Kedua keluarga yang mendengar teriakan Zafran pun terkejut. Mereka dengan segera pergi ke sumber suara itu. Meninggalkan semua kegiatan diskusi mengenai rencana penikahan Zafran dan Almira.
"Astaghfirullah, Almira?!" jerit Mama mendekati putrinya yang sudah berada dalam dekapan Zafran.
"Mas, ada apa?" tanya Ibu yang juga panik dengan keadaan calon menantunya.
"Saya nggak tahu, Bu! Tadi setelah Mira mengangkat telepon dari seseorang! Tiba-tiba Mira membanting hp nya dan jatuh pingsan," jelas Zafran sejujur-jujurnya.
"Mira? Bangun sayang! Ini Mama!"
Zafran sudah bersiap untuk membopong tubuh Almira dalam gendongan. Namun dicegah oleh Papa.
"Jangan kamu, Zafran! Almira belum menjadi istrimu! Biarkan kakaknya yang membawa Almira masuk," larang Papa pada Zafran.
Zafran pun menurutinya. Pria itu mundur dan membiarkan ayah dan kakak dari calon istrinya mendekat.
"Aldian! Cepat bawa adikmu ke kamarnya!" titah Papa pada putra sulungnya.
"Iya, Pa." Aldian bergegas menggendong Almira menuju kamarnya.
Seluruh anggota keluarga keduanya pun mengikuti Aldian. Sesampainya mereka di depan kamar Almira, Mama maju untuk membukakan pintu. Aldian membawa tubuh mungil adiknya untuk berbaring di ranjang.
Ibu dan Ayah Zafran yang juga khawatir hanya bisa ikut melihat keadaan itu sambil mendoakan calon menantunya agar cepat sadar. Mereka takut terjadi sesuatu dengan gadis itu.
"Pa! Telpon dokter, Pa! Mama takut terjadi sesuatu dengan Almira."
"Iya, Ma! Papa akan menelpon dokter Wisnu," ucap Papa. "Astaga! Ponsel Papa masih ada di bawah. Aldian tolong ambilkan ponsel Papa!" titahnya sarat akan kekhawatiran.
Aldian menuruti ucapan Papanya. Namun saat akan membuka pintu, Zafran pun menyela.
"Zafran juga mengenal dokter Wisnu, Pa! Biar saya saja yang menelpon beliau," sela Zafran. Pria itu juga khawatir dengan keadaan calon istrinya. Dan untuk sekarang hanya itu yang bisa dilakukan olehnya.
"Baiklah! Segera telepon dia!"
Zafran sudah akan menelpon dokter Wisnu dengan ponselnya. Namun sesaat sebelum jarinya menekan tombol memanggil, terdengarlah jeritan suara Mama.
"Almira!?" Ternyata gadis yang sedang mereka khawatirkan itu sudah membuka matanya. Membuat Zafran mengurungkan niat menelpon dokter Wisnu atas isyarat yang diberikan Papa.
"Mama?" panggil Almira tampak bingung. Tetapi tak lama setelahnya, gadis itu terlihat sedang mengingat suatu hal. Dapat dilihat wajahnya yang kembali memucat.
"Kamu kenapa sayang? Hey, Mama disini! Jangan cemas!" ucap Mama menenangkan.
"Mama? Hiks... Mira takut, Ma! Tolong Mira!" Semua terkejut mendengar ketakutan Almira.
"Kenapa sayang? Ada apa? Kamu habis ditelpon siapa?" Tanya Mama lagi dengan sabar. Namun tak mendapatkan jawaban apapun dari bibir putrinya. Gadis itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
Papa yang melihat keengganan Almira untuk menjawab ucapan Mamanya pun mulai angkat bicara.
"Sepertinya saat ini Almira hanya sedang butuh Mamanya. Mari! Kita tunggu di bawah," ajak Papa.
Ayah, Ibu dan Aldian sudah meninggalkan kamar Almira. Tersisa Zafran yang masih berdiri disana dengan kegamangan menatap calon istrinya yang berada dalam pelukan Mama.
"Zafran, tenanglah! Jangan cemas seperti itu. Putri Papa akan baik-baik saja!" ucap Papa menenangkan pria muda di depannya. Meski beliau sendiri juga sangat mengkhawatirkan putri tercintanya.
"Tapi, Pa-" Sanggah Zafran menggantung.
"Kita turun dulu. Biarkan Almira merasa nyaman untuk bercerita dengan Mamanya. Setelah itu kita akan tahu apa yang terjadi dengan Almira." Papa pun merangkul calon menantu yang lebih tinggi darinya ini. Dan mereka beriringan keluar dari kamar Almira.
