I Didn't Lose

"Saya tidak akan menunduk, nanti mahkota saya jatuh."

🔥🔥🔥

Andara sudah menghabiskan sebungkus keripik sejak duduk lima belas menit yang lalu. Hari terasa berjalan lambat dan dia kebosanan. Padahal dia sudah siaran selama dua jam dari jam lima sampai jam tujuh malam.

Suasana sekitar stasiun radio Best FM sepi, hanya ada dua penyiar prime time yang bertugas dari jam tujuh sampai sembilan malam di studio. Penyiar lainnya sudah pulang, anak-anak Best EO —lini lain dari anak perusahaan Best FM yang berlokasi di tempat yang sama juga sudah berpulangan.

Andara bersandar di pagar lantai dua, di luar pintu studio, memandangi taman yang dapat dilihatnya dari atas. Plastik bungkus keripik diremasnya dan dibuang ke dalam tong sampah. Dia berharap kekesalan yang ada juga ikut terbuang tetapi apa daya, rasa itu seperti duri dalam daging. Menusuk dan melukai hatinya diam-diam.

Dari pagi tadi, Andara belum melihat Natha, teman serumah dan juga sesama penyiar di Best FM. Hari ini, jadwal Natha siaran dari jam dua sampai jam empat sore, tepat saat Andara menjalankan misinya. Dan ketika Andara diantar Kin ke Best FM, Natha tidak terlihat. Sudah dijemput Putra mungkin.

Seringaian Andara kembali ketika teringat peristiwa penyiraman di parkiran mal. Kira-kira apa ya yang bisa dia bikin lagi agar permainan semakin menarik?

Ponsel abu-abu yang sedang diisi daya berbunyi, Andara meraih dengan sebelah tangan. Rupanya Natha seperti mendapat panggilan jiwa dari jauh, cewek itu lebih dahulu menghubungi.

"Halo," jawab Andara, "masih di Best. Di mana lo?"

"Di Starbucks Diponegoro sama Kin!" Suara Natha terdengar ceria. Cewek blasteran Jerman itu memang memiliki kelebihan energi dari setiap suku katanya.

Begitu mendengar kalau Natha sedang bersama Kin, seketika Andara berdengkus. Dia tahu Putra, pacarnya Natha, sering kali cemburu dengan Kin meski dijelaskan ratusan kali oleh Natha kalau mereka hanya bersahabat. "Tumben santai gitu ngomong lagi sama Kin. Nggak takut Putra marah?" ejeknya.

"Bodo amat! Memang gue pikirin?" Tawa Natha kembali terdengar. Tawa yang membuat Andara malah menaikkan sebelah bibir, menyungging sarkas. Kalau Natha sudah berkata seperti itu berarti cewek itu sedang bermasalah dengan Putra. "Sini buruan! Tinggal koprol sedikit aja."

Andara kembali berdengkus. "Starbucks Diponegoro itu ada seratus meter, ya, Nyet! Itu bukan koprol sedikit. Maraton gue, maraton!"

"Idih, lebay. Buruan ke sini. Siapa tahu di jalan lo ketemu jodoh dari tetangga Best, lumayan juga."

Tawa Natha kembali nyaring, Andara hanya mengiakan dan mengakhiri panggilan. Dia meraih totebag dan memakai boots-nya, berjalan menyusuri jalanan besar nan sepi.

Kantor stasiun radio Best FM memang menyatu dengan rumah pemiliknya. Kantor Best FM juga Best EO berada di paviliun sebelah rumah dan ketiga studio Best FM ada di lantai dua. Rumah sang pemilik sendiri merupakan bangunan tua nan lama tetapi tetap terjaga. Seperti kata Natha, rumah-rumah yang berada di sekitar Best adalah rumah-rumah elite. Meskipun rumah lain sudah berubah bentuk, tidak bergaya lama lagi. Rumah-rumah sekitar sudah berubah menjadi bangunan besar dan tinggi, berlomba-lomba berbagai macam gaya. Ada yang bergaya Amerika, ada yang memoles rumahnya dengan gaya Eropa klasik atau juga gaya Skandinavia yang sedang hits.

