Chacha mengernyitkan dahi tanda bingung dengan pemuda di depannya.
"Anda kenal dengan saya?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kamu tadi yang menolongku" ucapnya.
"Saya menolong anda?"
"Kamu tadi menolongku saat dikeroyok preman" tuturnya.
"O... Iya" Chacha kaget ia tak tahu kalau pemuda yang ia tolong tadi adalah Levy.
"Saya Levy. Saya sangat berterima kasih padamu" ucap Levy sambil mengulurkan tangannya.
"Menolong sesama adalah suatu kewajiban bagi saya" Menerima uluran tangan Levy.
"Untuk ucapan terima kasih aku akan mentraktirkan kamu makan malam"
"Tidak perlu, saya..."
"Tapi aku tidak bisa memiliki hutang budi pada orang lain" ucapnya lagi.
Chacha menghembuskan nafasnya pelan. "Baiklah tapi tidak sekarang. Saya buru-buru" Chacha hendak pergi namun tangannya dipegang oleh Levy, dia hanya menaikkan satu alisnya. "Boleh aku tau namamu?"
"Call Me Queen" menarik tangannya dan langsung menuju kasir.
"Loh udah pergi, gue lupa mau minta nomer ponselnya lagi. Gimana mau makan bareng coba" teriaknya frustasi saat tak menemukan gadis yang ia cari di parkir super market.
...****************...
"Lama amat Cha" ucap Karin
"Emm..." sambil menyerahkan bungkusan minuman kepada sahabatnya.
"Ayo pulang" ajak Chacha.
"Masih jam berapa Cha?" timpal Nena.
"Kan masih mau mampir ke rumahku, kalian lupa ya"
"Ah.. Iya kami lupa. Ayo-ayo gak sabar nih pengen tahu rumahmu" ucap Karin heboh. Karena mereka berpikir Chacha sama sederhananya dengan mereka.
"Kita pesan taksi online saja ya" tawar Zeze.
"Gayamu Ze, uang dari mana pake taksi online segala"
"Patungan lah" jawabnya dengan wajah tanpa dosa.
"Ingat kondisi keuangan keluarga kita Ze. Kita aja kesini tadi jalan kaki"
"Kalian jalan kaki?" tanya Chacha kaget.
Mereka mengangguk serempak.
"Ya sudah ayo ke rumah ku" mereka berjalan menuju parkir.
...****************...
Mobil yang membawa anggota FF itu memasuki gerbang tinggi melintas halaman yang begitu luas dan berhenti didepan rumah mewah nan megah.
"Kamu bawa kita ke rumah siapa Cha?" tanya Fany.
"Welcome at my home, girls" ucap Chacha sambil berjalan mendahului mereka.
Belum hilang keterjutan mereka tentang Chacha yang benar-benar memiliki mobil. Kini mereka dikejutkan lagi dengan rumah yang diakuinya sebagai rumahnya. Mereka berdiri layaknya patung.
Di sisi lain. "Bunda. I'm coming" teriaknya.
"Jangan teriak-teriak, nak. Mana teman-temanmu?"
"Eh..." Chacha menoleh kebelakang "kok gak ada" Chacha berlari ke teras depan.
"Kalian ngapain masih disini, ayo masuk"
"Nggak usah deh Cha" kata Karin.
"Kenapa?"
"Kita..." belum sempat mereka melanjutkan ucapannya bunda Chacha keluar.
"Ada Cha, eh ayo masuk. Temennya Putri kan?"
"Sahabat Bunda" ucapnya cemberut.
"Iya sahabat, ayo masuk semuanya" ajaknya.
"Iya tante" jawab mereka canggung.
"Bunda, panggil bunda bukan tante" sambil berlalu kedalam. Chacha tersenyum ia lega menerima sahabatnya dengan tangan terbuka.
Mereka duduk diruang tamu dengan canggung. Melihat sahabatnya berbeda, Chacha ingin membawa sahabatnya ke kamarnya. Namun..
"Ayo diminum dulu" mereka hanya mengangguk.
"Ayah mana, Bun?"
"Lembur nak" jawab sang bunda.
"Ada masalah di kantor, Bun?" tanya Chacha dengan wajah serius.
"Sudah tiga hari ini ayah lembur. Katanya dampak dari cabang yang hampir colaps itu belum dapat diselesaikan."
Chacha menunduk. Lalu menelfon seseorang. "Kirim laporan perusahaan ke email saya sekarang" langsung mematikan telfon "Bun aku kamar, dan kalian berbincanglah dengan Bunda lepas itu susul aku ke kamar." langsung berlari menuju kamarnya.
