TEROR HANTU GANTUNG DIRI

TEROR HANTU GANTUNG DIRI

Malam yang mencekam

"Mas, tau tidak, siapa laki-laki yang di photo tadi?"tanyaku. Mas Andre hanya menggeleng. "Dia itu tadi yang beli nasi goreng kita,mas" kataku menjelaskan.seketika bulu kudukku merinding membayangkan kejadian tadi. suamiku pun kaget "Apa?!" *** Malam ini terasa begitu dingin menusuk hingga ketulang.aku meringkuk didalam selimut tebal, untuk mengurangi rasa dingin ditubuhku. aku  tidak bisa tidur nyenyak malam ini. entah mengapa bayangan pria tadi seakan tak mau pergi dari ingatanku. sesekali terdengar seperti suara langkah kaki disamping jendela, membuat aku sedikit menajamkan pendengaran. Ku lirik mas Andre yang sudah tertidur pulas, tampak gurat wajahnya yang begitu kelelahan. Rintik air hujan yang menimpa dedaunan kering sangat jelas terdengar dari dalam kamar ku. ditambah suara katak yang saling bersahut-sahutan menambah suasana malam terasa semakin mencekam. Udara  malam yang dingin memaksa aku untuk segera  buang air kecil. aku mencoba membangunkan mas Andre yang sedang terlelap. jujur, aku tak berani keluar sendirian. "Mas, mas, bangun... antar aku ke toilet yuk."ajak ku dengan suara perlahan, agar ia tidak kaget. "Hmm..."mas Andre hanya bergumam, namun tak kunjung bangun. Sementara aku sudah tak tahan, ada sesuatu yang sesak dibawah sana ingin segera dibebaskan. "Maasss ...! bangun dong temenin aku."aku agak meninggikan suaraku beberapa oktaf. bukannya bangun, mas Andre malah berbalik memunggungi ku, sambil menyedot kembali sesuatu di ujung bibirnya. Hiii... Aku yang melihat pemandangan itu malah bergidik sendiri. "Ih, mas, apaan nih dibantal kamu."tanyaku sambil menarik tubuhnya agar mau duduk. "Apaan sih, dek... berisik ah" "Ini, apaan?" tanyaku sambil menunjuk kearah bantal. "Halaah... Itu telaga angker dek, jangan dipegang-pegang kalau tak ingin jarimu ternodai." ucapnya selow, sambil ingin membaringkan tubuhnya lagi. "Eh, mas-mas, ayo bangun ...!" aku memaksa menarik tangannya, hingga .... Bruk! Aagrhh... Mas Andre jatuh kelantai saking kuatnya tarikan ku. "Dek, kamu apa-apaan,sih? ganggu aja suami lagi tidur. mana masih ngantuk lagi."rutuknya. "I--ya, maafin aku mas, " ucapku memelas. "Kamu mau apa bangunin,mas? tanyanya dengan mengerjap-ngerjapkan mata, menahan kantuk. "Temenin aku kebelakang yuk,mas... mau pipis."kataku sambil menjepit kedua pahaku agar tidak lolos kelantai. Akhirnya setelah menunggu beberapa saat, mas Andre beranjak dari duduknya. "Yuk, cepetan ya dek, mas masih ngantuk." ujarnya, sambil berjalan sempoyongan. "Biasanya juga keluar sendiri gak pake ditemenin. manja." katanya lagi. Aku hanya diam saja mendengar omelannya, takutnya jika aku menjawab, mas Andre malah berubah pikiran dan balik lagi kekamar. Agak rese emang suamiku itu. Pernikahan kami sudah memasuki tahun kedua,tapi belum juga dikaruniai anak. Makanya, aku sering merasa kesepian dirumah, bila ditinggal mas Andre kerja. Ketika aku berada di dalam kamar mandi... Braakkk! Prang! Terdengar suara gaduh dari arah dapur. "Mas ...! suara apa itu?!"teriakku dari dalam kamar mandi. Tak ada jawaban. Cepat-cepat aku keluar untuk melihat bunyi yang membuatku hampir jantungan. untung