"Kathryn! Hentikan! Bersikap sopanlah pada calon suamimu!" tegur ibunya dengan suara tinggi, mencoba menahan malu di hadapan tamu mereka.
Kathryn membelalakkan matanya, menatap ibunya tak percaya. Amarah di wajahnya tak bisa disembunyikan.
"Apa yang Ibu katakan? Dia suamiku? Pria menyebalkan ini suamiku?" katanya, menunjuk ke arah Daniel dengan tatapan menyala. "Ibu, dialah yang sudah merusak sepatu mahal kesayanganku! Dia pria sombong yang membuatku kesal di bandara, Bu!"
Kathryn berkata seolah-olah hanya dia dan ibunya yang berada di ruang tamu. Ia tak menyadari bahwa kedua calon mertuanya menatapnya dengan penuh keterkejutan.
"Kathryn! Hentikan kekonyolanmu!" tegur ibunya lagi, kali ini dengan sorot mata tajam.
Namun Kathryn malah memanyunkan bibirnya. Ekspresinya memperlihatkan rasa kesal yang amat sangat pada pria yang duduk dengan tenang di hadapannya.
"Kamu terlihat lebih cantik dari fotomu, Nak," ucap wanita paruh baya yang duduk di samping Daniel. Ibu calon suaminya.
Perkataan itu membuat Kathryn salah tingkah, wajahnya mulai memerah.
"Ahm... ahm... Maaf, Tante—eh, Bu. Perkenalkan, saya Kathryn," katanya gugup sambil mengulurkan tangan.
"Matelda. Saya ibunya Daniel, Nak," jawab wanita itu ramah.
Ibunya lalu memberi isyarat pada Kathryn.
"Kathryn, bawa Nak Daniel ke luar sebentar, cari udara segar."
Dengan enggan, Kathryn berdiri dan melangkah menuju halaman belakang, diikuti Daniel yang tampak santai.
Sesampainya di tepi kolam renang, keheningan mencengkeram mereka.
"Sorry... about yesterday," kata Daniel akhirnya, memecah kebekuan yang menggantung di udara.
"Maaf? Saya tidak butuh kata maafmu sekarang. Seharusnya kemarin!" seru Kathryn, masih dengan nada tinggi.
"Dan... andai aja gue bisa muter waktu, gue pengen balik ke hari kemarin, minta maaf, biar lo bisa maafin gue, Miss Kathyrina Theodore Reyes."
Kathryn membelalak. Ia tak menyangka Daniel tahu nama lengkapnya.
"Darimana kamu tahu namaku?"
"Lo itu calon istri gue. Jadi, ya, wajar dong gue tahu," jawab Daniel ringan.
"Haha. Kamu jangan mimpi. Siapa juga yang mau menikah denganmu?"
"Lo kira gue juga mau nikah sama lo? Lo bukan tipe gue."
"Lalu kenapa kamu setuju?"
"Karena orang tua gue. Kalau bukan karena mereka, lo pikir gue sudi nikah sama cewek galak kayak lo? Enggak! Bahkan, sekarang pun gue masih pacaran sama cewek gue."
Kata-katanya membuat Kathryn terdiam sejenak. Kemarahan dalam dirinya campur aduk dengan rasa penasaran.
"Lalu kenapa kamu tetap mengiyakan?"
"Gue nggak pernah ngebantah orang tua gue. Gue percaya, apa pun yang mereka mau, itu pasti demi kebaikan gue, meski susah dijalanin. Lagian, calon istri yang mereka pilih... nggak jelek-jelek amat, kok. Galak sih, tapi gue suka."
Kathryn mendelik, wajahnya kini semerah tomat. Tanpa pikir panjang, ia mengangkat sandal hak tingginya dan memukul pundak Daniel.
"Kamu bilang aku jelek? Coba lihat diri kamu dulu! Kamu juga jelek dan sombong! Rasakan ini!"
Ia terus memukuli Daniel dengan sandalnya.
"Berhenti nggak?" tanya Daniel sambil mengelak.
"Kalau tidak, kenapa?"
"Gue bakal nyium lo."
"Kamu pikir saya takut? Silakan! Tapi hati-hati, aku bisa patahin lehermu!" ancam Kathryn, tetap memukuli punggung Daniel.
"Berhenti nggak?"
"Ti—"
Kata-kata Kathryn terputus karena Daniel tiba-tiba menariknya dan menyumbat bibirnya dengan ciuman yang cepat namun mengejutkan. Sandal di tangan Kathryn terlepas, jatuh begitu saja. Dadanya berdebar. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Ia tak bisa bergerak, hanya bisa mengedipkan matanya, bingung dan syok.
Daniel melepas ciumannya perlahan. "Gimana? Masih mau mukul gue pake sandal jelek lo itu? Atau lo mau gue nyium lo lebih ‘hot’ dari tadi? Eh, sorry. James nggak pernah ya nyium lo kayak tadi? Gue orang pertama, kan? Dan lo juga orang pertama yang nyuri first kiss gue."
