..........................
Hari ini adalah hari dimana Bu Ratih diajak Seno untuk menghadiri acara temennya.
"tok...tok..."
Terdengar pintu di ketuk. ternyata Mamanya .
"Masuk aja Ma,"
"Kamu, sudah siap, Nak?"
"Sudah, Ma,"
"Kamu, cantik Tih.! kelihatan lebih anggun dan elegan." seru Mamanya.
Bu Ratih memakai dress selutut warna gelap. Di lehernya terpasang kalung kecil tapi keliatan mewah.
"Mama bisa aja."
"Seno sudah nunggu di ruang tamu, Nak.?"
Muka Bu Ratih ditekuk setelah mendengar nama Seno. Andai saja laki-laki yang sekarang menjemputnya adalah Gavin, alangkah bahagianya hati Bu Ratih.
Gavin belum memberi kabar gimana perkembangannya di Singapura. Bu Ratih jadi kepikiran Gavin. Kenapa dia nggak ngasih kabar sama sekali. Tiur juga belum kasih info soal kabar Gavin.
"Tih,! kenapa Nak.?"
"Nggak apa-apa, Ma!"
Akhirnya Bu Ratih keluar kamar di ikuti Mamanya di belakangnya. Seno tersenyum sumringah setelah melihat Bu Ratih yang begitu cantik alami.
"Kamu, sudah siap Tih.?" tanya Seno.
"Iya.."
"Ayo, kita berangkat.!"
"Okey...,"
Seno pamit ke Mamanya Bu Ratih.
Keduanya keluar rumah menuju halaman. Mobil sedan warna hitam sudah terparkir di sana. Seno membukakan pintu buat Bu Ratih. tumben baik. Gumamnya.
Seno menyetir pelan-pelan, sengaja biar berlama-lama berduaan.
"Sen,!"
"Hemm.!"
"Sebenarnya kita mau kemana sih!"
"Ke tempat teman aku.!"
"Acara apa.?"
"Ulang tahun.!"
"Apa.! ulang tahun.?"
"Kenapa, emang? kamu kayak keberatan gitu sih.!"
"Bukannya keberatan, tau gitu aku nggak dandan gini.?"
"Emang, ada yang salah dengan dandanan kamu? kamu cantik kok! jangan cari-cari alasan saja. Sebenarnya kamu keberatan aku ajak ini, kan?"
"Kamu ini ngomong apa sih? aku sudah nurut, tapi dikira yang lain!"
"Kamu, sih! masalah sepeleh aja dibesar-besarin.!"
"Sapa yang besar-besarin. Aku cuma nanya gitu aja, sudah dikira macem-macem."
"Ya, sudah. sekarang kita nggak usah bahas itu lagi."
Akhirnya Seno melanjutkan perjalanannya. Sampailah di rumah temen Seno. dihalaman terparkir banyak kendaraan.
Seno dan Bu Ratih melangkah masuk ke rumah tersebut. Ternyata acaranya baru saja dimulai. terlihat yang punya acara sudah terlihat keliling untuk memberi salam.
"Hai Seno,!" sapa pria yang berpenampilan rapi dan elegan. dia menghampiri Bu Ratih dan Seno.
"Hai Vano.! maaf aku telat." kata Seno.
"Oh nggak apa-apa bro. acara baru saja dimulai kok." jawab pria yang bernama Vano itu.
"Selamat ulang tahun ya. Semoga yang di impikan tercapai.!" ucap Seno.
"Terma kasih Sen, kamu sudah datang ke acara aku." jawab Vano.
"Oh ya, kenalin ini Ratih calon tunangan aku.!" ucap Seno sambil melirik ke arah Bu Ratih.
Ratih langsung sontak mendelik ke arah Seno. Gadis itu mencoba berbicara sesuatu, tapi keburu Seno menyenggol kaki Bu Ratih dengan kakinya. akhirnya Bu Ratih mengurungkan niatnya untuk bicara.
"Hai.. aku Vano,"
"Aku Ratih.!"
"Ya semoga kalian langgeng sampai menikah, ya?" ucap Vano.
"Makasih Van," jawab Seno.
"Ya sudah, silahkan dinikmati hidangan yang ada." tukas Vano.
"Makasih Van," jawab Seno.
Setelah Vano meninggalkan tempat itu. Seno menggandeng Bu Ratih ke tempat yang sedikit menjauh dari keramaian.
"Kamu kenapa sih Tih,! sikap kamu nggak bisa sedikit lembut. Itu tadi temen bisnis aku. Kamu mau aku malu?!" ucap Seno dengan wajah serius.
"Emang aku salah kalau aku tadi bilang kita bukan sepasang kekasih? emang kita nggak pacaran kan?" jawab Bu Ratih.
"Tapi, kamu itu sudah dijodohkan denganku. ingat itu.!" sahut Seno.
"Tapi, aku nggak cinta sama kamu, aku nggak bisa menikah dengan orang yang nggak aku cinta.!" jawab Bu Ratih sambil matanya berkaca-kaca.
Seno mendengar kalimat Bu Ratih seperti itu langsung memasang wajah marah.
"Tolong, pelankan suaramu. Kamu mau bikin aku malu, apa!" suara Seno terdengar serius.
"Kamu juga yang mulai. Setiap bersamamu selalu bertengkar." ucap Bu Ratih.
