Di situ Tiffany duduk bersama dua sahabatnya, yakni Gita dan Natca, mereka terlihat tenang dan menikmati makan siang yang sudah mereka pesan. "Fan, bye the way lo sama Rio gimana?" Tanya Gita disela makannya.
"Gimana apanya?" Tanya Tiffany tak mengerti.
"Gue liat lo lagi deket sama Rio, gak pacaran?" Ucapan dari Gita langsung membuat Tiffany tersedak kuah bakso yang baru masuk ke kerongkongannya.
"Apa kata lo?" Ucap Tiffany setelah menenangkan dirinya.
"Tentang lo sama Rio" Jawab Gita dengan singkat tanpa keterangan lainnya.
"Nggak ada apa-apa, cuma temenan aja" Jawab Tiffany datar dan jujur.
Natca yang dari tadi diam kini menoyor kepala Gita kesal.
"Apaan sih Ca?" Tanya Gita dengan kesal tatkala Natca menoyor kepalanya dengan kasar.
"Pertanyaan lo bego. Mana mungkin Fany pacaran sama Nyko kalau dia juga pacaran sama Rio" Tuturnya dengan nada judes. Ia sudah terlalu sabar meladeni sikap sahabatnya yang kadang kurang-kurang.
Gita menepuk dahinya lalu menatap pada Tiffany, "So, lo gimana bisa sama Nyko?" Tanyanya kepo.
"Nyko siapa?" Tanya Tiffany dengan begitu polosnya. Melupakan sosok Nyko yang baru saja ia jumpai.
Dua orang sahabatnya itu menatapnya dengan datar, "Pacar lo Fany, bercanda lo kalau didengar Nyko bisa-bisa malah berantem lho" Natca memperingati Tiffany.
"Oh Nyko yang itu, gue nggak pacaran sama bocah tengil itu" Tiffany melanjutkan acara makannya. Tanpa memperdulikan tatapan dari Gita dan Natca.
"Ceileeeh, sok polos" Ledek Gita dan Natca bersamaan.
"Kalau pacaran itu nggak usah backstreet. Satu sekolah juga tahu kalau lo pacaran sama Nyko" Sindir Gita dengan nada percaya dirinya.
Seorang perempuan dengan rambut curly, baju ketat, dan rok pendek tampak menatap tajam pada Tiffany. Ia berjalan dengan amarah yang menjadi-jadi. Tak tahan akan apa yang sudah terjadi di sekolah ini.
"Lo Tiffany kan?" Sebuah suara terdengar menyentakkan di telinga Tiffany, Gita, dan Natca.
"I-iya, ada apa ya?" Tanya Tiffany berusaha sopan walau ia tak mengenal perempuan di hadapannya ini.
"Artinya gue nggak salah orang" Perempuan itu menyemprotkan cairan merah tua yang tiada lain adalah saus pada seragam Tiffany.
Tiffany terlihat kesal dan terkejut dengan perilaku perempuan itu yang sudah keterlaluan. "Maksud lo apa sih? Lagian lo siapa juga"
"Gue Tina pacar Nyko. Dan lo jangan bangga karena Nyko nembak lo. Bagi dia, lo gak lebih dari seorang cabe" Ucap Tina dengan sengitnya.
Pendangan seluruh pengunjung kantin kini mengarah pada mereka.
Tiffany menatap perempuan yang memiliki nama Tina itu. Tatapan tajam. "Gue nggak kenal sama lo, lagipula gue nggak peduli hubungan lo dengan Nyko" Balasnya.
"Gak usah munafik deh lo jadi cewek, sekali cabe tetap aja cabe" Sahut Tina.
Tak tahan jika sahabatnya diinjak-injak Natca dan Gita ikut bersuara, "Jaga ucapan lo" Sahut Gita sengit.
Tina melototkan matanya pada Gita, "Apa?! Jangan ikut campur lo"
"Lo berurusan dengan sahabat gue, jadi gue harus turun tangan" Balas Gita lagi.
