Bab 2

Di sebuah gedung tinggi, seorang laki-laki tengah menatap gadis yang beberapa saat lalu datang bersama asistennya.

Ia masih meniti penampilan gadis itu dengan pandangan meremehkan, "Sama dengan namanya yang sangat kampungan, penampilannya pun tidak ada bagus-bagusnya. Jauh lebih baik kekasihku," batinnya sambil mengangkat sudut bibirnya.

Pria itu bernama Reymond, seorang pengusaha sukses dengan usia yang masih muda, yaitu dua puluh sembilan tahun. Dia sedang mencari calon istri untuk dijadikan pinding antara hubungannya dengan sang kekasih. Sebenarnya ia bisa saja hanya menikahi sang kekasih, tapi kedua orang tuanya tidak merestui hubungan mereka. Maka dari itu Reymond pun menggunakan gadis yang ada di depannya itu untuk ia kenalkan pada keluarga besarnya.

"Kamu tahu alasan aku memanggil mu?" tanya Reymond.

Fatma menatap sekilas pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya. "Ti–tidak, tuan," jawab Fatma dengan gugup. Baru kali ini ia berhadapan dengan pria dewasa yang menurutnya sangat tampan.

Reymond mendengus kesal, "Apa Bibi Fani tidak mengatakan apa-apa padamu?"

"Bibi Fani? Kemarin dia hanya mengatakan jika saya harus menikah dengan majikannya dan saya tidak mengetahui siapa majikan beliau," jawab Fatma apa adanya.

Reymond terdiam, baru kali ini ada gadis yang tidak mengenalnya. "Apa kamu tidak mengetahui orang yang bernama Reymond pemilik Hotel RCC?" tanya Reymond memastikan.

"Jika anda menanyakan Hotel RCC, saya mengetahui lokasinya. Tapi jika pemiliknya, saya tidak tahu," jawab Fatma polos.

"Apa? Di mana sebenarnya gadis ini tinggal? Kenapa dia tidak mengenaliku? Apakah dia tidak memiliki TV rumahnya, sehingga tidak mengetahui siapa aku?" tanya Reymond dalam hatinya.

Setelah beberapa saat terdiam, Reymond pun kembali berkata, "Sudahlah. Sekarang kamu sudah tahu pemiliknya," ucap Reymond dengan kesal.

Fatma tidak menjawab ucapan pria yang ada di depannya. Lebih tepatnya, ia tidak tahu harus berkata apa.

"Langsung saja, aku memanggil mu kemari untuk memintamu menjadi istriku, aku siap membayar berapapun yang kamu mau. Bukankah kamu sedang membutuhkan uang untuk membayar biaya sekolah kedua adikmu?" tanya Reymond dengan angkuhnya.

Sesaat Fatma tercenung dengan pertanyaan Reymond, ia memang membutuhkan uang itu, tapi ia belum siap untuk menikah.

Dengan takut, Fatma mencoba untuk mengutarakan isi hatinya. "Tuan, sebenarnya saya belum siap untuk menikah. Jika anda berkenan, bolehkah saya hanya bekerja di tempat anda saja? Saya bisa melakukan apapun," ucap Fatma.

Reymond kembali terdiam, "Apa dia baru saja menolak ku? Tapi kenapa? Biasanya para wanita akan senang hati mendatangi ku. Apalagi jika aku mengajaknya menikah, mungkin saja mereka akan sangat bahagia. Akh, s***! Gadis ini sama sekali tidak memandangku lebih," gerutunya.

Reymond tersenyum, baru kali ini ada gadis yang menolaknya, tapi sayang, dia tidak menerima tolakan itu. "Apa kamu pikir aku akan menyetujui permintaan mu?" tanya Reymond yang membuat Fatma terdiam. "Kamu tidak mempunyai pilihan lagi selain menikah denganku. Jika kamu berani menolak, maka kamu akan tahu akibatnya," sambung Reymond mengancamnya.

Fatma terdiam dan menundukkan kepalanya, sekarang ia benar-benar bingung. "Tapi, Tuan–" Fatma tidak berani melanjutkan kata-katanya karena melihat sorot mata Reymond yang menusuk tajam.

"Sudah kukatakan, kamu tidak bisa menolak pernikahan ini. Sekali lagi kamu membantah, aku tidak akan segan-segan untuk melukai keluargamu," ancamnya lagi.

Fatma kesal, dari tadi pria di hadapannya itu terus menerus mengancamnya, "Tuan, sebelum ini, saya tidak punya masalah apa-apa dengan anda. Tapi kenapa anda harus memaksa saya seperti ini?" tanya Fatma dengan menggebu-gebu.

Reymond membelalakkan matanya, ia tidak percaya jika gadis dihadapannya itu berani berbicara keras-keras padanya, "Menarik, lihat saja nanti, siapa yang membutuhkan siapa," gumam Reymond dengan menyunggingkan senyum misterius.

Sedangkan Fatma sendiri, ia sudah kesal dan marah sekali. Ia keluar dari ruangan kerja Reymond tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Asisten Reymond segera menghampiri tuannya yang masih berada di ruang kerjanya.

"Rey, bagaimana?" tanya Zio. Zio adalah asisten sekaligus sahabat lama Reymond, dia juga yang membawa Fatma datang ke perusahaannya tadi.

"Dia gadis yang cukup menarik, kamu tahu? Dia baru saja menolak ku," ucap Reymond dengan memainkan kursi kebesarannya dan bolpoin yang ia putar-putar.