saja aku sudah selesai. Kulihat tak ada siapa-siapa di luar, Kemana perginya mas Andre? tadi kan dia nungguin aku didepan pintu. "Gak ikhlas banget sama istri,baru nemenin sebentar aja udah ditinggal masuk." gerutuku. Dengan jantung masih berdebar, aku memberanikan diri untuk pergi kearah dapur, untuk memastikan apa yang terjadi. Sesampainya didapur kulihat piring dan mangkuk sudah berserakan, pecah dilantai. Netraku nanar memperhatikan setiap sudut. Pandanganku tertuju pada tudung saji yang bergerak-gerak diatas meja. Aku mencoba melangkah perlahan mendekati meja. dengan tangan gemetar, kuberanikan diri untuk membuka tudung saji tersebut. Slaps! Sesuatu tampak loncat dari sana, yang sukses membuat jantungku berdegup sangat kencang. "Ya, ampun, Moza...! kamu ngapain  diatas meja?" Meoww...! kucing Persia berbulu putih dan lembut itu datang menghampiriku, sambil menggesek-gesekkan tubuhnya di kaki ku. "Kamu lapar ya?" Aku berjongkok sambil mengelus-elus bulunya sebentar, lalu aku beranjak kearah lemari dapur. Saat aku menunduk untuk mengambil makanan si Moza, yang aku letakkan dibagian paling bawah, agar mudah untuk mengambilnya. Wuushh...! Sekelebat bayangan dengan cepat melewatiku. "Mas-mas, kamu ngapain sih lari-larian malam-malam begini?"tanyaku, yang kupikir mas Andre sedang mengerjaiku. sepi tak ada jawaban. Biarlah, mungkin memang mas Andre sengaja biar aku takut. batinku. Aku lalu melanjutkan menuangkan makanan si Moza kedalam mangkuk khusus. Kulihat Moza melahapnya hingga habis. sesekali kuelus bulunya dengan sayang. Kasihan, tadi aku lupa memberinya makan. hingga ia menjatuhkan mangkuk dan piring dari atas meja untuk mencari sisa makanan. Setelah selesai membereskan semuanya, termasuk pecahan piring dan mangkuk yang berserakan dilantai. aku segera mencuci tangan diwastafel dan bersiap untuk tidur. Ketika melewati ruang tamu, samar-samar aku melihat seorang lelaki tengah duduk di sofa dengan posisi membelakangi ku. Setiap Malam aku memang selalu mematikan lampu ruang tamu dan dapur. hanya lampu kamar dan teras yang tersisa. hitung-hitung menghemat daya listrik, agar tidak terlalu boros pengeluaran. aku mendekat dengan hati-hati, karena agak gelap.ku kira sosok itu adalah suamiku yang sedang menungguku. Kira-kira sedikit lagi tanganku berhasil menyentuh bahunya, tiba-tiba.... Klep! Aku langsung menoleh keasal suara. karena letak sakelar lampu memang tak jauh dibelakang ku. Ruang tamu yang tadi gelap seketika terang benderang. "Kamu ngapain dek mengendap-endap kayak maling, ditungguin dikamar gak masuk-masuk?" tanya suamiku sambil mengernyitkan dahinya. Aku masih terpaku menatapnya, tanpa menjawab sepatah katapun. Lalu mas Andre datang menghampiriku. "dek" panggilnya sambil menepuk pipiku. "Eh, i--iya,mas?" Jawabku seperti orang linglung. "Mas, kamu dari mana, kok tiba-tiba ada di belakangku?"tanyaku heran. Mas Andre terlihat bingung mendengar pertanyaanku, "ya dari kamar lah dek, nungguin kamu." jawabnya. Wajahku berubah pias. "ja--jadi, kalau kamu dari kamar, terus yang itu siapa?" tanyaku sambil menunjuk kearah sofa dalam posisi mata terpejam. "Kebanyakan ngehalu kamu,dek." jawabnya sambil menoyor keningku. Aish....
