Bangunan itu adalah sebuah masjid yang di dominasi warna hijau, pelatarannya begitu luas dan bersih. Disanalah setiap hari minggu diadakan pengajian umum. baik wanita maupun pria
Dengan dekorasi sederhana berwarna putih, dan juga panggung untuk pendakwah, puluhan kursi berjejer rapih dengan dua tempat yang bersebelahan. Untuk pria dan wanita yang duduk terpisah
Sharma sedang menghadiri acara pengajian mingguan yang sering dihadirinya. Saat tiba tiba saja telpon masuk membuatnya tidak fokus mendengarkan tausiyah dari seorang Ustadz yang membahas tentang Keutamaan menyayangi anak yatim dalam islam
"Siapa sih Shar?" Tanya Syifa yang merasa terganggu karena sedari tadi Sharma memeriksa ponsel tanpa mau mengangkat telponnya
"Kayanya Pak Reyhan deh Fa"
"Ngapain?" Tanya Syifa dengan heran. Bukankah sekarang hari libur? Begitu yang ada dalam benak Syifa
Sharma hanya menggeleng, ia tau Reyhan pasti akan menjemputnya untuk datang ke panti. Tapi masalahnya, Sharma masih menghadiri pengajian, meskipun ia sudah lama kehilangan fokus sejak Reyhan terus menelponinya sedari tadi
"Angkat aja Shar!" Suruh Syifa saat lagi lagi ponsel Sharma berdering
"Yaudah, aku angkat telpon dulu ya"
Sharma berlalu, sedikit menjauh dari deretan orang orang yang menghadiri pengajian. Bersamaan dengan itu, seorang pria nampak mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan pada sang Ustadz saat acara memasuki sesi tanya jawab
"Asalamualaikum Pak Reyhan?"
"Waalaikumsalam. Kenapa baru mengangkat telpon saya?"
Sharma menghela nafas, ia sudah mempersiapkan diri untuk ini
"Kenapa disana berisik sekali?"
"Saya sedang berada di tempat pengajian Pak. Disini memang banyak orang, tapi tidak mengganggu kok"
"Jadi maksud kamu. Saya yang mengganggu kamu. Begitu?"
Pak Bos mulai peka dengan apa yang diperbuatnya
"Saya tidak mengatakan itu"
Sharma mendengar Reyhan menghela nafas diujung sana
"Saya akan menjemput kamu"
"Nanti saya kabari setelah pengajiannya selesai"
"Assalamualaikum" Sharma menutup telpon secara sepihak, menghela nafas, dan kemudian beberapa kali mengucap istighfar. Hampir saja ia kehilangan kesabarannya menghadapi sang Bos
Lantas ia kembali ke tempat duduknya disamping Syifa
"Gimana si Bos?" Tanyanya begitu Sharma kembali setelah tadi pamit mengangkat telpon dari Reyhan
"Nanti dia jemput!" Sharma menyahut singkat, dan kembali fokus pada sesi acara selanjutnya. Acara penutupan
"Udah jemput jemputan nih sekarang?" Syifa justru malah menggoda
"Dia ngajak aku ke panti"
Syifa hanya mengangguk angguk saja
*
Baru saja Sharma akan menghentikan taxi, saat tiba tiba saja sebuah mobil menepi dihadapannya
"Masuk!"
Sharma tersenyum, sedikit enggan ia masuk ke dalam mobil Reyhan. Sampai setelahnya, mobil melaju, Syifa sudah pamit lebih dulu karena ia dijemput oleh kakaknya
"Kamu bilang akan mengabari saya setelah pengajiannya selesai"
"Saya akan mengabari Pak Reyhan jika sudah selesai melaksanakan salat zuhur. Agar Pak Reyhan tidak menunggu lama nanti
"Ohh"
Baru saja Reyhan akan melajukan mobilnya, tapi melihat Sharma yang tidak mengenakan seatbeltnya ia lantas melepas tangannya dari gagang stir, dan hendak mendekat pada Sharma, membuat Sharma spontan menjauh darinya
"Maaf Pak"
"Kenapa Sharma. Saya hanya ingin memakaikan seatbelt untuk kamu" Sahutnya
"Bapak bisa memberitahu saya, saya bisa memakainya sendiri. Maaf" Sahut Sharma sambil memakai seatbeltnya dengan sedikit buru buru
Reyhan hanya mengangguk, kemudian melajukam mobilnya dengan perlahan. Suasana tiba tiba saja terasa canggung bagi Reyhan, sial. Dia tidak pernah mati kutu jika berhadapan dengan gadis manapun, tapi lagi lagi Reyhan harus mengakuinya, jika Sharma berbeda dengan mereka. Sharma, istimewa
Sepanjang perjalanan keduanya hanya saling terdiam. Reyhan masih enggan membuka pembicaraan sementara Sharma memang tidak pernah banyak bicara. Ia hanya memfokuskan pandangannya ke depan, melihat jalanan ramai didepannya
"Sharma" Akhirnya Reyhan bersuara
"Iya Pak"
"Saya ingin bertanya. Boleh?"