Dari semua rumah yang ada, Andara tetap paling menyukai rumah Bang Boim, pemilik Best. Selain karena mempertahankan arsitektur kolonialnya, juga karena rumah itu terasa asri. Ada taman besar di depan dan belakang rumah. Taman belakang sekaligus menjadi pemisah antara rumah induk dengan kantor Best Grup. Selain Best FM yang merupakan radio anak muda, Bang Boim juga memiliki dua stasiun radio lain di bawah Best Grup. Ada Feminin FM khusus untuk pendengar wanita, ada Eksekutif FM untuk segmentasi dewasa tetapi dua radio itu tidak dalam lokasi yang sama dengan Best FM.

Dasar Natha kebanyakan membaca cerita norak! Mana ada orang kaya di sekitar sini yang berjalan kaki? Mana mungkin dia bisa berpapasan dengan salah satu tetangga Best FM? Andara sibuk mencaci homemate-nya itu sambil terus berjalan. Tangan panjang Natha menyambutnya dari jauh dengan melambai-lambai, persis seperti anak hilang yang bertemu ibunya setelah dipertemukan di meja informasi.

"Gimana? Gimana? Ada lirik-lirikan sama tetangga?" kekeh Natha sambil menyeruput Caramel Macchiato-nya.

Andara duduk di samping Natha, berseberangan dengan Kin. "Lo pikir gue mau ngerampok apa gimana? Nyuruh lirik-lirik ke tetangga?" balasnya pelan, tidak tertarik menanggapi ide Natha.

Kin tertawa mendengar jawaban Andara. "Jangan macam-macam lo, Nath. Ntar disiram Coca-Cola baru tahu!"

"Eh, iya. Gimana sih cerita tragedi Coca-Cola itu? Gue mau dengar versi lo. Si Kin ceritanya nggak lengkap!"

"Begitulah," sahut Andara datar. Dia tidak beranjak untuk memesan kopi. Andara sedang tidak ingin mengopi, juga tidak berniat membahas kejadian tadi sore. Dia hanya ingin santai. Tangannya meraih rokok dan menghidupkan batangan putih tersebut.

Natha terlihat diam, menunggu kata lanjutan dari kalimatnya. Beberapa menit setelah Andara mengembuskan asap, tidak juga keluar kalimat tambahan dari bibir cewek berkaus hitam itu. "Woi, gimana ceritanya?!" seru Natha.

Seruan Natha membuat beberapa pasang mata yang berada di smooking area melirik ke meja mereka. Andara sendiri sudah melirik sebelahnya dengan tajam. "Apa, sih? Kepo bener! Kin kan udah cerita, sama aja ceritanya begitu juga."

Natha terlihat bersemangat, tidak peduli tatapan mata orang lain. "Jadi ... si Buana memang lo siram gitu? Dari atas kepalanya?" Cewek itu membuka mulut lebih lebar, menyiratkan ketidakpercayaan. Tak lama terbatuk-batuk karena tersedak. "Basah, dong?" tambahnya.

Pertanyaan tidak berbobot Natha hanya ditanggapi Andara dengan mengembus asap rokoknya lagi. "Nggak, kering banget dia! Kayak masker ngelotok."

Natha masih saja asyik sendiri, tidak peduli pertanyaannya dijawab sarkas oleh Andara. "Harusnya yang beginian ajak-ajak gue. Gue bisa jadi videografer yang baik," desahnya kecewa.

Cewek yang sangat serius menekuni vlog itu tentu sangat antusias jika melihat peristiwa seperti tadi tetapi Andara memang tidak mau mengajaknya. Bisa-bisa peristiwa tadi diunggah di akun Natha dan jadi salah satu dari jajaran konten prank penyemarak akun cewek itu. "Ogah, ntar lo masukin YouTube lo. Situ yang untung, gue jadi bahan caci maki nitizen."

