Setelah membereskan administrasi, Tasya dan keluarganya pun bergegas pulang. Lelaki bertopi telah terlebih dahulu meninggalkan klinik karena ia harus menjemput ayahnya. Dia bertukar nomor ponsel dengan ayah Tasya untuk biaya mobilnya yang penyok. Padahal dia sudah menolak dengan dalih masih di asuransikan. Tapi keluarga Tasya bersikukuh untuk bertanggung jawab.
Tasya jalan dengan terpincang-pincang karena bengkak di kaki kanannya mulai membesar.
"Nanti langsung di pijat saja Sya sama Mak Iyam" Ibu membuka percakapan
"Iya bu." jawab Tasya singkat. Dia merasakan seluruh tubuhnya makin sakit. Mau menangispun malu dengan kedua orang tuanya. Terlebih dia merasa bersalah dan masih syok dengan kejadian tadi.
"Mang Maman, nanti tolong ambil motor Tasya di Klinik Sejahtera ya. Nanti kuncinya saya kasih setelah saya sampai rumah" ucap ayah Tasya menelepon seorang kepercayaannya.
"Bu, Tasya mau makan sate" mulai manja
"Kamu ini, hari ini sudah berulah masih bisa request makan sate" ayahnya menyela
"Sudah Yah, kan namanya juga kecelakaan. Gak kasihan apa sama Tasya Yah." ibu membelanya
Tanpa di komando, ayahnya Tasya menepikan mobilnya di warung sate langganannya. Dia keluar mobil untuk memesan sate. Sementara Ibu dan Tasya menunggunya di mobil.
"Untung Reza baik, Sya. Coba kalau yang kamu tabrak orang galak terus kamu pingsan gak di tolongin bagaimana. Duh Ya Allah..ibu takut kamu kenapa-kenapa" ujar ibu mengingat kejadian tadi
"Iya bu. Dia marah sih sama Tasya. Tapi untungnya masih baik mau nolongin Tasya. Ngomongnya saja yang ketus bikin Tasya takut. Makanya tadi Tasya nangis juga bu, itu Tasya habis di marahin juga sama dia" Tasya mengingat wajah lelaki bertopi yang memperkenalkan dirinya dengan nama Reza.
"Ya karena kamu yang salah. Mungkin dia juga panik Sya" ucap ibu
Tak lama ayah Tasya masuk kedalam mobil. Aroma sate tercium menggoda selera Tasya yang sangat kelaparan.
Setibanya di rumah Tasya berganti pakaian kemudian makan bersama orang tuanya.
"Assalamualaikum" seseorang masuk ke dalam rumah
"Eh Mang Maman, sini makan bareng" ajak ibu Tasya
"Saya sudah makan. Terima kasih bu. Silahkan di lanjut" jawab Mang Maman
"Hayo, jangan malu-malu Mang" ajak ibu lagi
Mang Maman kemudian ngobrol dengan Ayah Tasya, setelah itu Ayah Tasya menyodorkan kunci motor kepada Mang Maman. Dia pun pamit untuk mengambil motor di klinik.
"Sya, kamu istirahat dulu sambil nunggu Mak Iyam datang. Jangan lupa obatnya di minum" ujar ibu
"Iya Bu" jawab Tasya
Tak lama kemudian Mak Iyam datang. Mak Iyam tukang pijat panggilan yang terkenal di kampung Tasya. Tasya kemudian di pijat oleh Mak Iyam di kamarnya.
Tasya merupakan anak bungsu dari Taufik Martadinata. Ayahnya merupakan orang terpandang di kampungnya. Dia memiliki lahan perkebunan yang luas. Dan hampir seluruh warga kampung bekerja sebagai buruh di perkebunannya.
Keluarga Tasya tidak seperti keluarga berada pada umumnya yang sombong dan sok kaya. Mereka sangat disegani warga karena kedermawanan dan keramahannya.
Tasya memiliki seorang kakak laki-laki yang sedang melanjutkan studi magister di Jawa Tengah. Tasya dan kakaknya pun tidak di manjakan dengan materi. Mereka di latih menjadi anak yang mandiri. Tasya sering membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan untuk urusan memasak, Tasya sudah sangat jago. Sementara kakaknya dilatih untuk membantu pekerjaan ayahnya. Tak segan kakak Tasya pun sering memikul sayuran untuk membantu para pekerja ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Galaksa Putra
mantap
2022-06-07
0
Aiuna$$$
keren
2022-02-03
0
Tanisha Almahyra
cerita yg menarik
2021-12-28
0