Setelah acara penyambutan itu selesai, ia pun segera kembali ke kamarnya yang berada di paviliun belakang khusus untuk para pelayan mansion itu.
Ia melangkah dengan gontai, hatinya saat ini sangat berkecamuk, "Apa yang di pikirkan Tuan Reymond? Menikahiku, tapi tidak menganggapku. Apa aku hanya di hargai dengan mahar yang ia berikan kemarin padaku? Betapa tidak berharganya aku di matanya," batin Fatma sedih.
Saat ia baru sampai, ternyata di sana sudah ada Bibi Fani yang menunggunya di depan pintu.
"Kamu itu kemana saja, sih?" Tanya Bibi Fani seraya menarik tangan Fatma untuk mengikutinya.
"Bi, lepas, sakit," rintih Fatma saat merasakan tangannya dicekal keras oleh sang bibi.
"Diam kamu! Jangan membantahku!" Seru Bibi Fani tanpa melepaskan cekalan tangan Fatma.
Setelah sampai di ruang tamu, Fatma melihat di sana sudah ada Nadira dan Reymond yang sedang duduk.
"Tuan, Nyonya, saya sudah membawa Fatma kemari," ucap Bibi Fani dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu boleh pergi," perintah Raymond pada Bibi Fani.
"Baik, Tuan. Saya permisi." Bibi Fanny kembali menunduk sebelum akhirnya ia meninggalkan Fatma masih dibiarkan berdiri di sana.
Nadira terus menatap lekat Fatma, ia meniti semua penampilan Fatma seraya menyunggingkan senyum mengejek padanya, "Aku tidak khawatir padanya, ternyata dia lebih kampungan dari yang kukira. Tapi tetap saja aku harus berhati-hati dan selalu mengingatkan statusnya," gumam Nadira dengan mencibir Fatma
"Sayang, apa yang kamu pikirkan?" tanya Reymond saat melihat Nadira mencebikan bibirnya.
"Tidak ada. Aku hanya tidak menyukainya."
Fatma semakin menunduk dalam saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nadira, "Jika bukan karena kedua adikku yang membutuhkan biaya, mungkin aku tidak akan mengalami hal ini," batin Fatma.
Reymond ikut menatap Fatma dengan pandangan yang meremehkan, "Kamu tenang saja, sayang. Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mu yang paling berharga untukku," ucap Reymond dengan bangga sambil mengecup kepala Nadira.
Satu hal yang tidak diketahui oleh Fatma, Reymond dan Nadira hanya menikah siri. Fatma tersenyum miris saat mendengar perkataan Reymond pada madunya. "Apa mereka memanggilku hanya untuk memamerkan kemesraan saja?" tanya Fatma dalam hatinya.
"Kira-kira apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu?" tanya Reymond dalam hatinya saat ia melihat Fatma membuang pandangannya dari mereka.
Sedangkan Nadira hanya tersenyum sinis dengan melihat Fatma. "Kamu tidak ada apa-apanya di hadapan Reymond," cibir Nadira dalam hatinya.
Setelah beberapa saat hanya keheningan yang melingkupi ketiga orang itu, Raymond pun mulai berdehem dan memulai pembicaraan mereka.
"Ehemm."
Kompak Fatma dan Nadira menatap suami mereka. "Aku memanggilmu kemari untuk memberikan tugas supaya menyiapkan semua kebutuhanku, mulai saat bangun tidur hingga aku kembali tidur. Jangan ada pelayan lain yang menggantikan tugasmu karena itu adalah suatu kemurahan dariku sebagai suamimu," ucap Reymond tanpa mengalihkan perhatiannya dari Nadira.
Fatma sejenak merasa heran dengan perkataan Reymond. "Maaf, Tuan. Saya tidak mengerti dengan maksud anda," ucap Fatma.
Nadira memutar bola matanya malas, "Maksud Rey, dia ingin kamu yang menyiapkan semua keperluannya, jangan sampai ada pelayanan lain yang menggantikan tugasmu." Nadira yang menjawab pertanyaan Fatma sambil bergelayut manja memeluk tangan Reymond.
"Apa kamu mengerti?" tanya Raymond dengan melirik Fatma sekilas.
"Baik, Tuan. Saya mengerti," jawab Fatma sambil mengangguk.
"Sekarang pergilah kamu dari hadapan kami!" perintah Nadira.
