Ara keluar dengan dress putih selutut. Rambut ditata sederhana dan bermakeup natural. Padahal sederhana tapi membuat Rio terpana. Rio sendiri sudah siap dengan hanya mengenakan baju kemeja pendek dan celana levis pendek selutut,ia sengaja menunggu Ara.
"Ehmm.." Ara sengaja berdehem agar Rio tersadar.
"Ya sudah ayo kita turun kebawah. Pasti Mamah, Papah, Bunda dan lainnya sudah menunggu kita" Ajak Rio.
Rio langsung keluar, dan Ara mengekor di belakang.
Rio dan Ara menuruni anak tangga menuju meja makan.
"Aduh... aduh pengantin baru. Jam segini baru keluar." Sewot Qia. Yang lain tertawa karena ucapan Qia. Rio dan Ara langsung melihat arah jam dinding, menujukan pukul 7:02 pagi.
"Baru jam tujuh lewat dua menit." Ucap Ara dan langsung duduk di kursi meja makan.
Rio pun menyusul dan duduk di kursi sebrang Ara.
"Loh kening kamu kenapa Rio? Kok di plester." Tanya Mamah Fani dengan sembari memegang luka Rio.
"Rio gak kenapa-kenapa Mah" Rio mengelak.
"Mamah nih gak tau privasi aja. Mereka kan habis nikah. Kayak gak pernah muda aja." Ledek Papah Rendy.
"Apan sih Pah ?." Rio kesal
Mamah Fani pun senyum-senyum karena baru tersadar mereka telah menikah.
"Tadi kamu teriak histeris kenapa ?" Tanya Bunda Nisya lembut.
Ara yang mau memasukan roti ke mulut tidak jadi. Ara melihat ke arah Rio yang tengah makan sarapannya. Rio hanya menaikan alis sebelah kiri. Karena mereka melihat Ara menatap Rio yang tengah makan. Semuanya pun menatap Rio.
"Apa ?.." Tanya Rio karena semuanya melihat ke arahnya.
"Iya Ara tadi teriak kenapa Rio" Tanya mereka serempak.
"Tanya Ara lah. Ara yang teriak kenapa Rio yang harus jawab. Rio aja kaget Ara tiba-tiba teriak. Terus kening Rio begini juga karena Ara" Jelas Rio dengan nada kesal karena semuanya mengira Rio yang membuat Ara teriak.
"Wah ngeri kali " Ucap Qia dengan menggelengkan kepala.
"Apaan sih Qia ? Sok tahu..." Kesal Ara.
"Ya habisnya teteh di tanya bukannya di jawab malah diam aja." Jelas Qia
"Oke Ara cerita. Sebenernya......" belum habis Ara menyelesaikan ucapannya, semua orang menatap serius ke Ara karena mereka penasaran. Ara semakin malu dan pipinya makin merona.
Dan ketika Ara cerita semuanya, mereka yang mendengarkan langsung tertawa terbahak-bahak. Ara sangat malu, dan Rio pun juga malu begitu ketika mendengar cerita sesungguhnya Ara.
*******
Ara masih malu dengan kejadian di meja makan. Ara banyak diam dan menundukan wajahnya ke bawah. Bunda Nisya yang menyadari sikap putrinya sangat memahaminya. Bunda Nisya pun mendekati putrinya dan memberikan pelukan hangat. Dan benar saja rasa Ara merasa lebih tenang daripada sebelumnya. Setelah sarapan keluarga Rio akan segera pulang.
Keluarga Rio sedang bersiap-siap di teras
mereka akan pulang ke Jakarta. Mereka sudah siap mempersiapkan semuanya. Terutama Ara sendiri yang sudah menyiapkan segalanya. Ara hanya membawa baju dan barang seperlunya. Mang Amin sudah mengangkat barang-barang ke bagasi mobil. Ara memeluk Bundanya dengan menangis dalam diam. Ara harus berpisah dengan Bundanya, Ara tak tahu nasibnya nanti di Jakarta. Apakah lebih baik atau buruk? Kini yang Ara tahu di sana tidak ada orang terdekat. Orang-orang terdekat Ara justru ia tinggalkan.
"Jaga diri baik-baik Nak. Jaga sikap kamu disana, jaga kesehatan juga. Sering-sering kabarin Bunda, ingat apa yang pernah Bunda ajarkan dan ingat shalat lima waktu ya Nak." Bisik Bunda Nisya, membuat hati Ara terenyuh seketika. Pesan Bundanya ia resap dan ingat dalam hati. Ini lah yang terakhir kali Bundanya mengingati Ara.
"Ara akan ingat dan Ara berjanji selalu menanam pesan Bunda dalam hati Ara biar tumbuh dan kokoh" Ucap Ara dengan nada bergetar. Ara tak mampu berbicara lebih, air matanya deras mengalir mengingat Ara akan jauh dengan Bundanya. Bunda dan Ara pun melepas pelukan. Kini Ara melihat Adiknya yang sedari tadi menangis terisak. Ara menatap lembut Adiknya dan memeluk erat Qia.
"Teh Ara !" Bisik lembut Qia
"Apa Qia ?" Ucap Ara lembut.
"Kalau Teteh pergi siapa yang bakal Qia jahilin Teh ?" Jawab Qia dengan menangis keras.
Ara yang mendengar Qia berucap seperti itu membuat Ara langsung melepas pelukannya dan menatap kesal dengan Qia. Membuat yang lain di sekitar mereka tertawa.
"Apa Teh ? Qia emang kangen jahilin Teteh. Qia juga bakalan kangen dengar suara Teteh yang suka ngadu sama Bunda Teh. Serius Teh !" Ucap Qia.
Ara hanya menatap Qia kesal sekarang.
"Gak atuh Teh ! Qia nakal juga sayang sama Teteh. Yang penting Qia mau cepet-cepet di kasih kabar ya Teh ?" Qia mencubit pipi chubby Kakaknya dengan gemas. Membuat Ara kesakitan karena Qia mencubitnya.
"Sakit Qia !!" Pekik Ara dengan mengusap pipinya yang kini memerah karena ulah adiknya.
"Kabar apa lagi ?" Tanya Ara ketus.
Qia senyum-senyum sendiri menatap semua orang di sekitarnya.
"Biar Qia cepet di kasih keponakan yang lucu-lucu Teh !!!" Seru Qia girang.
Mereka yang mendengarnya membuat tawa riuh.
"Aminn" Kompak mereka dengan menengadahkan kedua tangan tanda bersyukur. Rio hanya tersenyum tipis, sedangkan Ara hanya tersenyum malu.
****
"Jaga Ara ya Fani, Mas Rendy" pesan Bunda Nisya penuh harap. Mamah Fani dan Papah Rendy mengiyakan apa yang Bunda Nisya harap. Rio pun bersalaman dengan Bunda Nisya, Rio mencium tangan lembut Bunda Nisya. Bunda Nisya langsung memeluk Rio dan di saat Bunda Nisya memeluk Rio tangisnya pecah.
"Rio Bunda harap kamu berjanji untuk menyayangi dan melindungi Ara, Rio" Ucap lirih Bunda dengan melepas pelukannya dan kini menatap tajam Rio.
"Iya Bunda, Rio janji" Tegas Rio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Flower
seneng deh klo sesama besan akur
😍
2019-11-14
2
Hanif Yukihana
kok sweet banget ceritanya...
2019-09-28
1
Ratri....
ditunggu upnya thor... semangat...
2019-09-19
2