Setelah acara pernikahan yang sederhana selesai. Para tamu sudah pulang karena sekarang menunjukan pukul 09:15 Wib malam. Rio dan Ara diantar oleh keluarga ke kamar pengantin mereka. Mereka mendoakan sepasang pengantin baru.
"Nak Mamah bahagia melihat kalian sekarang resmi menjadi suami istri yang sah. Selanjutnya bangun bahtera rumah tangga yang sakina mawaddah warrohmah ya (amin)." Ucap Mamah Fani dengan memegang tangan Rio dan Ara. Mamah Fani menangis di pelukan Ara dan Rio. Mereka hanya mengangguk bersamaan.
"Papah bangga denganmu Rio. Kamu mau melangkah ke jalan yang besar. Sekarang kamu mempunyai tanggung jawab yaitu istrimu. Cintai, sayangi, lindungi, dan nafkahi sesuai kewajibanmu" Untuk pertama kalinya Papah Rio menangis di hadapan Rio. Rio tersentuh dengan nasehat Papahnya.
"Rio janji pah. Rio akan bertanggung jawab segalanya untuk Ara" ucap Rio lirih dan meneteskan air mata.
"Papah percayakan itu padamu" Papah Rendy menepuk pundak anaknya.
"Rio... Bunda harap apa yang Mamah dan Papah mubicarakan bisa di pegang. Bunda hanya Rio dan Ara janji sama Bunda selalu setia susah senang bersama. Saling melengkapi, saling merangkul, saling dewasa, dan saling menjaga. Semoga Allah memberikan perlindungan-Nya terhadap kalian." Bunda Nisya menangis dan memeluk putrinya dan menantunya.
"Amin" Rio dan Ara berucap bersamaan.
Masih dalam pelukan.
"Bunda Rio janji" janji Rio terhadao mertuanya. Rio melihat mata yang penuh kasih sayang di mata Bunda Nisya. Begitu sayangnya Bunda terhadap Ara. Seperti tidak ingin jauh ataupun pergi.
"Ara besok kalian ikut Mamah ke Jakarta ya. Jadi pagi besok kita sudah harus berangkat" ujar Mamah Fani
"Iya Mah.." jawab lembut Ara.
"Ya sudah kalian istirahat. Kami akan keluar" Pamit Papah.
Mamah Fani dan Bunda Nisya pun pamit dan menutup pintu kamar.
Mereka masih berdiri dan saling memandang. Tak ada yang mau bicara duluan. Entah canggung, entah merasa risih. Ara kemudian berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Rio pun duduk di pinggir ranjang dan matanya menyapu seluruh kamar Ara. Rapi, bersih, dan wangi ,banyak bonek panda dan teddy bear terpajang rapi di tempat tidurnya. Dari yang ukuran mini hingga jumbo.
"Feminim sekali" gumamnya
Rio menuju figuran foto keluarga. Ada Bunda Nisya, alm Ayah Angga dan Ara waktu kecil. Rio tersenyum melihat betapa imut dan gemasnya masa kecil Ara.
"Sampai sekarang pipinya masih chubby" Rio tertawa kecil.
"Siapa yang pipinya chubby?" Tanya Ara heran melihat Rio berbicara sendiri. Ara telah membersihkan diri, ia tengah mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
Rio terkejut dan langsung berbalik badan mengetahui Ara sudah berada tepat di depannya.
"Eh itu.. giliran aku mandi" Rio segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ara heran menggelengkan kepalanya.
Ara ingin tidur segera, satu hari full menjadi pengantin sungguh melelahkan.
Ara pun terlelap dengan baju tidur terusan.
Rambutnya pun masih sedikit basah.
**********
Rio keluar dari kamar mandi. Rio mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
"Udah tidur !" Rio kaget melihat Ara sudah tertidur dengan pulas.
Rio pun bersiap tidur di sisi Ara. Rio mengambil bantal guling untuk pembatas tubuh mereka agar tak bersentuhan.
Perlahan Rio pun terlelap seketika.
*********
"Sttttt..... jangan berisik. Nanti kita akan ketahuan." Papah Rendy berusaha menenangkan Istrinya dan Besannya agar tak gaduh.
"Kok sepi ? Apa mereka sudah tidur ya?" Tanya Mamah Fani
Bunda Nisya pun ikut-ikutan menempelkan telinganya ke pintu. Untuk memastikan apa sudah tidur atau belum.
"Iya kayaknya sudah tidur. Tidak ada suara sama sekali." Ujar Bunda Nisya membenarkan perkataan Mamah Fani.
"Huhfttttt... kapan kita bisa cepet punya cucu coba ? Kita sudah tua dan seharusnya menimang cucu." Kesal Papah Rendy dan berbalik badan.
"Eh Qia.. Bikin Om kaget saja. Sejak kapan Qia di sini ?" Tanya Papah Rendy kaget setengah malu karena tertangkap basah menguping kamar pengantin.
"Dari tadi" Jawab ketus Qia
Mamah Fani dan Bunda Nisya pun berbalik badan.
Mamah Fani dan Bunda Nisya sangat malu ketahuan oleh Qia.
"Om, Tante, Bunda, menguping kamar orang lain itu tidak boleh. Mau nanti di akherat di potong telinganya" jelas Qia Gadis polos.
"Eh gak gitu Qia. Kita cuma mau tahu aja apa mereka sudah istirahat apa belum." Alasan Mamah Fani dengan tersenyum.
"Kamu sih Fan. Kan aku dah bilang jangan nekat nguping. Kan jadi ketahuan sama Qia" lirih Bunda Nisya dengan menyenggol lengan Mamah Fani. Dan tersenyum lagi kepada Qia.
"Kamu sih Pah. Gak sabaran banget, nanti juga waktunya kita punya cucu. Malah nguping malam pernikahan mereka. Emang kalau kitanya nguping Ara langsung hamil apa ?"lirih tapi nada Kesal Mamah Fani dengan menyenggol lengan suaminya. Dan mereka tersenyum malu kepada Qia.
"Kok jadi nyalahin Papah sih. Kan Mamah yang punya ide" Sungut Papah Rendy.
"Kok malah pada berantem. Ya udah balik ke kamar masing-masing. Kalau ketahuan nguping lagi nanti Qia ngadu sama A' Rio dan Teteh Ara." Ancam Qia
Tanpa di ingatkan kembali, dengan cepat kembali ke kamar masing-masing.
"Udah pada tua. Udah berpengalaman juga. Masih aja ganggu anak sendiri" Heran Qia.
"Untung ada Qia Teh." Gumam Qia melihat ke arah pintu kamar Ara dan berlalu pergi.
*********
Ayam berkokok alaram Ara setiap pagi.
Ara perlahan membuka matanya.
Bangun dan duduk di sisi ranjang.
Ara menggeliat tubuhnya. Ara melihat jam di ponselnya. Menunjukan Pukul 06:10 WIB.
Ara merasa lelah sekali, rasa malas kini tengah menyerang. Membuat Ara kembali menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya. Kini posisi Ara tengkurap dan mengarah ke arah wajah Rio tertidur.
Matanya hampir terlelap tapi mengganjal. Ada sesuatu di depannya, dan.....
"Akhhhhhhh.......!!!!!" Teriak histeris Ara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Flower
hahahaha ga kebayang deh🤣🤣
2019-11-14
6