"Pelit dia mah!" Natha mencibir dan terbatuk lagi, membuat hidung mancungnya terlihat berkerut. "Jadi, apa rencana lo ke depan?"

Baik Andara maupun Kin menoleh heran atas pertanyaan Natha. Cewek itu langsung memperbaiki pengucapannya ketika menyadari bahwa dua temannya menatapnya dengan tatapan aneh. "Ya, maksud gue. Lo itu pikir nggak kalau lo sama Buana itu satu kampus? Satu fakultas? Satu kelas? Gimana kalau si kampret itu balas nyiram lo di kampus?" jelas Natha.

Kini giliran Kin yang balik memandang Andara. Cowok itu sepertinya terkejut atas informasi yang baru didapat. "Lo satu kampus ... satu kelas sama Buana?"

Andara mengangguk ringan, memamerkan senyum.

"Beneran nekat temen lo ini, Nath." Cowok itu menggeleng takjub. "Gue pikir dia nyiram tadi dengan hitungan nggak bakal ketemu lagi. Beneran nih anak perlu dikasih otak."

Andara malah tertawa menanggapi keduanya. Kekhawatiran dua orang itu terlihat lucu di matanya. "Santailah, gue udah punya rencana."

Natha berdecak. "Cari pacar baru aja, deh. Lo sama Kin aja. Dia juga baru putus dari Ririn. Ya, nggak, Kin?"

Kin lalu terbatuk, tersedak minuman. "For God's sake, Nath. She's ... crazy," tunjuknya ke arah Andara dengan muka ingin melolong.

Raut Andara membalas tatapan Kin tak kalah mengerikan. Kotak rokok yang dilemparnya mengenai jidat Kin. "And for hell's sake, you're not my type!"

"Oh, iya. Lo sukanya tipe cowok berengsek yang demen ninggalin cewek tanpa alasan gitu, ya?" Kin tersimpul usil.

"Bangs*t!" Andara langsung menjambak rambut di depannya sementara Natha tertawa puas, menertawai muka bodoh Kin.

 ***

Jika kebanyakan korban pemutusan sepihak akan memblokir sang mantan, Andara tidak melakukannya. Seolah tidak terjadi apa-apa, dia tetap berteman dengan Buana di semua sosial media; Twitter, Facebook, dan Instagram. Meski namanya sudah tidak muncul di halaman profil Facebook Buana karena cowok itu mengubah status 'in a relationship with Andara Ratrie' menjadi 'is complicated', Andara berusaha santai. Dia tidak gegabah untuk menghapus pertemanan atau menyembunyikan foto berdua yang pernah diunggah. Nomor telepon Buana juga tidak diblokir, cowok itu bisa mengiriminya sms, bisa meneleponnya atau melihat status WhatsApp-nya. Tidak banyak orang yang tahu kalau dirinya dan Buana sudah putus. Khalayak ramai mengira mereka baik-baik saja.

Balas dendam tetap balas dendam, hanya saja Andara ingin melakukan dengan cara yang cerdas. Tidak perlu unfollow mantan untuk menunjukan diri sudah move on. Tidak perlu block mantan agar terlihat kuat. Andara punya cara yang lebih baik dari itu semua.

Dia tersimpul melihat viewers Snapgram-nya. Ada Buana di sana. Cowok itu melihat foto dirinya, Natha dan Kin yang diambil tadi di Starbucks. Mereka berpose lucu dengan tambahan kuping dan hidung kelinci. Boomerang-nya juga dilihat Buana. Mantannya itu harus tahu kalau sepeninggalannya Andara baik-baik saja, sangat baik-baik saja.

"Lo kenapa sih nggak mau sama Kin?" Natha ikut duduk di sampingnya, menatap televisi. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam tetapi Andara belum mengantuk. "Kin kan ganteng, lumayan pinter gue rasa dan dia tajir juga."

Andara hanya menanggapi Natha dengan lenguhan. Dia membuka ponsel, ternyata Natha mengiriminya foto hasil tangkapan cewek itu termasuk foto candid Kin dengannya.

