Kanda menatap jijik ke arah Kana yang melap ingusnya dengan tisu lalu melemparnya begitu saja menyusul tisu-tisu yang lain yang nasibnya sama.
"Sayang, gak mungkin Adrian macam-macam kalian baru saja menikah." Maya, ibu kandung Kana menghibur anaknya yang sejak sejak tadi menangis sesegukkan.
"Ta-pi tah-di a-ku lihat sendiri Ma. Isi pesan mere-ka mesra." Kana menjawab dengan terbata-bata karena menahan tangisnya.
"Yaelah, lo baru pesan aja udah suudzon!" Kanda menatap adiknya kesal . Bocah banget sih! Baru pesan aja udah minggat dari rumah.
"Terus tadi wanita itu datang Ma dia lagi hamil terus meluk Kak Adrian." Kana bicara lebih lancar mengabaikan kata-kata Kanda.
"Yaelah, kali aja tuh cewek busung lapar apa cacingan. Gitu aja repot!" celetuk Kanda mulai sewot bukan apa-apa dia kesal saja jam 10 malam diseret buat nganter pulang ke rumah.
Kana menatap tajam ke arah kakaknya, lalu menatap mamanya dengan muka merah. "Tadi cewek itu meluk Kak Adrian itu apa coba kalau bukan ada apa-apa."
"Itu kan cuma dugaan kamu aja, Sayang. Harusnya kamu nanya dulu. Kasih waktu Adrian buat jelasin semua bukan malah marah terus kabur kayak gini." Maya mengelus punggung Kana berkata dengan suara lembut karena bungsunya ini sangat perasa.
"Tuhh ! Dengerin kalau orangtua ngomong. Lagian kalau udah nikah jangan sering ngadu, lo itu dah dianggap dewasa selesaikan masalah sendiri," sambar Kanda. Mendengar hal itu tangis Kana semakin menjadi.
"Kamu tuh dari tadi main nyamber aja." Maya kelihatan panik melihat tangis Kana.
Kanda memutar bola matanya malas. Manja aja teroos, mentang-mentang anak perempuan.
"Bu, itu di luar ada Den Adrian," Bibi asisten rumah tangga tergopoh-gopoh menghampiri nyonya rumahnya yang sedang sibuk membujuk si tuan putri yang sedang merajuk.
"Ya, udah suruh masuk aja Bi," sahut si nyonya rumah.
"Sekalian sama temannya yang lagi hamil Bu?" tanya Bi Nong, wanita setengah abad yang sudah lama mengabdi di keluarga Kana.
Se-isi ruangan saling berpandangan. "Tuhkan Ma!"Kana menjerit lalu menangis lagi. Membuat Kanda dan Maya menarik napas lelah.
*
Adrian mendekati kasur istrinya, lalu duduk dengan hati-hati menatap ke arah Kana yang tidur tengkurap dengan wajah dibenamkan di bantal.
" Na," Adrian hanya berani memanggil tanpa menyentuh takut istrinya meledak-ledak lagi.
" Kakak minta maaf udah membentak kamu." Tak apalah sekali-kali mengesampingkan harga diri sebagai lelaki. Lagipula istrinya ini masih perlu beradaptasi dengan status barunya jadi mengalah saat ini adalah pilihan terbaik.
"Na, jangan ngambek dong, kamu denger dulu penjelasanku. Kasih waktu aku 10 menit saja buat menjelaskan," bujuk Adrian pada istrinya yang masih tak bergeming.
"Aku janji habis ini nanti kita pergi ke Bandung, katanya kamu pengen ke kebun buah buat petik stroberi," rayu Adrian lagi, Sayangnya, tidak ada pergerakan dari Kana sedikitpun.
"Besok kamu boleh bawa mobil ke kampus."
Ajaib, Kana tiba-tiba beringsut dari tidurnya dan duduk tegak di samping Adrian tentu saja dengan memberi jarak.
Adrian menatap istrinya tak percaya jadi sebesar itu keinginannya untuk bisa naik mobil sendiri tanpa disopiri?
"10 menit." Kana dengan hidung merah melirik Adrian tajam.
Adrian gelagapan lalu berdehem sebentar sebelum memulai bicara. " Abigail itu sepupu aku Na, anaknya om Harjana yang di Semarang."