"Maaf, Putri emang gitu" ucap bundanya tak enak.
"Putri?" jawab mereka bingung. "Dan, itu tante eh.. Bunda itu" menunjuk deretan piagam yang dipajang rapi.
"Queen Shalsabila Putri Effendy. Dia dipanggil Putri sejak kecil. Tapi, dia kekeh memanggil dirinya Chacha. Bunda bingung mau dia apa sebenernya."
"Tapi nama dia hanya dikenal Shalsabila Putri, Bunda"
"Dia tidak boleh menggunakan nama besar Effendy ketika ia pulang dari luar negeri"
"Kenapa Bunda?" tanya Zeze penasaran.
"Di luar negeri dia tinggal dengan kakek dan neneknya. Dia hidup bebas di sana. Balapan dan clubbing biasa ia lakukan meski umurnya masih dibawah umur. Hingga ayahnya menghukumnya" air matanya luruh. "Sejak dia kembali ke Indonesia, bunda tak pernah tak pernah melihat pancaran kegembiraan lagi dimatanya, hingga dia masuk ke sekolah"
"Bunda kita boleh ke kamar Chacha?" ijin Fany.
"Boleh kok. Mbok" bunda memanggil si Mbok.
"Antarkan ke kamar Putri"
"Ayo non mbok antar" ucap si mbok ramah.
...****************...
Setelah mereka masuk ke kamar Chacha mereka dikagetkan dengan posisi Chacha yang duduk memangku laptop dengan berkas-berkas berjejer dihadapannya.
"Cha.." tegur Fany.
"Ehh.. Ayo sini duduk" sambil menepuk kasurnya.
"Aku ingin membicarakan sesuatu hal yang penting dengan kalian" setelah melihat sahabatnya duduk. Chacha beranjak mengambil beberapa berkas di laci nakasnya dan memberikan satu per satu pada mereka.
"Aku tahu kalian adalah anak-anak berbakat dengan otak jenius. Aku percayakan usahaku pada kalian" ucapnya mantap.
"Apa maksdumu Cha, bahkan aku saja tak mengerti isi dari file ini." Ungkap Nena sambil membolak balik halaman dari file yang dia pegang.
"Ini adalah hasil kerja kerasku, selama aku di luar negeri aku membuat aplikasi untuk melindungi komputer dari virus dan beberapa perusahaan besar menggunakan jasaku."
"Aku mendirikan perusahaan ku di sana tanpa sepengetahuan ayah dan bunda. Aku menghasilkan uangku sendiri. Jadi kumohon bantu aku mengurus usahaku disini." ucapnya sambil tersenyum.
"Tapi kami tak bisa, kami bahkan tidak mengerti"
"Asisten aku yang akan mengajari kalian. Aku yakin dengan otak jenius kalian, kalian bisa."
"Kita masih sekolah Cha, mana bisa beginian" ucap Karin.
"Untuk saat ini hanya kalian hanya mengawasi, kalian terjun langsung saat sudah lulus sekolah. Sejak berteman pertama kali dengan kalian, aku merasakan ketulusan dan keinginan yang kuat dari diri kalian. Untukmu Fany, aku tahu kau ingin sekali membangun hotel mulai sendiri, dan Zeze kau ingin memiliki Spa. Karin dengan hobi memasak mu membangkitkan gairah mu untuk membuat restoran sendiri, Nena dengan keahlian mu kau menuju puncak dengan membuka salon. Itu semua tidak akan menjadi khayalan kalian lagi itu nyata mulai sekarang."
Mereka berempat melongo bagaimana Chacha bisa tau semuanya.
"Aku membuat semua itu saat ayah menyuruhku kembali ke Indonesia. Impian kalian membuka otak bisnisku berjalan." Chacha tersenyum.
"Tapi, kata bunda kau suka balapan dan clubbing, apa itu benar?" tanya Nena.
"Itu benar. Kalian pasti bingung bagaimana aku bisa masuk saat aku masih dibawah umur." Mereka mengangguk. "Club itu milikku, aku ke sana hanya untuk laporan keuangan saja dan diam di ruangan ku. Untuk balapan aku lakukan hanya ketika aku lelah dengan pelajaran di sekolah dan butuh udara segar saat merancang aplikasi baruku"
"Ayah salah paham padaku dan tak mau mendengarkan penjelasan ku." air matanya mengalir. "Aku masih ingat bagaimana ayah membentak memarahiku di sana. Ayah menghukum ku, mencabut semua fasilitas ku, melarang aku memakai nama keluarga besar ku, dan akan mengembalikannya lagi ketika aku berhasil membuat cabang perusahaannya bangkit lagi. Cabang perusahaan ayah hampir bangkrut" Chacha menunduk. "Aku mohon pada kalian bantu aku mengurus ini semua aku akan fokus mengurus cabang perusahaan ayahku dulu" ucapnya menangkupkan kedua tangannya.