"Ra, gini." Cewek itu memiringkan badan seutuhnya ke arah Andara. "Tantangan hidup lo ini lebih berat. Lo harus dapat cowok yang lebih segalanya dari Buana. Dari segi fisik, otak atau fulus. Biar itu cowok tahu rasa, Ra."

"Iya, tapi nggak langsung jadian sama Kin juga walaupun sama-sama baru putus. Itu sih namanya pelarian."

"Wow! Gue nggak nyangka ternyata Andara berhati mulia!"

"Cincong!" Andara mulai tertawa.

Dia memang mengenal Kin dari Natha. Cowok itu dikenalkan sepintas saat bertemu sekitar dua atau tiga bulan yang lalu. Andara tidak pernah berpikir apa-apa mengenai Kin. Buat Andara, temannya Natha berarti teman dia, begitu juga sebaliknya. Dari awal mengenal Kin, dia tahu kalau cowok itu orang berada. Kin tidak pernah bercerita kekayaannya tetapi Andara maupun Natha bisa menilai dari apa yang dipakai cowok itu. Jangan bayangkan kalau Kin akan seperti sosok-sosok yang seliweran di feeds dengan judul 'Berapa harga outfit lo?'. Cowok itu sering memakai baju polos tanpa terlihat merek, hanya saja, stratanya terlihat dari jam tangan juga sepatu yang dipakai. Menjadi penyiar radio Best Grup dengan segmentasi ekonomi pendengar golongan A alias menengah ke atas, Andara tentu mengerti apa itu Tag Heuer, Panerai atau Patek Philippe. Merek terakhir malah biasa dia lihat melingkar di tangan sang Opung saat dirinya masih kecil, ketika dunia masih baik-baik saja.

Rumah Kin juga berada di kawasan Best, yang berarti keluarganya termasuk jajaran Orang Kaya Lama. Entah dari mana asal mula istilah Orang Kaya Lama. Sebutan itu disematkan untuk mereka yang sudah memiliki kekayaan di tahun Soekarno atau Soeharto menjabat menjadi Presiden, sedangkan Orang Kaya Baru alias OKB adalah orang kaya yang baru saja melek dunia dan sibuk belanjakan harta.

Kin memang bukan tipenya. Kulit cowok keturunan Jepang itu putih bersih sedangkan Andara menyukai cowok berkulit kecokelatan seperti Buana. Ada gambaran primitif yang tertanam kalau cowok berkulit kecokelatan adalah sosok yang tahan banting dibanding cowok berkulit putih. Untuk ukuran warga khatulistiwa, cowok berkulit putih dinilai terlalu lemah dan tidak pernah terkena garangnya matahari.

"Ra," panggil Natha, menyadarkan lamunannya.

"Kin anak UTM, lho, ambil teknik mesin." Seolah masih mau mengubah keputusannya, Natha memberi tahu informasi yang tidak ingin Andara ketahui kalau Kin kuliah di Universiti Teknologi Malaysia. "Anak teknik," tekannya antusias. "You know what I mean, 'kan?"

"Sialan!" balas Andara mengetahui maksud dari senyum simpul Natha. Mereka dahulu pernah membahas hal-hal absurd sampai ke pembicaraan tentang jurusan dan sepakat kalau anak teknik lebih terlihat menarik daripada anak jurusan apa pun dalam satu kampus.

"Say thanks to Audrey Nathania," pinta Natha sambil tertawa.

"Tetap aja itu nggak serta merta menjadikannya pacar gue."

Natha mengakhiri tawanya dengan puas. "Seenggaknya gue menawarkan kriteria yang berbobot untuk jadi pengganti si kampret itu. Kok bisa sih Buana kayak gitu? Gue tuh masih nggak nyangka tahu nggak?!"