Mas Andre jatuh kelantai saking kuatnya tarikan ku. "Dek, kamu apa-apaan,sih? ganggu aja suami lagi tidur. mana masih ngantuk lagi."rutuknya. "I--ya, maafin aku mas, " ucapku memelas. "Kamu mau apa bangunin,mas? tanyanya dengan mengerjap-ngerjapkan mata, menahan kantuk. "Temenin aku kebelakang yuk,mas... mau pipis."kataku sambil menjepit kedua pahaku agar tidak lolos kelantai. Akhirnya setelah menunggu beberapa saat, mas Andre beranjak dari duduknya. "Yuk, cepetan ya dek, mas masih ngantuk." ujarnya, sambil berjalan sempoyongan. "Biasanya juga keluar sendiri gak pake ditemenin. manja." katanya lagi. Aku hanya diam saja mendengar omelannya, takutnya jika aku menjawab, mas Andre malah berubah pikiran dan balik lagi kekamar. Agak rese emang suamiku itu. Pernikahan kami sudah memasuki tahun kedua,tapi belum juga dikaruniai anak. Makanya, aku sering merasa kesepian dirumah, bila ditinggal mas Andre kerja. Ketika aku berada di dalam kamar mandi... Braakkk! Prang! Terdengar suara gaduh dari arah dapur. "Mas ...! suara apa itu?!"teriakku dari dalam kamar mandi. Tak ada jawaban. Cepat-cepat aku keluar untuk melihat bunyi yang membuatku hampir jantungan. untung saja aku sudah selesai. Kulihat tak ada siapa-siapa di luar, Kemana perginya mas Andre? tadi kan dia nungguin aku didepan pintu. "Gak ikhlas banget sama istri,baru nemenin sebentar aja udah ditinggal masuk." gerutuku. Dengan jantung masih berdebar, aku memberanikan diri untuk pergi kearah dapur, untuk memastikan apa yang terjadi. Sesampainya didapur kulihat piring dan mangkuk sudah berserakan, pecah dilantai. Netraku nanar memperhatikan setiap sudut. Pandanganku tertuju pada tudung saji yang bergerak-gerak diatas meja. Aku mencoba melangkah perlahan mendekati meja. dengan tangan gemetar, kuberanikan diri untuk membuka tudung saji tersebut. Slaps! Sesuatu tampak loncat dari sana, yang sukses membuat jantungku berdegup sangat kencang. "Ya, ampun, Moza...! kamu ngapain  diatas meja?" Meoww...! kucing Persia berbulu putih dan lembut itu datang menghampiriku, sambil menggesek-gesekkan tubuhnya di kaki ku. "Kamu lapar ya?" Aku berjongkok sambil mengelus-elus bulunya sebentar, lalu aku beranjak kearah lemari dapur. Saat aku menunduk untuk mengambil makanan si Moza, yang aku letakkan dibagian paling bawah, agar mudah untuk mengambilnya. Wuushh...! Sekelebat bayangan dengan cepat melewatiku. "Mas-mas, kamu ngapain sih lari-larian malam-malam begini?"tanyaku, yang kupikir mas Andre sedang mengerjaiku. sepi tak ada jawaban. Biarlah, mungkin memang mas Andre sengaja biar aku takut. batinku. Aku lalu melanjutkan menuangkan makanan si Moza kedalam mangkuk khusus. Kulihat Moza melahapnya hingga habis. sesekali kuelus bulunya dengan sayang. Kasihan, tadi aku lupa memberinya makan. hingga ia menjatuhkan mangkuk dan piring dari atas meja untuk mencari sisa makanan. Setelah selesai membereskan semuanya, termasuk pecahan piring dan mangkuk yang berserakan dilantai. aku segera mencuci tangan diwastafel dan bersiap untuk tidur. Ketika melewati ruang tamu, samar-samar aku melihat seorang lelaki tengah duduk di sofa dengan posisi membelakangi ku. Setiap Malam aku memang selalu mematikan lampu ruang tamu dan dapur. hanya lampu kamar dan teras yang tersisa. hitung-hitung menghemat daya listrik, agar tidak terlalu boros pengeluaran. aku mendekat dengan hati-hati, karena agak gelap.ku kira sosok itu adalah suamiku yang sedang menungguku. Kira-kira sedikit lagi tanganku berhasil menyentuh bahunya, tiba-tiba.... Klep! Aku langsung menoleh keasal suara. karena letak sakelar lampu memang tak jauh dibelakang ku. Ruang tamu yang tadi gelap seketika terang benderang. "Kamu ngapain dek mengendap-endap kayak maling, ditungguin dikamar gak masuk-masuk?" tanya suamiku sambil mengernyitkan dahinya. Aku