Kana menatap Adrian tertarik. "Sepupu? Kenapa pas kita nikah tidak ada?"
Adrian menghela napas. "Dia memang tidak datang, karena sedang diungsikan ke Kalimantan karena hamil di luar nikah."
Kana menatap Adrian kaget. "Jadi itu hamilnya bukan karena kamu Kak?"
Adrian lagi-lagi menarik napas. " Ya, bukan. Mana mungkin sih aku bikin hamil anak orang? Merawanin anak orang aja belum pernah." Adrian berkata lirih, dalam hati merutuki nasibnya sendiri sudah hampir sebulan tapi sama sekali belum mendapatkan hak-nya sebagai suami.
"Terus kenapa dia tiba-tiba datang? Mana janjian lagi di bandara."
" Dia mau nengok Om Hamdan juga. Janjian di bandara itu dia mau nebeng ikut pulang ke Jakarta dia mau ke tempat calon suaminya."
"Dia belum nikah?"
"Sesuai ketentuan agama akan dinikahkan setelah anaknya lahir."
"Terus kenapa pakai bilang gak sayang lagi?"
"Dia anaknya kan suka gitu iseng. Dia meluk juga lagi pengen bikin kamu kesel. Kelakuannya emang absurd."
Kana menatap Adrian sekilas. "Darimana aku tahu apa yang kakak omongin ini gak bohong?"
Adrian tersenyum miris. Astaga, setelah semua penjelasan ini dia masih meragukan kebenarannya?
"Ya, kalau aku bohong ngapain sih Na jam 12 malam nyusulin kamu?" Untung deket. Coba, kalau nyusulnya ke Bojong Koneng?
Kana tersenyum. "Maafin aku ya Kak, udah marah-marah dan gak mau dengerin kakak." Cemburu memang menguras hati.
Adrian bernapas lega. Akhirnya istri kecilnya ini bisa juga dijinakkan. Tadinya Adrian sudah was-was kalau Kana tidak mau mendengar penjelasannya tapi ternyata kebalikannya.
"Lain kali kamu tanya dulu ya jangan langsung ngambil kesimpulan sendiri. Kana kan udah nikah, sudah harus dewasa dalam menyikapi masalah." Adrian menyentuh rambut panjang Kana merasa tidak ada perlawanan tangannya naik level mengelus kepala Kana.
"Iya, maafin aku ya udah kayak anak kecil. Boleh peluk gak?" Kana menatap Adrian, berkedip lucu membuat senyum Adrian merekah, lalu memeluk istrinya mencium dalam-dalam aroma mint yang menguar dari rambut Kana.
"Pulang yuk! Kangen nih." Adrian berbisik mesra. Berharap malam ini dia mendapatkan hak-nya.
Kana melirik ke arah jam di dinding kamarnya. Jam 1 malam, yang benar saja?
"Sepupu kakak bagaimana?" Kana menarik diri dari pelukan Adrian.
"Dia katanya mau nginep di rumah kita, 2 hari."
Kana sebenarnya keberatan karena walaupun sepupu Adrian tapi perempuan itu sudah sengaja membuatnya kesal. Padahal kan dia sedang hamil mbok ya jaga kelakuan, bukan malah berbuat seenaknya begitu.
"Na ..."
"Nginep aja deh di sini, pulangnya besok pagi," pinta Kana, jelas dia masih kesal dengan Abby. Apalagi membayangkan Abby tidur di rumahnya.
"Tapi Na, kita gak bisa- "Adrian urung melanjutkan kata-katanya. Terlalu ngebet gak sih kalau dia minta di sini?
"Gak bisa apa Kak?" Kana menatap Adrian dengan mata bulat beningnya.
Adrian terpaku sesaat. Tatapan polos Kana membuat Adrian terbius. Kana itu tulus, lembut dan mudah untuk dicintai. Tak sedikit lelaki yang mendekati Kana sebelum mereka menikah maka itulah Adrian ingin segera menikahinya agar dia bisa memiliki Kana seutuhnya dan selalu melindunginya.
"Kak,"
Adrian tersenyum saat tangan Kana memegang tangannya mengembalikan Adrian ke dunia nyata. Di mana saat ini istri cantiknya ada di depan mata dengan bibir setengah terbuka, mengundangnya untuk mencecap bibir manis itu.