Pertanyaan Natha tidak dijawab Andara. Dia memilih berdiri dan jalan cuek menuju kamar. Pembahasan tentang Buana sangat dihindarinya. Tidak oleh Natha atau Kin, semua orang yang membahas Buana akan diabaikannya. Percuma saja membahas orang yang sudah pergi. Ibaratkan orang mati, membahas nama Buana hanya mendatangkan sosok hantu dalam tubuh Andara. Hantu yang makin lama semakin besar menghitam, yang bernama dendam dan haus darah pembalasan.

Sembari merebahkan badan, Andara kembali membuka ponsel. Ada notifikasi dari Instagram. Sebuah pesan masuk mengomentari unggahan Snapgram-nya.

Kin.dhana: Gosh! Beneran lo upload muka kelinci polos itu!

Andaratrie: 🤪🤪🤪🤪🤪

Kin.dhana: Keluar, yuk.

Andaratrie: Ngapain?

Kin.dhana: Beliin lo otak. 😜

Andaratrie: Lo tahu nggak fungsi tombol block? 😏

Kin.dhana: Udah malam masih emosian aja. Eh, si Natha ditelepon Putra nggak?

Andaratrie: Nggak tahu. Kenapa?

Kin.dhana: Kayaknya mereka berantem gara-gara gue.

Andaratrie: Si Putra view Snapgram gue sih. Mampos, lo. Mampos! 🤧

Kin.dhana: Putra DM gue sih tanya tadi kita ngapain.

Btw, kayak nggak ada WhatsApp, ya?

Kita bales-balesan di DM.

Andaratrie: Yang mulai duluan siapa ya, Om?

Kin.dhana: Dasar Tante gamov!

Andaratrie: Andaratrie is blocking Kin.dhana!!

Kin.dhana: 🤣

Andara tidak membalas kembali pesan Kin. Tangannya bergerak membuka profil Instagram cowok itu. Berteman di akun pengunggah foto tidak membuat Andara sering memperhatikan apa saja yang diunggah Kin dan malam ini, dia baru meneliti akun seorang Kin Dhananjaya. Meski perawakan Kin bukanlah tipenya, setidaknya isi Instagram cowok itu berada dalam zona hijau. Bukan tidak ada sekali atau dua kali wajah cowok itu terpampang di unggahan Instagram-nya tetapi perlu Andara akui bahwa gaya dan bahasa tubuh Kin berkelas, tidak ada foto yang terlihat alay atau memaksakan diri. Jika saja Andara tidak kenal dengan Kin, mungkin saja permintaan pertemanannya tidak di-approve cowok itu. Instagram cowok itu benar-benar private dan followers-nya juga hanya orang-orang yang dikenal Kin. Sepertinya old money memang bermain sosmed hanya sekadar untuk sharing bukan show off seperti orang biasa.

Bibir Andara kembali bersimpul. Memang benar Kin melebihi Buana dan cowok itu tidak memalukan sebagai pengganti mantan yang keparat. Akan tetapi, Kin adalah teman. Tidak baik bermain status dengan seorang teman apalagi yang baik seperti Kin.

Ponselnya berbunyi lagi, kali ini sebuah pesan masuk ke WhatsApp.

Kin Dhananjaya: Ra...

Andara Ratrie: Oi.

Kin Dhananjaya: Ririn ada DM lo nggak?

Andara Ratrie: Apa nama IG-nya? Banyak banget yang DM gue.

Kin Dhananjaya: Somboooong!

Kin Dhananjaya: Ririnta_lie.

Andara langsung membuka Instagram, memeriksa pesan masuk yang belum dibaca. Dia memang malas membaca pesan dari orang-orang yang tidak dikenal. Sesekali pesan itu dibaca tetapi tidak dibalasnya.

Andara Ratrie: Ada. 😝

Kin Dhananjaya: Apa katanya?

Andara kemudian menyalin pesan yang dikirimkan Ririn ke Kin. Cewek itu bertanya ada hubungan apakah dia dengan Kin.

Kin Dhananjaya: Jangan dijawab, ya.

Andara Ratrie: Kenapa?

Kin Dhananjaya: Panjanglah ceritanya. Dia nguntit melulu, risi gue.

