MUSE
EPISODE 5
AN ANGEL
\~Iya kok cantik, seperti malaikat.\~
“Alex?!”
“Boleh aku duduk di sini?”
“Silahkan.” Aku mempersilahkan Alex untuk mengambil tempat duduk di sampingku.
“Kenapa kau di sini? Nggak ngumpul sama anak-anak?”
“Tadi sudah kok, aku gerah mau cari angin sebentar. Kamu sendiri kenapa datang terlambat?” Aku memandang wajah tampan Alex.
“Ada sedikit urusan.” jawab Alex.
“Tadi kau bilang nggak buruk juga, emangnya apa?”
“O... Aku rasa kuliah tidak seburuk yang aku bayangkan. Kemarin aku sempat takut untuk kuliah,” entah kenapa aku menjawab jujur pertanyaan dari Alex.
“Kenapa takut dengan kuliah?” Alex memandangku dengan heran.
“Kau tahukan, aku berbeda. Aku kira akan banyak orang yang bakal menghinaku.” Aku menarik lututku mendekat dan memeluknya.
“Maksudmu kau pernah dihina karena kau spesial?”
“Huum.” Aku mengangguk pelan.
“Saat ini kita sudah dewasa, tidak mungkin. masih saling hina dan menghakimi seseorang hanya karena masalah fisik.” Alex menyandarkan punggungnya pada sandarang bangku.
“Yah bisa sajakan. Orang-orang selalu menatapku sejenak saat pertama kali bertemu. Kadang aku merasa risi dengan tatapan mereka,” curhatku.
“Positif thingking aja. Mereka mungkin merasa kamu cantik.” Alex tersenyum padaku.
Gila jantungku kembali berdegup saat mata kami bertemu. Dia terlihat sangat tampan. Duh, gimana ini? Aku yakin wajahku mulai kembali merona sangking malunya.
“Cantik..? Aku cantik..?” Aku benamkan wajahku ke atas lutut.
“Iya kok cantik, seperti malaikat.” jawaban Alex sungguh membuatku malu sekaligus senang.
“Apaan sih? Kamu sendiri bagaimana?”
“Maksudmu?”
“Penampilanmu nggak mirip seorang pencinta seni,” godaku.
“Maksudmu aku ganteng gitu?”
“Hah? Geer. Maksudku kenapa kamu nggak punya rambut yang gondrong dan acak-acakan? Terus jari-jari yang kotor karena cet, bawa tabung kertas kemana-mana.”
“Emang tiap orang seni kudu gitu, ya? Bau-bau, kotor-kotor, gondrong, gimbal, tatoan?”
“Rata-ratakan gitu,” jawabku lirih.
“Siapa yang bilang?”
“Ba..banyak kok yang bilang.” Aku mulai kehabisan kata-kata.
“Seniman ganteng juga banyak kali, Len. Tapi memang sih, kalau yang ganteng banget mungkin cuma aku.”
“Sombong!”
“Tuhan kasih aku wajah tampan memang untuk di sombongin.” Alex terkikik dengan candaannya, membuatku ikut tertawa.
“Ah sudahlah ayo kita kembali ke acara makrab. Takut banyak yang nyariin.” Ajak Alex.
Aku memandang punggung Alex yang mulai menjauh di depanku. Oh, Tuhan, bolehkah aku begini? Bermimpi untuk menyukai seorang pria?
—MUSE—
Aku menyelusuri ruang demi ruang kelas yang masih tampak asing bagiku. Aku ada kelas pagi ini dan aku belum berhasil menemukan ruangnnya.
“Haduh, kenapa kampus ini besar sekali?” Aku menangis dalam hati.
Setelah berputar-putar cukup lama akhirnya aku menemukan kelas pagi ini. Sebuah kelas campuran antar jurusan di fakultas ekonomi.
“Hei sini.” Jessi tampak melambaikan tangannya memanggilku.
“Kau di sini juga?” tanyaku heran.
"Ya iyalah, ini kan kelas gabungan.” Jessi berbisik di sebelahku.
Aku cukup bosan mendengarkan dosen mengajar hari ini. Pikiranku malah lebih tertuju pada Alex. Banyak pertanyaan yang muncul di benakku tentang dirinya. Kira-kira saat ini dia sedang apa, ya? Apakah perkuliahannya juga sudah dimulai? Apa yang sedang dia lukis?
Ah..kalau dipikir-pikir ternyata aku memang nggak tahu apa-apa tentang dia.
“Hei, kamu kenapa, sih? Nggak tenang kaya cacing kepanasan.” Jessi menoleh padaku.
“Nggak pa-pa, kok.”
“Kebelet kentut? Atau pup?” tanya Jessi lagi.
