Max masih berdiri di tengah jalan yang sepi, terlihat di bagian kanan dan kirinya hanya terdapat pepohonan yang menjulang tinggi.
Setelah turun dari atas bukit, Max merasa bingung harus pergi ke arah mana.
Bagaimana tidak, Max kecil selalu berada di atas bukit bersama Kakek Tian untuk berlatih. Saat pertama kali ke tempat kakek Tian, Max juga sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Meski aku dapat berlari dan bergerak dengan lincah tanpa kelelahan selama beberapa jam, semua itu akan menjadi sia-sia jika aku tidak mengetahui kemana arah yang harus aku pilih untuk tiba di kota." Max dengan menghela nafas panjang.
Tit..... Tit.....
Suara tlakson truk terdengar, Max segera membalikkan badan.
"Sejak kapan ada truk di sini, sepertinya sejak tadi aku tidak mendengar suara mesin." Batin Max dengan bingung.
Hingga sekali lagi suara truk terdengar, Max segera berjalan ke arah truk tersebut.
"Naiklah." Ucap sebuah suara dari dalam truk.
Max membuka pintu truk, lalu segera naik ke dalamnya.
Di dalam truk, Max dapat melihat seorang pria yang bertelanjang dada memamerkan otot-ototnya yang berurat.
"Masih sangat muda. Apa yang kau lakukan di tempat ini?" Tanya pria itu tanpa mengalihkan pandangannya.
"Lebih baik kau fokus dengan jalan di depanmu, Aku tidak memiliki uang untuk mengganti bila terjadi sesuatu nantinya." Ucap Max dengan nada datar.
Pria yang berada di belakang kemudi itu tertawa keras.
"Kau begitu arogan, aku hanya bertanya. Bahkan saat ini kau menumpang di dalam truk kesayangan ku ini."
Max menatap pria di sampingnya. "Kau yang meminta ku untuk naik bukan?"
"Oke, kau menang." Pria itu dengan tersenyum tipis.
Mereka berdua akhirnya menempuh perjalanan tanpa berbicara. Max sendiri fokus menatap ke depan.
Setelah menempuh perjalanan selama lima jam, kini truk yang di tumpangi Max mulai memasuki sebuah kota kecil.
"Berhenti." Ucap Max dengan cepat, pandangan matanya terus tertuju pada sebuah taman yang berada di samping kanan jalan.
Pria itu menghentikan laju kendaraan nya, lalu menatap ke arah Max.
"Aku pikir kau akan terus diam seperti patung."
Max tersenyum, lalu menatap pria di sampingnya. "Terima kasih atas bantuanmu, suatu saat nanti aku akan membalasnya." Ucap Max yang segera membuka pintu.
"Hei! Namaku Figo, kau harus ingat itu!" Ucap pria itu saat melihat Max yang sudah keluar dari dalam truk nya.
**********
Max berjalan menyeberangi jalan yang terlihat cukup padat, tatapan matanya terus fokus ke arah taman.
Hingga tidak lama kemudian, Max akhirnya tiba di taman. Dia terus berjalan ke salah satu pohon yang ada di tempat itu.
"Kau terlihat tidak berubah sedikit pun, 10 tahun telah berlalu saat terakhir kali aku bersandar denganmu. Terima kasih banyak telah membantu ku menopang tubuh lemah ini." Max dengan tersenyum mengingat masa lalunya.
Max mengeluarkan kembali plakat kayu bertuliskan Black Tiger. "Sudah saatnya mencari kalian, meski darah kedua orang tuaku telah menghilang, dendam ini tidak akan pernah ikut menghilang dan akan terus membara sebelum air mata orang-orang yang kalian sayangi memadamkan nya."
Max membalikkan badannya saat mendengar suara keributan tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
Terlihat seorang pria yang menggunakan jas dan kaca mata hitam sedang mengejar seorang wanita muda.
Max sendiri terus fokus menatap ke arah wanita itu.
Tubuhnya yang tinggi serta memiliki paras yang cantik, hidung mancung dan bibir tipis yang terlihat sangat menggoda membuat pria mana pun akan tertarik kepadanya.
"Sayang, dengarkan aku. Aku mohon padamu untuk tetap bersama dengan ku." Ucap pria yang terus berjalan mengikuti wanita cantik itu.