Setelah mendapatkan perintah itu Fatma pun dengan segera berlalu meninggalkan mereka. Ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat karena hari sudah mulai larut.
Fatma membaringkan tubuhnya di salah satu kasur yang terdapat di kamar itu, ia merasa lelah hati dan juga pikirannya. "Sampai kapan aku bisa bertahan di sini? Aku merindukan kalian," gumam Fatma sambil melihat foto kedua orang tuanya, hingga tanpa sadar ia terlelap seraya memegang foto itu.
***
Pagi menyapa, ia segera bergegas untuk menyiapkan semua keperluan yang Reymond butuhkan sesuai perintahnya.
TOK TOK TOK
Fatma mengetuk pintu kamar utama yang dihuni oleh Nadira dan Reymond. Ia menunggu beberapa saat, sebelum akhirnya Nadira membuka kamar itu dan menyuruh Fatma untuk mulai mengerjakan tugasnya.
Tanpa banyak berbicara lagi, Fatma segera melangkah menuju walk-in closet yang ada di kamar itu dan menyiapkan semua keperluan Reymond. Nadira terus memperhatikan semua gerak-gerik Fatma, bahkan saat Fatma ke ruang walk-in closet pun Nadira tetap mengikutinya.
"Dia gadis yang cukup lihai juga dalam menyiapkan sesuatu," gumam Nadira tanpa mengalihkan perhatiannya dari Fatma.
Sedangkan Fatma sendiri merasa tidak nyaman dan ingin segera keluar dari kamar itu, setelah selesai menyiapkan semua itu, Nadira pun menyuruhnya untuk merapikan tempat tidurnya yang berantakan.
"Sekalian kamu bereskan tempat tidurku, ganti juga spreinya," perintah Nadira yang langsung diangguki oleh Fatma.
"Baik, Nyonya," sementara Fatma merapikan tempat tidur itu, Nadira kembali lagi masuk kedalam walk-in closet dan Fatma tidak mencurigainya karena itu bukan areanya.
Setelah selesai merapikan kamar itu, Fatma pun keluar dengan membawa pakaian kotor, ia segera menuju ruang pencucian untuk menyimpannya di sana.
Saat ia baru saja memasukkan cucian itu ke dalam mesin, tiba-tiba Reymond datang dengan wajah merah karena marah.
"Fatma! Kenapa kamu tidak mengerjakan tugasmu dengan benar?" semprot Reymond saat ia sudah berada di hadapan Fatma.
Fatma terkejut mendengar suara Reymond yang tiba-tiba, "Tu–tuan, ada apa?" tanyanya dengan bingung, sejenak ia memperhatikan pakaian Reymond yang menurutnya berbeda dengan yang tadi ia siapkan.
"Kamu masih berani bertanya? Lihat baju ini!" Reymond melemparkan salah satu baju yang tadi disiapkannya tepat ke mukanya Fatma, dengan gelagapan Fatma pun segera meraih baju yang hampir jatuh jatuh itu.
Ia meneliti baju itu, terlihat sangat kusut dan juga ada goresan tinta.
"Kenapa bajuku bisa sampai rusak seperti itu?" tanya Reymond dengan nada tinggi.
"Tu–tuan, saya tidak mengetahui apa-apa. Tadi saat saya mengambilnya, baju ini baik-baik saja," jawab Fatma mencoba menjelaskan.
Reymond menyunggingkan senyum sinisnya, "Apa kamu kira bajuku ini bisa rusak dengan tiba-tiba?" hardik Reymond.
Tubuh Fatma gemetar, ia sangat takut saat seseorang berteriak padanya, Fatma memeluk baju yang tadi dilemparkan Reymond.
Dengan lirih Fatma pun berucap,"Maafkan saya, Tuan."
Reymond mendengus kasar, "Dasar tidak berguna," desisnya sebelum ia berlalu meninggalkan Fatma.
Tanpa mereka ketahui, ada dua orang di tempat berbeda yang melihat kejadian itu dan tersenyum puas.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA YA
TERIMAKASIH 🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ari milano
di sini yg jahat tuh author nya kenapa jahat sama salma .sakitnya sampe ke ulu hati yau 😈😈
2022-03-03
1
Purnomo
thooor apa yg aku pikirkan bener kaan Nadira bukan wanita baik baik .....🤦🤦
2022-02-09
1
Rhey Zhivarani
ish...Nadira tuh yg suruh ngurusin suaminya, kan Fatma ga dianggap
2022-01-30
1