Daniel membisikkannya ke telinga Kathryn.
"Dasar cowok mesum brengsek!" teriak Kathryn lalu mendorong Daniel hingga tercebur ke dalam kolam.
"Woy! Tolong! Gue nggak bisa berenang!" teriak Daniel, panik.
"Rasakan akibatnya!" balas Kathryn, berbalik hendak pergi. Tapi saat ia melirik ke belakang, Daniel benar-benar terlihat seperti tenggelam.
Tanpa pikir panjang, Kathryn langsung terjun ke dalam kolam, berenang cepat mendekati Daniel. Ia menarik tubuh Daniel yang sudah lemas ke tepi kolam, memeluknya erat sambil mencoba membantunya mengeluarkan air dari dalam tubuhnya. Tapi Daniel tetap tak sadar.
Panikan, Kathryn mencoba menekan perut Daniel, tapi tak ada hasil. Ia menatap wajah Daniel dengan gemetar. Tak ada pilihan lain. Satu-satunya cara adalah memberi napas buatan.
Dengan ragu-ragu, ia mendekatkan wajahnya. Belum sempat bibirnya menyentuh bibir Daniel, tiba-tiba Daniel membuka mata dan dengan cepat mendaratkan kecupan singkat di bibir Kathryn.
Kathryn kaget. Tubuhnya langsung terjatuh ke dada bidang Daniel.
"Kamu sengaja, ya? Kamu... benar-benar!"
Kathryn menyipratkan air ke wajah Daniel dan pergi begitu saja, meninggalkan pria itu tersenyum puas dengan keberhasilannya memperdaya gadis galak itu.
Kathryn berlari menuju kamarnya. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang tak terbendung. Ia tak mempedulikan kedua orang tua serta calon mertuanya yang masih duduk di ruang tamu. Mereka semua terdiam melihat Kathryn melintas dengan tubuh dan pakaian basah kuyup.
Beberapa detik kemudian, Daniel masuk ke ruang tamu, sama basahnya.
"Niel? Kenapa kalian berdua basah-basahan?" tanya ibunya, bingung.
"Ahm... ahm... Itu, Bu. Niel sama Kathryn habis berenang di kolam. Kathryn minta ditemenin," jawab Daniel, menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Oh, syukurlah kalian sudah mulai akrab. Ibu senang," kata ibunya Kathryn, tersenyum lega.
"Tapi sayangnya dia galak, Bu. Hehe," seloroh Daniel, membuat semua tertawa ringan.
Sementara itu, Kathryn terduduk di pinggir tempat tidurnya. Ia menatap lurus ke dinding, pikirannya kacau. Bibirnya masih terasa panas karena ciuman mendadak itu. Dan lebih parahnya, pertanyaan demi pertanyaan memenuhi benaknya—darimana Daniel tahu tentang James?
Hubungannya dengan James adalah rahasia. Tak ada orang lain yang tahu, bahkan ibunya sendiri. Hanya Kathryn dan James. Jadi, bagaimana mungkin Daniel mengetahuinya?
Pintu kamar diketuk pelan. Ibunya masuk dengan membawa sesuatu.
"Sayang, coba lihat gaun ini. Cantik, bukan?"
"Hmm... biasa saja, Bu."
"Kathryn, apapun yang terjadi antara kamu dan Daniel, Ibu tak ingin kamu merusaknya. Besok adalah hari pernikahanmu. Ibu sangat mengharapkan kerja sama yang baik darimu agar semuanya berjalan lancar."
"Apa? Besok hari pernikahanku? Ibu... kenapa mendadak seperti ini? Bahkan baru sekarang Ibu memberitahuku! Apakah aku benar-benar tidak ada artinya lagi bagi kalian?"
Dengan mata berkaca-kaca, Kathryn berlari keluar kamar. Ia menuruni tangga, mengambil kunci mobil di atas meja, lalu meninggalkan rumahnya dengan tergesa-gesa.
"Aku harus bertemu Daniel," gumamnya.
Entah kenapa, entah untuk apa. Tapi yang jelas, hatinya tak bisa diam. Ada sesuatu tentang pria itu yang harus ia pahami malam ini—tentang ciuman itu, tentang James, dan tentang kenapa hatinya berdetak lebih kencang setiap kali nama Daniel disebut.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ruth
aku suka😍
2022-02-01
0
Desak Made Ega Yuliastari
bagus ceritanya 😍
2020-06-23
1
Zidni azalea IG.deliantizidni FB.Delianti Zidni
hahaaaa Kya adegan Kathryn & Daniel waktu pertama ketemu di danau di pangako sa'yo pas kalung yna ilang 😅.. bagus Thor aq suka,coz aq fans nya kathniel jg 🤭😍😍
2020-02-01
1