..........................
Semua yang hadir di acara pertunangan itu serentak bertepuk tangan. Gavin pun demikian, meskipun dia sendiri masih nggak mengerti akan rencana Papanya. Acara itu berlanjut ke ramah tama. Semua yang hadir dipersilahkan menikmati hidangan yang ada.
"Pa, Gavin belum siap pegang perusahaan.!"
"Nak, Siap nggak siap kamu dan Kakakmu kelak yang akan meneruskan usaha Papa. jadi tenang saja."
"Oh ya, Pak Bagas anda nggak usah kawatir, saya sudah tahu ada hubungan apa anda dengan Ratih. Untuk masalah ini mereka tidak tahu menahu. Kenapa saya melakukan ini? itu semata-mata demi kebahagiaan mereka." jelas Pak Indra.
"Maaf, sebelumnya Pak Indra. Saya tidak tahu kalau Gavin adalah putera Bapak." jawab Bagas sambil menunduk.
"Mas Bagas, aku juga nggak tahu kalau Gavin adalah putera dari Pak Indra. Aku diundang Gavin untuk menemani dia di acara tunangan Kakaknya." tukas Bu Ratih.
"Nak, Ratih. kamu nggak usah takut. Kalau kalian saling mencintai. Lanjutkan hubungan kalian. Maaf bukannya saya lancang, tapi saya tidak suka dengan pertengkaran." jawab Pak Indra.
Gavin melirik kearah Bu Ratih, demikian juga sebaliknya. mereka tersenyum.
"Kalau begitu, saya permisi mau ke teman saya, Pak!" ucap Bagas.
"Silahkan..."
Setelah Bagas berlalu. Gavin melanjutkan kembali obrolan dengan Papanya.
"Maaf, Pa. Kenapa Papa tadi mengumumkan kalau Ratih adalah calon menantu Papa.?"
"Lho..! salah ya, kalau gitu biar Papa tarik lagi ucapan Papa tadi." ucap Pak Indra sambil menggoda anaknya.
"Jangan.! Iya,iya.. Gavin nggak keberatan."
"Maksud Papa tadi bicara seperti itu memang sengaja Papa tujukan buat Seno. dia kan hadir juga." jelasnya.
"Seno..?!" Gavin dan Bu Ratih barengan.
"Iya, biar dia tahu kalau kalian saling mencintai. Selama ini kan dia merasa kalau Ratih itu adalah miliknya lantaran bisnis itu? maaf, Nak Ratih. Gavin sempet cerita masalah kalian. Saya hanya ingin kalian bahagia." jelas Pak Indra.
"Makasih Pa...."
"Makasih Pak Indra..."
"Sama-sama. Vin, ajak Ratih lihat -lihat rumah. Toh nantinya dia juga bakal tinggal disini." tukas Papanya.
Akhirnya Gavin membawa Bu Ratih keliling rumah. Tiba diteras depan mereka melihat Bagas dan Seno sedikit berdebat.
"Gas, kenapa kamu nggak ngebantah apa yang diomongin Pak Indra.!! kita kan sudah sepakat kalau Ratih akan menikah denganku.?" kata Seno dengan suara tinggi.
"Terus, aku harus bilang apa? ini acara dilihat banyak tamu undangan. Masa aku harus bertengkar dengan tuan rumah gara-gara masalah ini.?" jawab Bagas.
"Justru, itu Gas. Kalau didepan para tamu Pak Indra mengumumkan seperti tadi, berarti aku yang harus mundur.? aku nggak mau Gas, apa kata Papaku nanti. kalau kerjasama kita dibatalkan gimana.? aku kan juga mikir kamu dan keluarga kamu?" jawab Seno.
"Tapi, kamu lihat sendiri apa yang dikatakan Pak Indra.! Sudah, biar nanti aku yang membujuk Ratih. Kamu tenang saja.?" ucap Bagas.
"Tapi lawan kita seorang Indra wijaya lho, raja saham se Indonesia.!" sahut Seno.
"Makanya itu. aku harus bicara pelan-pelan sama Ratih, agar tetap mau melanjutkan perjodohan ini.!" ucap Bagas lagi.
"Bener lho ya,? aku nggak mau kalau sampai Ratih jadi menantunya Indra wijaya.!" ucap Seno sambil tangannya mengepal nahan marah.
Gavin dan Bu Ratih yang menyaksikan percakapan mereka berdua, langsung kaget. Gavin sudah terlihat kalau dia sedang nahan marah. Tapi, Bu Ratih langsung memegang tangan Gavin.
"Sudah, Vin. soal Mas Bagas. Biar aku yang hadapi." ucap Bu Ratih.
"Tapi, Tih. nanti dirumah kamu dikasarin lagi.?" jawab Gavin.
"Aku jamin, Mas Bagas tidak akan berani lagi setelah Papamu bilang seperti tadi. ingat Vin, sekarang Papamu kan sebagai investor di proyek Mas Bagas.?" jelas Bu Ratih.
