#14

Sore yang temaram, sang Surya telah berdiri diatas Lazuardi mengintip malu-malu dari balik awan seakan enggan untuk berpamitan, pancaran sinarnya yang teduh merona jingga seakan meluruhkan segala kelelahan. Segerombol burung walet berbondong-bondong menghiasi cakrawala menghalangi pandangan, eh..walet apa Sriti ya? suasana seketika menggelap.

Kumandang azan Maghrib mengalun merdu, menentramkan jiwa yang dilanda rindu. Rindu pada sang robb setelah seharian berjibaku dengan pena dan buku. Namun apalah daya kodratnya sebagai perempuan menghalangi pertemuan itu.

Lula merebahkan tubuhnya diatas dipan, melepaskan penat yang menggelayut di tubuhnya, menyelonjorkan kakinya yang agak membengkak karena duduk terlalu lama di dalam bis dan mengganjalnya dengan bantal, rasanya nyaman sekali.

Lula mengambil dan membuka ponselnya, barangkali ada pesan dari kekasihnya yang belum pernah ia dengar suaranya itu. Lula jadi penasaran, kenapa dia tidak pernah mau menelpon, apa nggak penasaran, atau dia memang pelit, dasar pelit, hanya untuk membeli pulsa telfon saja ngirit atau dia orangnya pemalu. Wallahu a'lam bis showaf, selama kenal dia beberapa hari ini dia sekalipun tidak pernah telfon.

Rasa penasaran, ingin tahu atau rindu ya yang mendorong Lula untuk menelponnya. Lula mencoba mencari kontak Santo pada ponselnya dan menekan tombol panggil. Terdengar nada sambung diujung sana.

"Assalamu 'alaikum!" suara seorang perempuan mengucap salam.

Ups...kok suara cewek, tiba-tiba Lula menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Siapa perempuan ini? istrinyakah? atau dia memang perempuan? Saudaranyakah? bathin Lula berkecamuk dengan pertanyaan.

"Halo...Halo..." suara perempuan diujung telpon. itu menyapa lagi.

"Ehmm.. wa'alaikumussalam, Mbak. ini benar nomornya Santo, kan?" tanya Lula.

"Iya benar, ini nomornya Santo, ini Lula ya?" tanya perempuan itu.

"Iya ini Lula, Mbak siapanya Mas Santo ya?" tanya Lula penasaran.

"Ini Mbak Ayu, Lula, kakaknya Santo," jawab perempuan itu.

"Ooh, aku kira istrinya Santo, hehe.." sahut Lula cengengesan."Santonya mana, Mbak?" tanya Lula kemudian.

"Santonya lagi mandi. Oh iya Lul, bulan depan kita mau main ketempat kamu." ujar Mbak Ayu.

"Iya Mbak? sama Mbak Ayu juga ya?" tanya Lula.

"Iya sama Mbak Ayu juga, nggak apa-apa kan?"tanya Mbak Ayu.

"Nggak apa-apa lah Mbak, pintu rumah Lula selalu terbuka untuk kedatangan kalian

" jawab Lula." Yaudah Mbak, nanti tolong sampaikan ke Santo saja kalau Lula telpon" sambungnya.

"Iya Lula, nanti Mbak sampaikan." sahut Mbak Ayu.

"Assalamu 'alaikum" ucap Lula mengakhiri panggilan.

"Wa'alaikum salam" jawab Ayu.

🌸🌸🌸

Satu Minggu telah berlalu sejak kuliah perdana Lula, hari ini adalah jadwal kelompoknya mempresentasikan makalah mata kuliah Ilmu Pendidikan yang telah dibuat oleh Lula dan teman-teman sekelompoknya.

Bisa dibayangkan nggak sih betapa gugupnya si Lula itu. Kenapa rasanya dingin banget ruangan ini, padahal tidak berAC, hanya semilir angin dari balik jendela yang membelai muka pucatnya sepoi-sepoi.

Hadeuh Lula, ngajar kanak-kanak saja kamu gemetaran apalagi ini ngajar kawak-kawak. Memang penyakit buyuten kamu itu tidak bisa dihilangkan.

Flashback on

Konon dulu waktu si Lula masih berumur tiga tahun, rumah tangganya orang tuanya hampir berantakan. Bapaknya pergi meninggalkan rumah membawa serta kakaknya Husnan, sedangkan ibunya tiap hari hanya mencari kesenangan sendiri. Akibatnya si Lula yang kurang kasih sayang terlantar dan tidak terurus.