masih terpaku menatapnya, tanpa menjawab sepatah katapun. Lalu mas Andre datang menghampiriku. "dek" panggilnya sambil menepuk pipiku. "Eh, i--iya,mas?" Jawabku seperti orang linglung. "Mas, kamu dari mana, kok tiba-tiba ada di belakangku?"tanyaku heran. Mas Andre terlihat bingung mendengar pertanyaanku, "ya dari kamar lah dek, nungguin kamu." jawabnya. Wajahku berubah pias. "ja--jadi, kalau kamu dari kamar, terus yang itu siapa?" tanyaku sambil menunjuk kearah sofa dalam posisi mata terpejam. "Kebanyakan ngehalu kamu,dek." jawabnya sambil menoyor keningku. Aish...! Aku melotot kearahnya. "Mas-mas ...! tunggu aku!"aku berteriak sambil mengejar mas Andre yang meninggalkan aku sendiri diruang tamu. "Kamu kok tega banget sih,mas? ninggalin istri sendirian, aku kan takut..." kataku dengan bibir bergetar. "Habisnya...,kamu sih dek, ngehalu terus kerjaannya. diluar gak ada siapa-siapa juga, kamu bilang ada orang. Makanya jangan kebanyakan baca cerita horor di ***, akhirnya ketakutan sendiri kan?." Suamiku mengomel panjang lebar. "Habisnya seru sih mas..., Apalagi yang authornya Mak Dewi Jambi, bikin gak bisa berhenti baca." Jawabku. dalam situasi seperti inipun aku masih sempat mengingat nama author idolaku. "ah, the best pokoknya."batinku "Terserah kamulah, dek." Aku duduk diatas ranjang sambil memeluk lutut. Pikiranku jauh melayang entah kemana, tidak terlalu fokus dengan apa yang suamiku katakan. Aku masih mengingat dengan detail, orang yang datang kepadaku dan memesan satu bungkus nasi goreng tadi malam. semenjak kejadian itu, suasana dirumahku terasa sangat berbeda. tak pernah kurasakan setakut ini sebelumnya. "Hey, dek-dek,kamu melamun lagi?" Aku kaget saat mas Andre mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku. "Hemm? A--apa,mas?." tanyaku "Kita tidur lagi ya, sudah sudah larut."ajaknya. suara suamiku melembut sambil merebahkan tubuhku, lalu menyelimutinya. *** Suara kicauan burung terdengar riang, cahaya hangat sang mentari mulai masuk melaui celah-celah ventilasi. Aku menoleh kesamping, ternyata suamiku sudah tidak ada ditempatnya. Aroma wangi nasi goreng menyeruak masuk ke indra penciumanku, membuat cacing diperutku menari-nari minta diisi. Aku beranjak turun dari tempat tidur, melangkah menuju kamar mandi. "Eh, dek, sudah bangun...?" sapa suamiku sambil tersenyum, saat aku melewatinya yang tengah asik bergelut dengan wajan dan sutil. "Iya, nih,mas. kamu kok gak bangunin aku sih,kan jadi telat bangunnya?." "Tadi, mas liat kamu lelap sekali tidurnya, jadi mas gak tega mau bangunin. gak pa-pa sesekali telat bangun, kamu kan capek juga." jawab nya masih dengan posisi yang sama,mengaduk-aduk nasi goreng yang hampir matang. "Ya sudah mandi gih, habis tu kita sarapan."lanjutnya. "Iya, mas, tunggu sebentar ya."lalu aku berjalan masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri. Aku segera mengguyur tubuhku dengan air, sejuk terasa menyentuh kulit putihku. Setelah selesai dan berpakaian, aku menghampiri mas Andre yang sejak tadi menungguku. Dimeja sederhana inilah, kami selalu berbagi keceriaan setiap pagi menjelang. Mas Andre seorang suami idaman buatku. dia bisa jadi teman curhat, teman bercanda bahkan bisa jadi tempat pelampiasan jika aku lagi kesal. Haha. jahatnya aku. "Dek.” panggilnya. "Hem?" Aku hanya mendehem menanggapi panggilannya, karena mulut masih penuh dengan nasi goreng. "Kamu kenapa? dari tadi senyum-senyum sendiri,gak lagi kesambet kan?" tanyanya penuh selidik. "Gak, kok mas, mana ada orang kesambet makannya lahap gini." Jawabku sekenanya. "Aku tuh lagi mikirin kamu,mas." "Mikirin apa?" tanyanya penasaran. "Kepo." "Aish, punya bini kok gini amat, demen banget bikin suaminya penasaran. Ya sudah, mas mau berangkat kerja dulu, hari ini kita libur aja jualannya. Mas disuruh