"Lagian lo ngaca, yang cabe itu lo bukan Tiffany" Natca ikut menimbrungi perdebatan itu.
"Ada apa ini?" Suara tegas seorang laki-laki menyentakkan empat remaja itu. Nyko. Pandangan matanya mengarah pada Tiffany dan juga seragamnya. "Baju lo kenapa?"
Tak ada jawaban.
"Baju lo kenapa?!" Nada suara Nyko naik satu oktaf.
Tiffany menatap tajam pada Nyko lalu ngeloyor pergi tanpa menjawab pertanyaan laki-laki itu yang sedari tadi terus menatap manik matanya.
Gita dan Natca mengikuti kepergian Tiffany.
Nyko menatap tajam pada Tina, "Lo apain cewek gue?"
Tina diam tak berkutik melihat ekspresi menyeramkan dari Nyko.
"Jawab Tina!"
Tina kasih diam.
"Oke kalau lo nggak mau jawab pertanyaan gue" Suara itu terdengar datar namun menusuk, "Lo, gue putusin. Jadi kita nggak punya hubungan lagi" Ucap Nyko tegas pada Tina.
Tina menggenggam jemari-jemarinya yang kini mendingin, "Lo tega ngelakuin itu ke gue? Setelah perjuangan gue selama ini?" Tanyanya dengan suara bergetar.
Bayangkan jika kalian ada di posisi Tina, pasti malu diputusi secara 'tidak terhormat' di hadapan banyak siswa yang memenuhi kantin.
Mata Tina mulai berkaca-kaca. menahan antara malu, sedih, marah dan kecewa pada Nyko.
"Bagi gue lo cuma sekedar cewek murahan yang hanya ngandelin fisik lo untuk mengikat cowok. Lo itu *****" Ucap Nyko penuh tekanan di setiap kata yang ia ucapkan.
"Cukup Nyk, belum puas lo ngehina gue? Belum puas Lo ngerendahin gue? Gue benar benar menyesal pernah kenal sama Lo" Tina langsung berlari meninggalkan Nyko yang sedari tadi menghinanya di depan banyak orang.
Nyko menatap kepergian Tina sang mantan kekasih dengan datar, lalu ia melangkah pergi dari kantin. Menyisakan banyak pembicaraan dan berita hangat di kantin tersebut.
. . .
Sedangkan itu, Tiffany dan dua sahabatnya tengah sibuk mengurus noda merah di seragam Tiffany. Tak lama kemudian, seorang perempuan membuka pintu toilet dan menghampiri Tiffany. "Tiffany ya?" Tanyanya.
"Iya" Jawabnya.
Perempuan itu tersenyum kecil, lalu memberikan sebuah plastik pada Tiffany, "Nih baju ganti lo"
Tiffany menerima plastik itu dengan ragu, "Lo siapa?"
"Gue Nori"
Tiffany mengangguk, ia tahu tentang Nori yang menduduki peran sebagai wakil ketua OSIS. Ia memasuki salah satu bilik toilet dan mengganti bajunya. Saat mengenakan seragam itu, tangannya merogoh saku baju itu dan mendapatkan sebuah memo. Ia membacanya.
__kalau punya mulut itu dipake, jangan diam aja. Kalau masalah sekecil itu Li nggak bisa ngadepin, gimana kalau dapat masalah besar_
Tiffany mengernyitkan dahinya saat selesai membaca memo tersebut. Lalu ia keluar dari kamar mandi. "Nori tadi mana?" Tanya Tiffany pada kedua sahabatnya dan tidak menjumpai keberadaan Nori lagi.
"Balik, katanya ada rapat OSIS" Jawab Natca.
Tiffany mengangguk dan mengajak untuk keluar dari kamar mandi.
"Ikut gue" Baru saja Tiffany keluar dari kamar mandi, tangannya langsung ditarik oleh seseorang.
Instagram : fionakesl259
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
irna salut
hadeuhhh nyko maruk
2020-08-18
2