Sharma tersenyum "Pak Reyhan sudah bertanya"
Spontan Reyhan tersenyum
"Sharma" Tegurnya lagi
"Boleh Pak, silahkan"
Reyhan diam sebentar. Barangkali ia sedang menyiapkan kalimat yang tepat untuk bertanya pada gadis cantik disampingnya
"Kenapa kamu tidak pernah mau menatap saya?"
"Syahwat" Sharma spontan menyahut
Reyhan mengernyit tidak mengerti, ia sedikit mengurangi kecepatan kendaraannya
"Saya hanya menjaga pandangan saya Pak Reyhan. Sejak kecil saya sudah diajarkan untuk tidak menatap lawan jenis yang bukan mahram, apalagi dalam waktu yang lama"
"Allah ta'ala berfirman 'Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga *********** '( Q.S Annur : 31"
"Menjaga pandangan, maksudnya terhadap hal hal yang diharamkan oleh Allah untuk dilihat selain suami suami mereka"
Sharma tersenyum setelah menyelesaikan kalimat yang selama ini selalu diingatnya. Meski akhir akhir ini ia seringkali khilaf, karena beberapa kali terlalu lama menatap Reyhan
"Nah, oleh karena itu banyak Ulama yang berpendapat bahwa wanita tidak diperbolehkan memandang lelaki yang bukan mahram dengan syahwat, demikian juga dengan tanpa syahwat, hukum asalnya adalah haram"
"Saya tidak mau memperbanyak dosa dengan memandang Bapak. Begitupun Pak Reyhan, Pak Reyhan harus menjaga pandangan Bapak"
"Menatap siapapun?"
"Iya"
"Artinya saya tidak boleh menatap kamu?"
Sharma mengangguk dalam diam, kemudian menyahut
"Kecuali jika sudah mahram"
Reyhan tersenyum, dan ia terlalu cepat menyimpulkan
"Kamu ingin saya ikat dalam ikatan halal dimata Allah?"
"Semua wanita pasti menginginkannya Pak, termasuk saya. Tetapi bersama atau tidak, dengan Bapak, itu sudah menjadi ketentuan Allah"
"Artinya kamu menolak saya"
"Bukan seperti itu"
"Lantas?"
Sharma terdiam
"Kita berhenti di masjid di depan"
Reyhan mengangguk saat Sharma tiba tiba saja malah mengalihkan pembicaraan. Dan Reyhan merasa ragu untuk kembali memulainya
Sisa perjalanan mereka hanya terdiam, tenggelam dalam fikiran masing masing. Sampai mobil berhenti didepan sebuah masjid, masjid yang biasa Sharma singgahi jika ia akan, atau pulang dari panti dalam waktu masuk salat
"Saya belum salat zuhur. Pak Reyhan sudah?" Tanya Sharma sebelum ia turun dari mobil
Reyhan nampak terdiam
"Kalau begitu saya duluan" Pamit Sharma saat Reyhan tak kunjung membuka suara, ia keluar dari mobil dan meninggalkan Reyhan yang menatapnya sampai menghilang dari pandangannya
"Jangankan menyentuhnya, bahkan melihatnya saja. Aku tidak bisa" Lirih Reyhan ketika mengingat pembicaraannya dengan Sharma barusan
"Menjaga pandangan"
Lantas Reyhan turun dari mobil, menatap persinggahan suci dihadapannya. Dimana orang orang, seringkali menyebutnya sebagai rumah Allah, tempat beribadah, tempat menuangkan keluh kesah
Entahlah, tiba tiba saja perasaan Reyhan menghangat setiap ia mulai menginjakan kakinya disana. Dimana ia pernah menuntun kakek kakek sampai membuatnya harus ikut salat dimasjid tersebut, tapi ia tidak menyesal. Justru ia merasa nyaman, Reyhan merasa damai
Sharma berdiri di bagian perempuan, dimana ada sekat tirai dihadapannya sebagai pembatas antara wanita dan pria. Tanpa Sharma tau, jika sang Bos yang ditinggalkannya di dalam mobil, menyusulnya. Berdiri dibarisan orang orang yang sedang melaksanakan kewajibannya. Menghadap Allah, miminta ampun dan memohon ridhonya
TBC
Mohon maaf jika ada kesalahan. Sesungguhnya author juga bukan orang yang mengerti dengan baik:")
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Fay
👍👍
2022-08-17
0
Ratna0789
semua karyamu bagus kak
2021-02-02
1
Galuh
aku selalu suka dgn karyamu thor...
2020-05-04
2