Mereka berempat ikut menitikkan air mata melihat kilatan frustasi terpancar jelas dimata Chacha. "Kami akan membantumu" ucap Fany mantap disusul anggukan lainnya.
"Bagaimana jika kami gagal?" tanya Karin.
"Kalian akan belajar bersama asistenku dan mereka akan menjadi asisten yang akan membimbing kalian" ucapnya seraya tersenyum. "Terima kasih sekali lagi and thank you. Setelah kalian aku kenalkan di perusahaan masing-masing kalian bisa pindah ke rumah yang sudah aku siapkan untuk kalian dan keluarga kalian anggap saja ini fasilitas yang kalian dapat"
"Mimpi apa kita semalem ya, bisa langsung berubah gini kehidupan kita" ucap Nena senang.
Chacha hanya tersenyum melihat kegembiraan sahabatnya, dia lega ada yang membantu mengurus usahanya karena dia harus terjun langsung mengurus masalah ayahnya.
...****************...
"Lev, lo kenapa?" tanya Putra yang melihat Levy melamun. Levy sedang bertemu dengan teman barunya di kafe tak jauh dari supermarket tempat ia tak sengaja bertemu dengan penolongnya, Queen.
"Lev..." tepukan Kinos di bahunya membuat lamunannya lari.
"Eh... Kenapa?"
"Lo yang kenapa ngelamun mulu" timpal Putra.
"Gue gak apa-apa kok" jawab Levy singkat.
Mereka tak melanjutkan untuk bertanya pada Levy karena takut merusak pertemanan yang baru terjalin itu. Atas nama pertemanan itu pula Levy mau diajak ke arena balapan oleh Putra Cs.
"Kita cuma liat atau diantara kalian yang akan balapan?" tanya Levy.
"Benar dan salah" jawab Elang membuat Levy mengernyit bingung.
"Kita ditantang balapan sama cewek" jawab Kinos.
"Gak salah lo?" seketika tawa Levy pecah. Hanya dijawab gelengan kepala oleh Kinos.
"Terus kita ngapain disini?" tanya Levy setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Membuat kesepakatan." jawab Kinos lagi.
"Kesepakatan?"
"Dia menyebut dirinya Queen" Levy terdiam kaku mendengar jawaban Elang. "Dia biasa menantang para geng motor yang melakukan balapan liar dan jika kalah geng motor itu harus bubar dengan sendirinya." tambahnya.
"Hanya seperti itu?" Levy bingung.
"Sebelum balapan Queen akan membuat perjanjian hitam di atas putih. Jika dilanggar perjanjian itu akan diserahkan kepada polisi. Dari informasi yang gue dapat, ada beberapa geng motor yang ditangkap gara-gara dia." timpal putra lagi. Membuat levy mengangguk paham.
Tak selang berapa lama. Dua motor sport berhenti di depan mereka.
"Kami kesini untuk menanyakan apakah kalian setuju?" ucap salah satu dari mereka.
"Sebutkan penawarannya lagi" ucap Kinos maju mendekati mereka.
"Jika kalian menang, seratus juta milik kalian" jawabnya. Membuat keempat pemuda itu kaget.
"Jika aku yang kalah?" tanya Kinos lagi.
"Besok kau bisa tanyakan langsung pada Queen"
"Baiklah gue setuju" ucap Kinos sambil mengulurkan tangannya tanda setuju.
Sambil menjabat tangan Kinos orang itu berkata "jam tujuh di tempat ini" lalu pergi meninggalkan mereka berempat.
Setelah kedua motor tadi menjauh Levy menepuk bahu Kinos dan bertanya "mereka siapa?"
"Bawahan Queen. Dia tak pernah menunjukkan wajahnya, selesai balapan dia akan langsung pergi dan bawahannya yang akan mengurus sisanya seperti saat ini. Ayo pulang" ajak Kinos.
Rasa penasaran menghampiri Levy. Queen? Orang yang sama atau hanya namanya saja yang kebetulan sama?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Dewi Kijang
keren aku suka ceritanya
2023-01-31
0
𝓓𝓮𝓪
next
salam my husband is master devil
2022-06-03
0
L.A.N
anj kok gua baru tahu ya kalo ada novel sekeren ini
2022-06-01
2