Disaat mereka bertengkar. Datanglah perempuan dengan pakaian seksi. Sress panjang tanpa lengan. Dia nampak seneng sekali karena bertemu Seno. Siapakah dia. Apa yang pernah diceritakan Gavin dulu. batin Bu Ratih.
"Hai Pak Boss..? gimana nih kabarnya, sombong amat sih.! tadi nggak nyapa aku.?" ucap perempuan itu sambil meliukan badannya dihadapan Seno dan Bu Ratih.
Seno jadi celinguran dibuatnya. Bu Ratih masih tenang berdiri di samping Seno. Perempuan itu memandangi Bu Ratih dari atas sampai bawah. Kemudian kembali ke Seno. Tangannya nggak segan-segan menggelayutkan tangannya dipundak Seno. Bu Ratih yang menyaksikan pemandangan itu merasa jijik.
Dia pergi meninggalkan Seno serta perempuan itu. Seno langsung mengejar Bu Ratih. Tak dihiraukannya panggilan perempuan itu. Seno menyusuri kerumunan orang di tempat itu. Matanya mencari-cari Bu Ratih. Tidak di temukan juga, padahal dia sudah menyusuri seluruh tempat pesta itu. Seno hampir putus asa.
Dia berhenti lalu duduk di sebuah kursi deket teras. Baru saja badannya diletakkan di kursi, tiba-tiba matanya menangkap sosok wanita yang tadi bersamanya.
"Ya ampun Tih.! aku sudah mencarimu kesana kemari ternyata kamu duduk disini." ucap Seno.
"Sudah selesai kangen-kangenannya sama perempuan tadi.?!" tanya Bu Ratih.
"Maafin aku Tih,! dia itu hanya teman biasa kok.?" ucap Seno membela diri.
"Aku nggak peduli itu pacar kamu, temen kamu apapun itu. aku cuma jijik aja melihat perlakuannya ke kamu. Mungkin ada aku saja, kamu jadi sok cuek sama dia. Kalau nggak sama aku mungkin kamu juga meladeninya."ucap Bu Ratih ketus.
Kali ini dia beneran marah. Apakah laki-laki seperti ini yang akan menikahinya. andai saja Gavin nggak sakit. Mungkin hari-harinya tidak akan sepi. Nyesel Bu Ratih ikut Seno ke acara ini. Tahu gitu di rumah saja. gumamnya.
"Tih..,? kita pulang aja, ya?" ajak Seno.
"Beneran,! kamu nggak nyesel ngajak aku pulang. lanjutin aja didalam. biar aku tungguin disini." ucap Bu Ratih.
"Kamu ini maunya apa sih, Tih.!? aku sudah minta maaf tapi sikap kamu masih seperti ini.!" sahut Seno dengan nada tinggi.
"Bisanya bentak-bentak aja.!" ucap Bu Ratih.
"Diam.!"
"Tuh, kan..,? kamu itu kasar. sukanya bentak-bentak aja." ucap Bu Ratih.
Seno nggak menghiraukan ucapan Bu Ratih. Dia lalu menggandeng tangan Bu Ratih dengan kasar. Mereka berdua lalu masuk mobil.
Seno mengemudikan mobilnya dengan kencang. Bu Ratih sampai ketakutan. Seno memang laki-laki kasar. Bu Ratih hanya bisa berdoa semoga tidak apa-apa.
Akhirnya sampai juga di rumah Bu Ratih.
Setelah keluar dari mobil, dia langsung masuk rumah tanpa menghiraukan Seno. Mamanya yang melihat itu jadi bingung ada apa.
"Maaf, Tante. tadi kita habis bertengkar dikit. hanya salah faham aja." ucap Seno.
"Oh.. kirain kenapa.?" jawab Mamanya.
"Kalau gitu saya langsung permisi aja." ucap Seno.
"Nggak mampir dulu, kali aja sambil nungguin Bagas pulang dari anter Winda." ucap Mamanya.
"Ngga usah, Makasih Te.,"
Setelah Seno meninggalkan rumah itu. Mamanya Bu Ratih masuk menemui anaknya. Dia masuk ke kamar Bu Ratih.
"Mama...!! Ratih nggak mau nikah sama Seno Ma?" ucap Bu Ratih sambil memeluk Mamanya.
"Kenapa, kamu kok ngomong gitu, Nak?" tanya Mamanya.
"Pokoknya Ratih nggak mau dijodohkan dengan Seno Ma? Ratih cinta sama Gavin. Seno itu kasar Ma, dia juga suka main perempuan.!" ucap Bu Ratih dengan suara meninggi.
Bagas yang kebetulan baru datang, dia nggak sengaja mendengarkan apa yang dibilang adiknya itu. Bagas bukannya menanyakan dulu tapi dia langsung kebawa emosi. Dibukanya pintu kamar yang dari tadi kebuka sedikit.
"Apa..!!! kamu nggak mau nikah sama Seno.? kalau kamu nggak mau nikah sama Seno, apa kamu mau keluarga kita sengsara.!!!" teriak Bagas.
Bu Ratih dan Mamanya kaget dan melepaskan pelukan mereka. Lalu saling tatap karena nggak mengerti maksud ucapan Bagas barusan.
Next..............(13)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments