tiba.
"Dek." panggil Vano dari arah pintu dan mendekat kearah ku.
"Apalagi bang, aku mau telat nih. "balas Lili lesu, tidak tau apa waktu sudah mepet.
"Kerja tempat abang aja ya. "pinta Vano memohon, udah jelas jawabannya masih berusaha membujuk lagi.
"Izinkan aku mandiri sekali ini ya bang. "ucap Lili tidak kalah memelasnya juga.
"Tapi,," perkataan Vano di potong Lili.
"Ngak ada tapi taping, bye." kata Lili melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Vano mematung di halaman.
Lili senang bisa bekerja walau hanya sebagai pelayan mungkin ini langkah awal saja. Mencari pengalaman kerja saja kalau sudah ada pengalaman bisa mencari sesuai jurusan juga.
Sebenarnya bisa saja menanyakan sama bang Vano tapi nanti saja pengen mandiri dulu, kalau di tanya pasti bisa bantu sih. Abang orangnya selalu ada saat Lili butuh,dia juga tidak mau manfaatkan kapan mandirinya kalau apa apa minta bantuan terus.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Dika Tsabitha
Perhatikan PUEBI nya thor. Semangat ya 😊
2021-04-30
0
Lew
Semangat kak..
2020-05-31
0
Uni (ig : @Uni_Feisya
perhatikan huruf kapitalnya. kata Dan Dari Kami Ada dll ... jangan memakai huruf kapital
2020-04-25
1