"Apa kau pikir aku wanita bodoh! Menjadi menantu keluarga yang memiliki kekuasaan di kota ini memang harapan wanita di luar sana, tetapi tidak dengan aku yang harus menjadi istri kedua mu, dan yang harus kau ingat aku tidak ingin menjadi wanita yang merusak hubungan orang lain."
"Cih! Kau berbicara seakan memiliki harga diri. Apa kau lupa saat dirimu mendekati ku dan berharap menikah dengan ku?"
Wanita itu terdiam, lalu mengalihkan pandangannya.
Max yang sedang berdiri segera membalikkan badan, lalu melangkah pergi.
Namun baru saja Max ingin pergi, tiba-tiba di hentikan oleh wanita itu.
"Lebih baik aku menikah dengan pria yang tidak jelas asal-usulnya, dari pada harus menjadi istri keduamu."
Max sendiri menggelengkan kepalanya. "Nona, lepaskan tanganmu." Ucap Max dengan nada datar.
"Hei, bantu aku. Kau tenang saja, aku akan memberikan mu sedikit uang nanti."
Sedangkan pria yang sebelumnya mengejar sang wanita, menatap Max tidak suka. Terlihat wajahnya yang mulai memerah menahan amarah.
"Cih! Pria miskin seperti dia tidak akan mampu membuat mu bahagia. Kau lihat sendiri, bahkan pakaian yang di gunakan saat ini sangat kusut dan kotor."
Wanita di sampingnya menatap wajah Max. Max sendiri merasa tidak terpengaruh dengan hinaan pria itu. Dengan tersenyum tipis, Max berjalan mendekati pria berkacamata hitam itu.
"Tuan muda yang terhormat, aku rasa kita tidak memiliki masalah apapun. Jadi aku peringatkan padamu untuk pergi dari sini sekarang sebelum kesabaran yang aku miliki lenyap terbawa angin."
Wanita cantik itu segera menarik tangan Max, lalu membisikkan sesuatu kepada nya.
"Hentikan omong kosongmu itu, atau kau sendiri yang akan dalam masalah besar." Bisik nya kepada Max.
Max mengerutkan keningnya, sejak kapan dia berbicara omong kosong.
"Apa menurutmu aku hanya menggertaknya?"
"Tentu saja, sejak kapan pria seperti mu mampu menghadapi seorang tuan muda kaya raya."
Max tertawa kecil, dia merasa jika wanita cantik di sampingnya sangat lah lucu. Sedangkan wanita di sampingnya yang melihat Max tertawa mengejeknya, mendengus dengan kesal.
"Kau akan melihatnya sendiri, jadi perhatikan baik-baik di mana hari ini akan ada pria seperti ku yang mampu menghadapi seorang tuan muda kaya raya seperti dia."
"Jangan bercanda!" Ucap wanita cantik itu dengan menarik tangan Max.
Pria berkacamata yang melihat bagaimana kedekatan mereka berdua semakin tidak mampu menahan emosinya, dengan langkah cepat pria itu melesatkan pukulan ke arah Max.
Max hanya diam tanpa menghindari pukulan itu. Hingga akhirnya pukulan pria berkacamata hitam itu mengenai wajahnya.
Wanita di sampingnya berteriak dengan kaget, Max sendiri terdiam, namun pancaran dari kedua matanya kini berubah.
"Kau lebih pantas di panggil bencong! Tangan lembek dan tidak bertenaga. Perhatikan baik-baik, aku akan mengajarkan padamu bagaimana cara memukul." Ucap Max, yang kemudian mengepalkan tangannya.
"Kau harus memfokuskan tenaga pada tangan yang akan kau gunakan sebelum melepaskan pukulan." Max dengan memperlihatkan kepalan tangan kanannya.
" Setelah itu, kau lakukan seperti ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Ayi Hadi
💯💯🦾🦾🦾🦾🦾👍👍👍🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻✍🏽✍🏽✍🏽
2022-05-30
0
Ayi Hadi
lanjut sampai akir thor
2022-05-30
0
Hary
pengen juga punya cincin bisa nyimpan segalanya... hmmm...
2022-02-16
1