Zio mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan maksud perkataan Reymond. "Maksudmu? Bagaimana bisa dia menolak mu?" tanya Zio penasaran.

"Dia bahkan tidak mengenaliku," gerutunya.

Seketika itu juga Zio tertawa keras sambil memegang perutnya, "Ku pikir kamu sangat terkenal, tapi ternyata tidak juga, ya?" ejek Zio tanpa menghentikan tawanya dan membuat Reymond kesal.

***

Setelah Fatma keluar dari gedung utama perusahaan RCC, ia segera menaiki kendaraan yang akan membawanya pulang.

"Dia pria yang mapan, gagah, tampan, dan kaya, tapi kenapa dia memaksaku untuk menikah dengannya? Apa dia punya kelainan?" gumam Fatma saat ia sudah berada di dalam mobil angkot.

Sepanjang perjalanan pulang, hati Fatma tidak karuan, ia merasa khawatir pada kedua adiknya. Ia ingat ancaman Reymond terhadapnya tadi. "Ya Tuhan, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa pada kedua adikku," batin Fatma lagi.

Setelah turun dari mobil angkot, ia pun bergegas berjalan menuju rumahnya yang terletak tidak jauh dari jalan raya.

Betapa terkejutnya ia saat membuka pintu rumah dan menemukan kedua adiknya sedang pingsan dengan mulut berbusa.

"Ya Tuhan, Tio! Tantri! Kalian kenapa?" tanya Fatma pada adiknya yang sedang pingsan itu. Dengan segera, ia pun meminta bantuan pada tetangganya.

"Tolong! Tolong! Tolong saya!" teriak Fatma mengundang banyak warga berdatangan.

"Pa, tolong adik saya!" ucap Fatma pada Pak RT yang turut datang ke rumahnya.

"Sabar, Fatma. Sekarang kita bawa adik-adikmu ke klinik dulu." Pak RT mencoba menenangkan Fatma. Para warga pun dengan cepat membawa Tio dan Tantri ke puskesmas terdekat di rumah mereka.

Setelah mereka membawakan Tio dan Tantri ke puskesmas, para warga pun meninggalkan Fatma sendirian di sana. Fatma dengan khawatir terus menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan adik-adiknya. "Ayah, ibu, maafkan aku karena tidak bisa menjaga mereka berdua," gumam Fatma sedih.

Bahkan di saat ini pun tidak ada yang menemaninya, Bibi Fani juga tidak menerima panggilan darinya, begitupun dengan Paman Andre, mereka sama-sama mendiamkan dirinya.

"Ya Tuhan, aku harus apa? Kenapa di saat seperti ini tidak ada yang membantuku?" tanya Fatma pada dirinya sendiri sambil sesekali menyeka air matanya yang terjatuh.

Tak lama kemudian, dokter yang memeriksa keadaan adik-adiknya datang, dengan segera Fatma pun menghampirinya. "Dokter, bagaimana keadaan adik-adikku?" tanya Fatma khawatir.

"Sepertinya kedua adikmu mengalami keracunan makanan. Apa kamu tahu, apa yang baru saja mereka konsumsi?" tanya dokter paruh baya itu.

Fatma terdiam, ia mencoba mengingat sesuatu, "Tadi saya sempat melihat ada dua buah mangkuk yang berisikan bakso, masing-masing tinggal setengah porsi lagi, dok." jelasnya.

"Mungkin itu adalah penyebabnya. Lain kali, kamu harus lebih berhati-hati, ya," ucap dokter itu. "Sekarang keadaan mereka sudah lebih baik, setelah infusan habis, mereka bisa pulang. Silahkan kamu urus dulu biayanya di meja resepsionis." tunjuk dokter itu sebelum ia pergi meninggalkan Fatma.

"Terima kasih, dok."

Fatma kembali meluruh, ia baru ingat, saat ini sedang tidak mempunyai uang sepeserpun, "Ya Tuhan, aku tidak punya uang untuk membayar biaya pengobatan adik-adik," gumam Fatma sambil mengusap wajahnya frustasi.

Dengan ragu, ia pun melangkah menuju meja resepsionis itu. "Permisi, Kak. Mau tanya untuk biaya pengobatan adik-adik saya itu berapa, ya?" tanya Fatma.

Resepsionis itu pun segera mengecek pasien keracunan yang baru saja masuk. "Atas nama Tio dan Tantri?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Fatma, "Total biayanya tiga ratus ribu rupiah, mbak" sambungnya.

"Oh, ba–baiklah. Terima kasih, Kak. Nanti saya kemari lagi," ucap Fatma gugup. Ia bingung sekarang harus saat ini.

Setelah menimbang cukup lama, akhirnya Fatma memberanikan diri untuk menelpon nomor yang sempat ia dapat dari asisten Reymond. Ia menghubunginya karena tidak ada yang bisa membantunya.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA YA

TERIMAKASIH 🤗🤗🤗

Terpopuler

Comments

Indri Sitorus

Indri Sitorus

seru thor kanjut deh thor dan jngan bosan buat up nya ia thor

2022-04-11

0

🌻

🌻

bukan nya,Qita ngak punya tipi bang reymong,memang Qita ngak nonton siaran lokal😂😂😂😜

2022-04-04

0

Nova Lasari

Nova Lasari

semangat ych thor buat fatma

2022-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!