“Nggak yo..”
Aku kembali berusaha untuk setenang mungkin. Tiba-tiba Jessi membuka tasnya dan menyodorkan sebuah pamflet di depanku.
“Apa ini?”
Seminar Bisnis dan Ekonomi
Tanggal XX-XX-XXXX
Di Kampus Green Royal
Biaya XXXXX
Pembicara JULIUS BINTORO
Penghargaan pembisnis dan CEO muda paling TOP tahun ini.
Aku menutup pamflet itu setelah membacanya beberapa kali.
“Ayo datang.” ajak Jessi.
“Males ah... Kuliah baru aja mulai, mau ambil seminar. Otakku nggak sanggup,” tolakku.
Jessi nampaknya nggak mau menyerah.
“Aku traktir deh... Aku bayarin deh... Aku jemput deh...”
“No..no..” Aku tetap menggelengkan kepala.
“Lihat ini! Pembicaranya ganteng gini.” Jessi menunjuk foto yang terpampang di pamflet itu.
“Nggak tertarik.” Aku tetap menggelengkan kepalaku.
“Apa perlu aku kasih tahu Alex kalau kamu kangen sama dia?” Jessi menyeringai licik.
“Kau iblis...kejam...Tolong jangan beri tahu Alex, aku malu.”
“Kalau begitu temani aku.”
“Baik kakak..” Aku langsung menurut pada Jessi, dia beneran tahu kelemahanku.
“Anak baik.”
“Kenapa sih nggak ngajakin temen-temen jurusanmu saja?” tanyaku heran.
“Belum ada yang dekat. Lagian mereka semua lebih tertarik dengan dandan danshoppingdari pada belajar.” Jessi menghela nafas.
“Kamu ikutan dandan danshoppingaja! Aku juga nggak mau diajakin belajar.”
“Oh..gitu...? Berani, ya, sama eke?”
“Ampunni saya kakak..”
“Hahahaha...” kami terkikih berbarengan.
Akhirnya mata kuliah yang membosankan ini berakhir. Jessi membereskan buku dan alat tulisnya.
“Aku tunggu besok hari Sabtu. Awas kalau kabur?” Jessi bangkit dan meninggalkan ruang kelas.
“Baik, Nyonya.”
—MUSE—
.
.
.
Aku memakan kemeja berwarna hijau army lengan pendek dan celana jeans panjang. Sepatunya model flat berwarna hitam dengan hiasan pita di depannya. Setelah menyemprotkan beberapa kali parfum kesukaanku, aku bergegas menyahut tas dan turun ke bawah.
“Nungguin lama?” tanyaku.
“Nggak kok, ayuk jalan!” Jessi menggandengku masuk ke dalam mobilnya.
“Kalau aku ketiduran bagaimana?” tanyaku pada Jessi.
“Tenang aja, di jamin pasti kamu nggak akan mengantuk. Aku pernah sekali datang ke seminarnya. Materinya tu bagus banget dan cara ngajarnya tu OK abis.” Jessi menjawabnya dengan atusias tinggi, mengobarkan semangat yang berapi-api.
“Baiklah, Kakak.” Aku mencoba ikut bersemangat dengan mengepalkan tangan.
“Dan yang paling bikin melek tu pembicarannya yang ganteng banget. T-O-P – B- G- T!!!” Jessi mengangkat kedua jempolnya dan berkedip padaku.
“Hah....?” Aku berjalan lemas mengikuti langkah kakinya menuju auditorium seminar.
Aula seminar yang di dominasi warna biru itu tampak penuh. Ada banyak anak-anak dari kampus lain dan juga beberapa pengusaha muda lainnya. Ternyata peminatnya sangat banyak, aku kira bakalan sepi dan membosankan.
“Hei lihat pria ganteng yang di sana, itu Julius Bintoro.” Jessi menunjuk seorang pria muda yang duduk di barisan depan.
Aku melihatnya dari kejauhan, benar kata Jessi dia sangat tampan. Dia punya garis wajah yang tegas dan sorot mata yang tajam. Rambut hitamnya tertata rapi dengan pomade, tubuhnya yang penuh dengan otot tampak gagah dalam balutan kemeja slim fit berwarna hitam. Sesaat aku terpana dengan kharismanya yang begitu bersinar.
“Tuhkan.. ngeceskan?” ledek Jessi saat melihatku mengangga.
“Lebih ganteng aslinya, ya, ternyata,” sahutku.
“Ganteng mana sama Alex?”
“Gantengan Alex-lah,” jawabku spontan.
Alex dan Julius ini sama-sama ganteng sih, tapi gantengnya mereka tuh berbeda. Alex terlihat imut dan berseri, sedangkan pria ini auranya terlalu tajam dan menusuk. Mungkin saja orangnya kaku.
