Setelah pamit dengan penuh kesedihan yang mendalam buat Ara. Ara pun pergi ke Jakarta, dalam hati Ara banyak harapan yang ia torehkan ke dalam list hatinya. Ara harap rumah tangga ia bina akan berjalan sesuai alur baik. Karena mereka membina pada usia yang sangat muda. Ara hanya wanti-wanti dengan keadaan seperti ini.
Di sepanjang perjalanan di dalam mobil hanya keheningan. Sesekali Papah Rendi dan Mamah Fani berbincang ringan. Tapi di jok kedua, Ara dan Rio hanya diam seribu bahas, wajah mereka hanya menatap di luar jendela mobil masing-masing. Tak saling tatap, mereka diam dalam dunianya masing-masing. Mamah Fani dan Papah Rendy merasakan sikap mereka, Mamah Fani dan Papah Rendy memahaminya. Karena mereka bertemu baru 2 hari dan wajar saja kalau terjadi seperti ini.
*****
Akhirnya sampai gerbang di kediaman rumah Rio yang megah nan mewah. Jika di banding dengan rumah Ara di desa memanglah beda jauh. Walaupun Rumah Ara di desa termasuk kategori paling megah, tapi jika di bandingkan dengan di kota ya jauh beda.
Tin !!
Tin !!
Klakson mobil Papah Rendy yang sudah berhenti di halaman luas rumahnya. Dan keluarlah para maid. Ada yang membuka setiap pintu mobil, ada yang langsung mengambil barang-barang bagasi tanpa di perintah. Setelah semuanya turun dari mobil. Ara hanya memandang sekelilingnya. Hamparan halaman yang luas dan rumput hijau yang menyejukan mata. Ara mengekor di belakang Mamah Fani. Rio mengekor Papah Rendy. Para maidnya pun menyambutnya dengan berseri-seri.
"Selamat datang Tuan, Nyonya!!" Sambut mereka.
"Selamat datang Ara, di rumah Mamah dan Papah. Seminggu kalian harus tinggal di sini dulu ya" Mamah Fani merangkul menantunya. Ara hanya mengangguk saja.
"Loh !! Papah dan Mamah kan sudah janji sama Rio setelah menikah kami tinggal sendiri " Protes Rio.
"Papah tepatin !! Tapikan Papah dan Mamah ingin lebih dekat dengan menantu kami. Emang tidak boleh ?" Tanya Papah Rendy.
"Iya terserah deh " Pasrah dan kesal Rio dan Rio berlalu pergi keatas tanpa pamit.
Ara melihat sikap Rio terkejut. Dan sedikit khawatir jika sikap tadi adalah sikap asli Rio sesungguhnya.
"Ara jangan berlebihan kalau Rio sedang marah ya. Memang begitu anaknya, Ara tidak keberatan kan kalau tinggal seminggu saja di rumah Mamah?" Tanya Mamah Fani.
"Gak apa-apa kok Mah." Ara tersenyum dan memeluk mertuanya. Mamah Fani dan Papah Rendy bahagia melihat sikap Ara yang begitu pengertian. Mereka bangga memilih Ara menjadi menantunya sekarang.
"Ya udah Mamah antarkan ke kamar ya." Ajak Mamah Fani.
Ara mengangguk dan mengikuti langkah Mamah Fani. Tapi ketika hendak menaiki tangga.
"Bu biar aku aja yang bawa barang Ara." Ara menarik kopernya yang lumayan besar.
"Eh Non. Gak usah ini biar Bibi yang angkat. Ini kerjaan Bibi, biarin aja ya" Tolak maid Mamah Rio.
Ara hanya tak ingin menyusahkan siapa pun.
"Ara itu sudah tugas Bibi Arum. Jadi biarkan saja ya " jelas Mamah Fani.
"Tapi Mah ! Ara bisa sendiri kok." Kekeh Ara yang masih tarik-tarikan dengan Bibi Arum. Mamah Fani hanya tersenyum gelengkan kepala dan mengisyaratkan ke Bibi Arum untuk mengalah. Bibi Arum pun menuruti perintah Mamah Fani dan menyerahkan kopernya ke Ara. Bibi Arum mengikuti Mamah Fani dan Ara ke kamar Rio.
"Ara kamu tidur di kamar ini ya, ini kamar Rio." Ucap Mamah Fani. Ara tersenyum dan menganggukan kepala.
"Dan kalau Ara butuh apapun itu, minta bantuan sama Bibi Arum ya" Mamah Fani menoleh ke arah berdirinya Bibi Arum. Bibi Arum pun mengangguk, Ara hanya tersenyum manis.