Lula yang kurang kasih sayang itu terkena panas tinggi, selama sakit hanya terbaring di rumah saja, seluruh badannya gemetar, matanya mengatup terpejam hingga satu minggu lamanya seperti orang mati, bahkan sampai sekarang ada saja yang memanggil Lula dengan sebutan Tirung ( mati urung).

Rasanya Lula ingin menyumpal mulut orang itu dengan lap keset Wellcome WC umum saja, itu mulut nggak pernah dengar pengajian apa ya, mati itu kan urusan Allah.

Namun keadaan Lula yang sudah seperti orang mati tersebut tidak pernah mendapat sentuhan dari dokter, Lula hanya diberi obat-obatan tradisional yang tersedia di kampung.

Dahinya dibalur dengan pipisan daun suruhan, dan satu lagi yang membuat Lula mual sekaligus bergidik ngeri kalau diceritain.

Bu Leknya selalu mengungkit-ngungkit kalau dulu dia yang tiap hari mencari cacing kalung, kemudian dikeluarkan isi cacing kalung itu lalu dijemur. Setelah kering cacing itu disangrai terus ditumbuk sampai halus.

Bubuk cacing itu diseduh dengan air panas, dan setelah agak hangat disiapkan dengan sendok ke mulut Lula. Ihh.. cacing kalung...anak cacing yang buat umpan mancing saja kalau kesentuh kakinya Lula berjingkat-jingkat kaya keantup tawon.

Tapi Lula patut bersyukur, karena sakit kerasnya hingga mau meninggal itu, akhirnya bapaknya kembali, dan bahkan sampai lahir tiga adiknya.

Akibat sakit itu sampai sekarang tangan Lula gemetaran, apalagi kalau disuruh tanda tangan wihh. Dan satu lagi suaranya juga gemetar, ngomongnya pelan seperti anak kecil kalau bicara.

Tapi kalau nyanyi jangan ditanya, bahkan Lula pernah mendapat juara dua pada Festifal Pop Dangdut dan Sholawat lho.

Waktu itu teman ngajarnya Dimas ingin ikut Festifal mau nyanyi lagu sholawat dia minta Lula temenin. Akhirnya Lula terkena juga sama bujuk rayunya Dimas, Ia mendaftar mengambil lagu dangdut Wulan merindu milik Cici Paramida. Eh, malah Lula yang mendapat juara dua, sementara Dimas nggak dapat.

Flashback off

Pukul 14.00 WIB semua mahasiswa sudah menempati bangku di ruangan kelas PAI semester 1, kecuali yang belum hadir lho ya. Oh ya, ternyata program jurusan yang dipilih Lula beserta teman sekelasnya telah dirubah secara sepihak oleh pihak Dikti.

Dari semula PGMI/PAISD ( Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah/Pendidikan Guru Agama Sekolah Dasar) menjadi PAI ( Pendidikan Agama Islam). Alasannya karena jurusan PAI yang sudah terakreditasi B.

Pak Den selaku dosen Ilmu Pendidikan memasuki ruangan. Beliau berdiri di depan kelas.

"Assalamu 'alaikum warihmatullahi wabarokaatuh" sapa Pak Den mengawali.

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh" jawab mahasiswa serempak.

"Kelompok yang sudah siap silahkan maju ke depan untuk presentasi!" ujar Pak Den, kemudian melangkah ke tempat duduknya.

Lula beserta teman-teman satu kelompoknya beranjak dari tempat duduknya menuju ke depan kelas, ia menarik sebuah bangku untuk diduduki di depan saat presentasi.

Suasana terdengar berisik akibat gaya gesek antara kaki bangku yang terbuat dari kayu jati dengan lantai ubin. Berat tau, nggak ada cowok yang mau bantu apa.

Empat bangku dengan penghuninya sudah disejajarkan.

Bissmillahirrahmanirrahiim,

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh" Bu Sri Membuka presentasi,

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh" jawab mahasiswa serempak.

"Alhamdulillahirobbil 'alamiin wa bihi nasta'in ala umuriddunya waddiin, wassolatu wassalamu ala asrofil anbiya'i wal Mursalin wa'ala aalihi washohbihi ajma'in Amma ba'du"

"Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga pada siang hari ini kami dapat melakukan presentasi makalah kelompok kami tanpa halangan suatu apapun."

"Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad solallahu 'alaihi wassalam, semoga kita mendapat syafa'atnya kelak di Yaumil kiyamah...aamiin."