Usianya nampak belum ada 30 tahunan, tapi pembawaannya sangat tenang dan cara mengajarnya sempurna. Banyak pertanyaan dari mahasiswa yang dijawabnya dengan baik. Bahkan dia nggak pelit dalam berbagi ilmu pengetahuan.
Mendirikan perusahaannya saat kuliah dan mengembangkannya sampai pada taraf saat ini. Bagiku sungguh merupakan pencapaian yang luar biasa. Usaha dan dedikasinya pasti sangat luar biasa. Apa daya aku yang cuma kuliah karena hasutan orang tua? Nggak punya tujuan dan cita-cita yang jelas. Melihat sorot mata orang ini saat mengajar secara nggak langsung membuat hatiku ciut.
“Keren banget sumpah.” bisik Jessi, tangannya tersandar di dada, matanya berbinar-binar bahagia. Aku baru menyadari kalau temanku ini adalah seorang bucin sejati.
“Iya...iya..” tapi harus ku akui dia memang keren.
Akhirnya sesi pengajarannya selesai. Beberapa orang panitia tampak mengantarkannya menuju pintu keluar di samping aula. Kini sesi berikutnya akan di isi oleh pembicara yang lain. Beberapa orang mahasiswa yang cukup lelah memutuskan untuk berhenti dan merenggangkan otot. Tampaknya antusiasmenya mulai turun seiring kepergian Julius.
“Aku ke toilet dulu, ya.” Aku berpamitan pada Jessi. Sebenarnya aku berbohong agar bisa keluar dari aula, aku bosan.
Otakku nggak sanggup mencerna banyak informasi. Cukup pengajaran dari Julius saja sudah membuat otakku panas. Apalagi di tambah materi lainnya, gimana kalau nanti otakku konslet?
Aku keluar dari samping aula dan meneguk sebotol air mineral dingin sampai habis. Aku benar-benar sangat haus. Terik matahari terlihat sangat menyilaukan mataku. Sebagai penyandang Albino, mataku sangat rentan dengan sinar matahari.
“Aduh mataku sakit,” gumamku lirih.
Aku sedikit sempoyongan saat berjalan mencari tempat yang teduh. Sampai aku nggak sengaja berpegangan pada sebuah motor yang terparkir di samping gedung aula. Karena aku sedikit bersandar, motor hijau besar itu bergoyang dan jatuh.
BRAK!!
“Waduh gawat, malah motornya jatuh.” Aku masih mengusap mataku, berusaha membuatnya kembali fokus.
“Hei apa yang kau lakukan pada motorku?” seseorang pria berteriak padaku, aku tak bisa melihat wajahnya karena tertutup helm.
“Ma..maaf aku nggak sengaja.”
“Ini motor kesayanganku, aku baru saja membelinya.” pria itu mengangkat motornya dengan kedua tangannya yang kekar.
“Aku sungguh minta maaf. Aku beneran nggak sengaja. Aku pasti akan mengganti kerusakannya.” Aku menundukan kepalaku meminta maaf.
“Sudahlah aku harus bergegas.” lelaki itu tampak mengacuhkanku dan mulai naik ke atas motornya.
“Tunggu, ini no ponselku. Aku akan membayar ganti ruginya.”
Pria itu menatapku dari balik helm racing dengan warna senada. Tangannya menerima secarik kertas dariku. Setelah mengangguk dia bergegas pergi meninggalkanku.
“Ah ada-ada saja. Tampaknya lecet parah,” gerutuku sebal pada diriku sendiri.
Aku tadi sempat membaca tulisan di body motornya, Ka***aki H2. Karena penasaran aku membuka ponsel dan melihat situs pencarian. Dengan cepat tanganku mengetik merk dan seri motornya.
“Gila.. mahal bener motornya.” Aku yang tercengang sontak menutup mulutku dengan telapak tangan.
Harga motor itu hampir mencapai 800 juta dan aku baru saja menjatuhkannya...!! Aku baru saja menjatuhkannya!! Ya, Tuhan...ingin menangis rasanya.
—MUSE—
Like, comment, and +Fav
Follow dee.meliana for more lovely novels.
❤️❤️❤️
Vote MUSE.. masuk Gc ku yuks
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 335 Episodes
Comments
piaa :3
kalo boleh tau ni siapa pemeran tokoh aslinya?(maksudnya yang jadi tokok itu siapa aja?)
2020-09-23
4
TiPuMe
ciyeeeeeee bertemu pertama kali....
uuucchh... rinduuuu....
julius: sape lu???
aq: aq penggemar setia muuu😚😚🥰🥰
2020-08-20
4
Sept September
👼 angel
2020-08-09
2