Andara Ratrie: Hm... tapi jempol gue kadang suka gatal kalau baca DM yang nyolot kayak begini, lho. 😆

Kin Dhananjaya: Jangan dijawab Tante resek!

Andara memeriksa akun Ririn. Cewek itu cantik, fotonya selalu mempertontonkan kecantikan yang dipunya, tetapi followers-nya sedikit, likes setiap foto juga tidak seeksis miliknya atau Natha. Dia tertawa membaca pesan cewek itu. Tampak dengan jelas kalau sang mantan Kin masih menyimpan rasa. Buktinya sampai menemukan akun Andara dan menyoroti setiap unggahannya. Menggelikan sekali melihat orang yang masih kepanasan ketika tahu mantannya terlihat bahagia. Bagaimana jika Buana yang seperti ini? Andara mengetukkan telunjuk ke keningnya. Sepertinya seru.

Andara Ratrie: Kin, apa gue posting foto kita berdua yang tadi aja? 😈

Dia teringat foto kiriman Natha. Salah satu hasil candid yang tertangkap ada Kin dan Andara saling berhadapan dan tertawa. Natha memang ahli menangkap angle yang menarik sehingga baik Kin maupun Andara terlihat natural dan tidak sadar kamera.

Kin Dhananjaya: Boleh. Tag gue, ya.

Andara Ratrie: Gue tag sama mention lo gede-gede Bosque!

Kin Dhananjaya: Siap!

Awal mengenal Kin, cowok itu sangat sopan. Andara tidak kaget karena old money yang dikenalnya memang rata-rata berperangai begitu. Malah Andara dan Natha yang sering mengajarkan Kin hal-hal yang tidak diketahui cowok itu, termasuk gaya bahasa slengean. Sampai sekarang saja, Kin masih sering terkaget-kaget melihat perilaku mereka, termasuk perilaku Andara yang menyiramkan Coca-Cola ke Buana.

Andara menyeringai dan mengunggah foto yang dikirimkan Natha. Dia juga tidak sabar akan melihat bagaimana komentar orang-orang, juga Buana dan Ririn tentunya.

Andaratrie: coffee and a lot of laughs with @Kin.dhana

Tak berselang lama, seolah ikut memanasi kejadian, komentar Natha dan lainnya masuk. Andara tergelak senang ketika mendapati DM dari Buana.

Buana.Semesta: Bilangin aku selingkuh sampai nyiram-nyiram bukannya kamu yang punya pacar baru duluan?

Tidak, Andara tidak membalas. Dia cukup membaca dan menertawai dalam hati. Apa sih maksud Buana masih pakai kamu-aku? Cowok itu waras?

Buana.Semesta: Thanks for read only.

Bahu Andara berguncang ringan. Dia terkekeh-kekeh mendapati kebiasaan Buana masih saja tidak berubah, marah jika tidak dibalas dan merasa terganggu jika dia dekat dengan cowok lain.

Dear Buana, saya tidak kalah! Ini belumlah apa-apa. Andara semringah sekali. Dia mendengar seruan Natha dari kamar sebelah.

"Woi, Ra! Lo bilang nggak mau sama Kin tapi malah upload foto berdua. Kin juga muna, bilangnya lo gila tapi ikut upload foto yang sama. Dasar lo berdua!"

Tawa Andara memudar. Dia refleks terpekik ketika memeriksa akun Kin. Benar kata Natha, cowok itu juga mengunggah foto yang sama di akunnya.

Lho, Kin?! Lho?

Terpopuler

Comments

🐝 Kim Jihan 🦋

🐝 Kim Jihan 🦋

asikk bangett astaga ngakak realita bgt ini 🤣🤣🤣

2022-01-26

0

Neny Putri Julirinni

Neny Putri Julirinni

seru,,,
aku lebih suka kalau pas pacaran ada adegan perselingkuhan dari pada udah nikah bikin ilfil

2021-09-21

0

itsaagness

itsaagness

mampossss kau mantan 🤣😜

2021-05-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!