"Iya, juga sih. tapi kalau mendengar percakapannya dengan Seno tadi, aku nggak yakin kalau Kakakmu berubah.?" jawab Gavin.
"Kita lihat saja nanti, ya?" ucap Bu Ratih.
"Sayang..., besok kalau kita menikah, kamu kan tinggal disini. Pasti Mama aku seneng ada temennya." tiba-tiba Gavin ngomongin nikah.
"Apaan sih kamu, selesaikan kuliah kamu. lalu kerja dulu, baru nikah.! ingat apa yang dikatakan Papamu tadi." jawab Bu Ratih.
"Bu Dosen cantik lagi menghukum mahasiswanya." sahut Gavin.
"Mulai dech kamu, sayang..!" jawab Bu Ratih sambil mencubit pinggang Gavin.
Yang dicubit malah lari. Akhirnya mereka berdua berlarian ditaman seperti anak kecil. Sampai akhirnya Gavin memeluk tubuh Bu Ratih. Wajah mereka kian mendekat, sampai suara nafas mereka terdengar satu sama lain. Mata mereka beradu tatap. Bu Ratih memejamkan matanya dan Gavin mencoba untuk... tiba-tiba suara Mamanya terdengar.
"Vin, kamu dimana?"
"Iya, Ma. Gavin dan ratih disini."
"Kalian dipanggil Papa."
"Baik, Ma."
Kemudian keduanya melangkah memasuki rumah. Ternyata para tamu sudah banyak yang pulang. Tinggal satu dua orang saja mungkin temen Mahen.
Terlihat Pak Indra lagi duduk dikursi yang khusus buat keluarga inti. Mahen dan Kinan juga ada disitu.
"Kalian tahu, kenapa Papa panggil kesini.?"
"Nggak tahu, Pa."
"Papa cuma mau ingetin satu hal. Jaga hubungan kalian sampai nanti menikah. Terus hati-hati dengan Seno. Dia itu licik seperti Papanya. Dalam hal apa saja dia lakukan supaya mendapatkan apa yang diinginkannya. Termasuk soal perjodohan kamu, Tih. Papa rasa bukan hanya soal perjodohan. Pasti dibalik itu ada maksud." jelas Pak Indra.
"Ada maksud gimana, Pa?" tanya Gavin.
"Papa sudah tahu dalamnya perusahaan Papanya Ratih. Sekarang saham itu kan lima puluh persen punya Seno kan. Yang saya takutkan adalah. Suatu saat Seno akan memanfaatkan kelemahan Bagas lalu akan membeli sekalian saham yang tinggal lima puluh persen itu. Terus kalau sudah kebeli semuanya. Kalian pasti tahu kan. Perusahaan itu akan menjadi milik Seno. Dan Bagas nantinya bakal jadi karyawan dan bukan pimpinan lagi." jelas Papanya.
"Ratih, makasih banget Pak sudah diingetin. Nanti Ratih coba bicara ini dengan Mas Bagas." ucap Bu Ratih.
"Salah satu contoh kelemahan Bagas, ya itu. Soal perjodohan itu. Papa rasa perjodohan kalian itu hanya dibuat tameng aja." ucapnya lagi.
"Terus Gavin harus melakukan apa, Pa.? untuk membantu perusahaan Mas Bagas.?" tanya Gavin.
"Ya, itu tadi. Makanya Papa memberi mandat ke kamu untuk megang kantor yang lagi ada proyek dengan perusahaan Bagas. Secara tidak langsung kamu akan bisa mengawasi perkembangan perusahaan Bagas." ucap Pak Indra.
"Baik, Pa." jawab Gavin.
"Oh ya, Tih. nanti kalau aku dan Kinan nikah. Kamu dan Gavin jadi pengiring mempelai ya? ucap Mahen.
"Iya Kak."
"Memangnya Kak Mahen nikahnya kapan?" tanya Gavin.
"Kurang dua bulan lagi." jawab Mahen.
"Haaaah...!!! kok cepet banget." ucap Gavin.
"Hal yang baik itu harus disegerakan." timpal Papanya.
"Oh gitu ya, Pa.?" sahut Gavin.
"Iya, Nak.!" sekarang giliran Mamanya yang jawab.
Mereka terlihat akrab. Percakapan diantara mereka membuat Bu Ratih merasa nyaman. Hangat sekali keluarga ini. saling mensupport satu sama lain. Nggak ada kata-kata kasar. Apalagi perlakuan kasar. Bu Ratih sangat senang telah berada ditengah-tengah mereka. tiba-tiba terdengar bunyi
drrrtt.....drrrttt..... ternyata bunyi ponsel Bu Ratih.
Dia lalu melihat ada nama Winda, adiknya.
diangkatlah benda segi empat itu.
["Iya, Win ada apa?"]
["_______________"]
["Apa..!! Mama pingsan.?!!"]
Next....................(17)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Widodo Selamet
mama nya gavin membuyarkan suasana . 😁
2020-09-15
1
putrindrani
semangat nulisnya yaaaa
2020-07-01
1