"Ya udah kamu masuk ya. Mamah tinggal dulu ke bawah " Pamit Mamah Fani.
"Iya Mah. Maksih Mah " Ucap Ara dan melihat kepergian Mamah Fani.
****
Jantung Ara berdetak tak karuan. Ara takut untuk masuk. Mau membuka pintu langsung tidak sopan. Mau ketok takut Rio langsung buka dan pasti jika bertemu akan canggung. Tapi jika tidak masuk tidak mungkin. Hati Ara maju mundur untuk melangkah masuk ke ruangan Rio. Saat Ara memberanikan mengetuk pintu, Rio sudah membuka pintu dahulu. Ara langsung menurunkan tangannya yang tepat di depan wajah Rio. Ara tersenyum dan menundukan wajahnya.
"Kenapa tidak masuk ? " Tanya Rio dengan nada dingin.
"Um baru Ara mau mengetuk pintu" Jelas Ara.
"Masuklah !! " Perintah Rio dan membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Ara mengangguk dan masuk ke kamar Rio untuk pertama kalinya. Setelah Ara masuk, Rio pergi ke bawah tanpa pamit.
Ara melangkah secara perlahan memperhatikan keseluruhan sudut kamar Rio. Kamar Rio dan kamar Ara beda jauh. Karakter kamar Ara bernuansa pink, banyak benda-benda cerah dan mencolok. Tapi kamar Rio sendiri dominan gelap banyak warana hitam dan abu-abu. Tetapi kamarnya sungguh bersih, rapih, wangi dan cenderung minim cahaya. Kamar Rio sangatlah luas, kamar mandi di dalam dan balkon luas yang membentangkan pemandangan kota Jakarta pada malam hari sungguh indah. Ara menarik koper besar dan manaruh di sudut ruangan. Ara tahu jika pria sangat bersifat bersih dan rapih pastinya siapa pun tak boleh memegang benda apapun miliknya. Ara kembali berdiri di tengah-tengah kamar Rio tanpa melakukan sesuatu.
Cklek!!
Suar pintu terbuka dan menampilkan sosok pria gagah. Ara hanya menatap ke arah pintu dengan masih berdiri.
"Kenapa masih berdiri ? Lakukan sesuai apa yang kamu inginkan. Mandi atau apa ?" Ucap Rio dengan masih nada dingin dan langsung rebahan di ranjang.
Ara pun menuju ke kopernya dan memilih baju yang ia akan kenakan. Ara dengan hati-hati menuju ke kamar mandi Rio. Karena Rio sudah tertidur. Ara pun mandi dan setelah mandi ia kenakan baju. Ara keluar dengan berusaha tanpa membunyikan langkah kakinya agar Rio tidak terbangun. Setelah itu Ara shalat dzuhur.
***
"Mah, Papah mau ke kantor. Ada urusan mendadak" Papah Rendy menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Mamah Fani sedang di dapur, sesang mempersiapkan makan siang.
"Loh kok mendadak sih Pah. Gak makan dulu, ini kan udah siap semua." Ucap Mamah Fani sembari mencium tangan suaminya.
"Papah makan di kantin kantor saja. Ya udah Papah berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Pamit Papah Rendy dan berlari menuju mobil yang sudah di siapkan.
"Waalaikumsalam" Jawab Mamah Fani.
Ara pun turun ke bawah selesai shalat dzuhur.
"Siang Mah !" Seru Ara dan berjalan menuju ke arah Mamah Fani.
"Siang sayang" Sapa balik Mamah Fani dan langsung mencium lembut pipi sang menantu.
Ara melihat dimeja makan penuh dengan makanan.
"Ini Mamah yang masak ?" Tanya Ara.
"Iya dong. Tiap hari Mamah yang selalu masak." Jawab Mamah Fani.
"Mamah bisa masak banyak begini kenapa masih punya ART Mah ?" Tanya Ara yang lugu.
Mamah Fani tersenyum dengan keluguan menantunya.
"Iya mereka juga bantu Mamah masak. Kalau Mamahkan masak, nah yang lainnya ya bantu yang lain. Dan rumah sebesar ini juga Mamah kerjakan sendiri gak mampu" Jelas Mamah Fani.
Ara hanya menangguk mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Lina Syah
lanjut Thor 💪💪
2024-10-15
0
Andi Isriana
Masi dingin lama lama ngak mau jauh jauh 😏😏😏😏
2020-02-26
2
ndde
ehhh derinya mana ,ko ga ad sih ?
masa kkanya nikah ga dateng!!!!
2019-09-26
3