Di ranjang ukuran queen size itu, Almira mulai mengendurkan pelukannya. Ia mulai berani menatap Mama walau masih menangis sesenggukkan.
"Mira kenapa? Hanya ada Mama disini. Cerita sama Mama, nak!" titah Mama dengan lembut.
"Ma tadi...."
Dan mengalirlah cerita dari bibir Almira. Mama Santika yang mendengarnya pun mengepalkan tangannya kuat. Ia tidak menyangka jika hal ini bisa terjadi setelah lima tahun berlalu.
Almira yang ketakutan, bertambah ketakutannya setelah melihat tatapan tajam menusuk dari Mamanya. Nampak kemarahan besar di mata wanita yang melahirkannya ini.
Mama Santika yang melihat putrinya menunduk karena ketakutan pun, mulai menarik Almira dalam dekapannya lagi. Dengan terus memberikan elusan sayang di kepala putrinya.
"Tenanglah! Kami disini untukmu! Laki-laki itu tidak akan berani macam-macam sama kamu. Percaya sama Mama!" ucap Mama Santika sangat yakin. Membuat Almira sedikit lebih tenang.
Sementara itu, Papa sedang berbicara dengan keluarga calon besannya di bawah. Beliau meminta maaf karena rusaknya acara pada malam hari ini. Dan keluarga Zafran pun sama sekali tidak keberatan, justru mereka malah mengkhawatirkan Almira. Bagaimanapun juga, gadis itu sudah dianggap putri sendiri oleh kedua orangtua Zafran.
"Baiklah! Kami permisi dulu, Pak Bagas. Semoga Almira lekas membaik. Saya minta tolong terus kabari kami ya, Pak!" pamit Ayah Ibrahim setelah cukup lama berbincang dengan calon besannya.
"Iya, Pak Ibrahim! Terimakasih atas pengertian Pak Bagas dan juga Bu Anisa. Sekali lagi kami mohon maaf," sesal Papa.
Papa dan Aldian pun mengantarkan keluarga Zafran ke depan rumah. Ayah dan Ibu yang siap meninggalkan rumah calon besannya pun merasa iba melihat putranya yang masih terlihat khawatir. Mata Zafran nampak seperti sedang mencari-cari.
"Kamu tenang saja! Adikku bukan gadis lemah. Aku yakin dia akan baik-baik saja besok. Akan kusuruh dirinya untuk mengabarimu jika sudah membaik," bijak Aldian yang sedari tadi diam.
Meskipun usia Zafran lebih tua darinya, bagaimanapun juga Ia akan menjadi adik iparnya kelak. Oleh karena itu, Aldian rasa ia harus ikut menenangkan Zafran yang nampak khawatir namun bingung harus berbuat apa.
Zafran pun merasa sedikit beban terangkat dari pundaknya. Lalu ia menuju ke mobil hitam miliknya di halaman rumah itu.
Nampak Ayah yang sudah duduk di kursi samping kemudi, dan juga Ibu yang duduk bersama cucu-cucu dan seorang pengasuhnya yang sedang menenangkan Rendra dan Geon yang terus-terusan menangis.
Mungkin ikatan batin antara kedua anaknya dengan Almira sudah mulai terbangun. Hingga Rendra dan Geon mampu merasaan beban berat yang tengah menimpa calon ibu mereka.
Tetapi Zafran cukup lega, setidaknya anak-anak itu tidak perlu melihat kejadian yang menimpa Maminya. Karena bukan tidak mungkin hal itu akan membuat mereka sedih. Untung saja mereka meminta bermain di luar saat Zafran dan Almira pergi ke gazebo untuk bicara tadi.
Zafran menghela napasnya sebelum memutar kunci mobil. Dia benar-benar berharap tidak ada hal buruk yang menimpa calon istrinya.
"Ada apa, Mas?" tanya sang ayah yang melihat putranya melamun.
Zafran hanya menjawab pertanyaan ayahnya dengan gelengan. Sang ayah pun mengerti apa yang menjadi beban pikiran putranya ini. Beliau menepuk pundak Zafran dua kali untuk menguatkannya. Zafran pun hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
Pria itu melajukan mobilnya dan membelah jalanan kota pada malam hari itu.
*
*
*
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
othor sayang...
lo emang bisa bikin hatiku deg-degan yaa..
2021-06-06
0
Anie Celamanya Cinta
knp br skrg pas moments Thor pinter bikin was2
2021-03-18
5