"Yang Kami hormati Bapak Drs. Daenuri, M.Pd.I. selaku Dosen Ilmu Pendidikan serta temanku yang berbahagia, sebelum memulai presentasi ini ijinkan kami memperkenalkan diri."

"Saya Sri kuat, sebagai moderator,"

gerrrr......

"Di sebelah kanan saya, saudari Alula sebagai pembaca makalah. Dan di sebelah kanan Alula adalah Saudara Nasikon dan Kartono yang akan menampung dan menjawab pertanyaan dari teman-teman."

"Selanjutnya makalah akan disampaikan oleh Saudari Alula, silahkan Mbak Lula!"

Lula segera membuka dan membacakan makalahnya. Saat Lula tengah membaca makalah, tiba-tiba dari bangku deretan paling depan terdengar nada dering panggilan berbunyi sangat keras.

Bu Rohaya terlihat mengambil ponselnya dan sibuk memencet tombol ponselnya hingga beberapa kali namun suara dering itu tidak berhenti berbunyi.

"Kok gak mati-mati yo?" gerutu Bu Rohaya.

Perhatian menjadi terbagi kepada perempuan berkepala empat itu, upss.. maksudku perempuan yang usianya hampir kepala empat itu.

Menyadari sesuatu telah terjadi, Bu Sri segera bangkit dan secepat kilat berlari menuju ke tempat duduknya semula yang berada di samping Bu Rohaya.

Dalam keadaan berdiri, Bu Sri terlihat mengambil tasnya dan merogoh ponsel dari dalam tasnya dan memencet tombol di ponsel itu. Seketika suara itupun berhenti.

Buru-buru Bu Sri kembali ke bangku pesakitannya. Semua orang melongo dibuatnya.

"Jangan bilang kalau yang tadi itu cuma nada pesan" bisik Lula pada Bu Sri mengancam saat selesai membacakan makalah. Yang diancam bukannya menjawab malah menampakkan muka cengar- cengirnya.

"Jadi bener yang tadi itu cuma notifikasi pesan? Astaghfirullahal 'adzim..."

Lula menggeleng-gelengkan kepalanya. Bu Sri hanya menggerak-gerakan bibirnya menirukan ucapan Lula.

*****

Akhirnya kegiatan hari ini selesai 30 menit lebih cepat dari biasanya.

"Bu Lul, pulang bareng ya!" ajak Bu Sri.

"Nggak janji ah," jawab Lula sekenanya.

"Kenapa?" tanya Bu Sri.

"Takut di PHP, hehehe..." jawab Lula dengan candanya sambil merapikan buku-bukunya dengan santainya.

Eh dia anggap serius, toh kalau di jalan ketemu sama orang yang dia kenal juga dia bakal nggak perduli sama Lula. Bu Sri sudah ngibrit duluan meninggalkan kelas. Dengan langkah gontai Lulapun hendak pergi meninggalkan kelas juga.

"Mbak Lula tunggu!" seseorang tiba-tiba menyeru.

"Ya, Mbak Izzah" Lula menoleh seruan itu, mendapati seseorang yang sedang sibuk dengan peralatan tulisnnya.

"Pulang bareng aku aja sampai ke KDW!' ajak Faizah."tapi tunggu aku nyelesaiin makalah ini dan menjilidnya dulu" lanjutnya tanpa menoleh.

Lula menghampirinya, kemudian mendudukan pantatnya pada bangku yang ada disekat perempuan itu.

Perempuan itu telah selesai dengan tulisannya, sejenak ia terlihat tengah merapikan kertas kertas itu, kemudian mengambil stapler dari dalam kotak pensilnya lalu menyetapling satu sisi bagian kertas itu, serta melapisi bagian yang di Staples itu dengan lakban berwarna hitam.

"Selesai" serunya. Faizah kemudian merapikan alat-alat tulisnya yang berantakan dan memasukkannya ke dalam tas. "ayo, Mbak!" ajaknya.

Lula menjawab dengan anggukan, Lalu berdiri dan melangkahkan kakinya beriringan meninggalkan kelas menuju ke parkiran kendaraan.

Terpopuler

Comments

Zaza ira

Zaza ira

boom like, 15 like dulu ya

2021-01-24

1

Ella

Ella

novel ini hampir sama dgn cerita pribadi ku yg sm dgn propesi dan perkuliahan..jd inget tmn ku emak2 bunyi hp nya saat presentasi..bingung mati in hp ya..haha

2020-12-20

0

Maryam

Maryam

Maryam jarang on jadi biar setuntasnya kwkwkwk

2020-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!