bantu-bantu bikin teras sama pak haji, mungkin selesainya agak malam. Suamiku berkata lalu beranjak dari tempat duduknya. "Iya, mas, hati-hati kerjanya." jawabku lalu mencium punggung tangannya. "Dek, kamu jangan kemana-mana ya, tunggu sampai mas pulang." pesannya padaku. Aku mengangguk tanda mengerti. Lalu aku ikut mengantar suamiku hingga kedepan pintu. Setelah tak terlihat lagi punggung mas Andre beserta motornya, aku segera masuk dan menutup pintu.setelah itu aku lanjut membereskan piring kotor bekas kami sarapan tadi. Suasana didalam rumah sangatlah tidak nyaman. seperti ada seseorang yang selalu memperhatikan disetiap gerak-gerik ku. Hari sudah hampir gelap, namun mas Andre belum juga kembali. Perasaanku sudah mulai tidak enak. Saat ini perutku terasa lapar sekali,tapi enggan keluar dari kamar. Aku segera meraih ponsel disampingku, jariku dengan lihai menggeser-geser layar ponsel, mencari nomor suamiku, dan menghubunginya. Suara panggilan terhubung. Namun, kedengarannya tak berada jauh dariku. Aku beranjak untuk mencari ke asal suara, ternyata ponsel mas Andre tersimpan rapi didalam laci meja rias. Aku sedikit kecewa. sedangkan nomor kontak pak haji aku juga tidak punya. tengah asik dengan pikiran sendiri tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Aku yang sejak tadi berharap kepulangan mas Andre, langsung berhambur keluar kamar untuk membukakan pintu. Dok! Dok! Dok! "Iya, mas, sebentar...!"seruku dari dalam dengan setengah berlari. Dok! Dok! Dok! Dok! Suara pintu Makin keras diketuk. tanpa memastikan dahulu siapa yang datang, aku langsung membuka kunci dan memutar knop pintu. "Mas, kok gak ...?" aku tidak jadi meneruskan kata-kataku, karena aku baru sadar bahwa tidak ada siapapun diluar, selain kegelapan malam. Mataku masih tetap mengitari seluruh halaman, namun sosok mas Andre tidak juga aku temukan. Seketika darahku berdesir, jantungku berpacu cepat ,tersadar bahwa yang mengetuk pintu bukanlah mas Andre. Brak! Dengan cepat ku tutup pintu dan memutar kunci. Nafasku sudah tak karuan, aku benar-benar ketakutan. Sesekali aku mengintip kearah luar melalui hordeng. Sreekk... Sreekk... Sreekk... Terdengar seperti langkah berat yang diseret. aku memejamkan mata dengan tubuh masih menggigil bersandar dipintu. Peluh sudah sejak tadi membanjiri keningku. Rasa penasaran membuatku ingin mengetahui siapa sebenarnya yang menggangguku malam-malam seperti ini. Dengan masih diselimuti rasa takut yang kian menjadi-jadi. Aku memberanikan diri untuk melihat keadaan diluar rumah melalui jendela kaca. Aku menyibak sedikit gorden yang melapisi jendela kaca bening tersebut, lalu mengintip dari celahnya. Samar-samar aku melihat sosok laki-laki dengan leher terikat dan tali masih menjuntai menyentuh tanah, jalan terseok-seok menuju kearah pintu rumahku. Nafasku tercekat dikerongkongan, aku benar-benar ketakutan. berharap ada seseorang yang datang menolongku. Aku semakin gemetar saat sosok itu menoleh kearahku dengan lidah terjulur khas orang tercekik. Huwaaaa! Brugh! Aish...! Aku melotot kearahnya. "Mas-mas ...! tunggu aku!"aku berteriak sambil mengejar mas Andre yang meninggalkan aku sendiri diruang tamu. "Kamu kok tega banget sih,mas? ninggalin istri sendirian, aku kan takut..." kataku dengan bibir bergetar. "Habisnya...,kamu sih dek, ngehalu terus kerjaannya. diluar gak ada siapa-siapa juga, kamu bilang ada orang. Makanya jangan kebanyakan baca cerita horor di ***, akhirnya ketakutan sendiri kan?." Suamiku mengomel panjang lebar. "Habisnya seru sih mas..., Apalagi yang authornya Mak Dewi Jambi, bikin gak bisa berhenti baca." Jawabku. dalam situasi seperti inipun aku masih sempat mengingat nama author idolaku. "ah, the best pokoknya."batinku "Terserah kamulah, dek."
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!