"Kamu cantik banget sih Na."
Kana merona mendengar rayuan pria berusia kepala tiga itu. Kesempatan itu tak disia-siakan Adrian. Dia menangkup wajah Kana mendekatkan perlahan ke wajahnya.
"Ini Na, aku ingin ini," bisik Adrian lalu menempelkan bibirnya yang dingin ke bibir Kana yang lembut dan manis.
Awalnya Kana menengang karena belum siap, tapi saat Adrian mulai ******* bibirnya dia menjadi rileks dan mengimbangi ciuman Adrian yang selalu membuatnya lupa diri.
Tanpa sadar tangan Kana terulur dan memeluk sepanjang leher Adrian membuat sang suami semakin memperdalam ciumannya. Kana mencengkram rambut Adrian saat lidah mereka saling bertaut.
"Ka-k, ba-gaimana de-ngan Ab-bby?" Kana terengah-engah melepas ciumannya, meraup udara sebanyak-banyaknya.
"Dia bisa menunggu," bisik Adrian lalu mencium bibir Kana lagi. Kali ini tangannya tak tinggal diam, menelusup ke punggung Kana mengelus di sana menikmati kulit Kana yang halus.
Tangan satunya bermain-main di salah satu area sensitif Kana membuat si gadis mengerang pelan.
Adrian mengalihkan ciumannya ke pipi Kana kemudian turun ke leher memberi jejak kepemilikan di sana, tak apa besok bisa ditutup dengan syal.
Adrian yang sudah tertutup gairah itu dengan berani menarik ke atas kaos yang dipakai Kana.
"K-ak pintu." Kana menghentikan tangan Adrian yang sudah menarik kaosnya sebatas dada.
"Sudah aku kunci." Adrian tersenyum lalu menarik kaos Kana melewati kepala dan melemparkannya ke sudut kamar.
Adrian berdecak kagum saat melihat tubuh bagian atas Kana walaupun masih tertutup bra tapi salah satu area sensitif Kana itu membuat Adrian benar-benar terbius.
"Tubuh kamu indah." Adrian selalu saja bisa membuat gadisnya merona, dengan perlahan Adrian membaringkan Kana mengurung tubuh Kana di bawahnya. Mata mereka bertemu ada binar-binar cinta di setiap tatapan mereka, yang dilakukan Adrian kemudian adalah mencium bibir dan memberi kecupan menuntut di setiap jengkal tubuh Kana. Sentuhan Adrian yang lembut memercik gairah Kana yang tersembunyi malu-malu.
Sedikit terburu-buru Adrian menarik diri berdiri dengan dua lututnya lalu melepas satu persatu kancing kemejanya dan melemparnya ke sudut kamar bersama baju Kana yang lebih dulu teronggok di lantai.
Adrian tersenyum dengan tatapan yang menggelap diliputi gairah. "Aku janji Na, ini tidak akan sakit."
Kana mengangguk mengigit bibir bawahnya menahan sesuatu yang mendesak-desak di bawah sana.
Tak menunggu waktu lama Adrian memposisikan diri namun tiba-tiba Kana menahan dadanya.
"Be-bentar, Kak."
Adrian terhenyak. Jangan lagi please!
"Bentar ya Kak, Kana ke kamar mandi." Tanpa menunggu persetujuan suaminya Kana sudah berlari ke kamar mandi meninggalkan Adrian dengan wajah merah menahan gairah.
Pintu kamar mandi terbuka sedikit kepala Kana menyembul di sana.
"Kak," panggil Kana dengan wajah takut-takut.
"Ya?"
Kana sedikit ragu. "Maaf, a-aku haid," kata Kana lirih tapi terdengar begitu keras di telinga Adrian.
Membuat Adrian menghela napas putus asa dan memilih menghempaskan badannya lalu menutup wajahnya dengan bantal dan berteriak keras mencoba menghilangkan gairah yang sudah menggebu-gebu.
********
maafkan jika tidak nyambung dan mboseni 😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Meisri Sudarmini
kena prank....🙊
2022-01-29
0
Meisri Sudarmini
Untung sayang
Untung cinta
Untung istri.
........😃.....
2022-01-29
0
Sri Tutin
walah pusing pala baby
2021-06-16
0