Berbagi Cinta "Penantian Istri Pertama"
Fatma Ayunda, gadis yang baru saja menginjak usia remaja, harus terpaksa menerima pernikahan yang sudah bibinya siapkan demi bisa menebus hutang padanya dan juga untuk membiayai adik-adiknya yang masih sekolah. Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena bibinya mengancam akan memberhentikan sekolah kedua adiknya, sedangkan dirinya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa karena latar pendidikan yang kurang memadai membuatnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan hanya mampu menjadi buruh pembantu di rumah warga yang membutuhkan tenaganya
Ia ingat beberapa saat yang lalu, saat dirinya baru pulang bekerja, sudah disuguhi sang bibi yang datang bersama suaminya.
"Bagus juga kamu cepat pulang," ucap bibinya yang bernama Fani.
Bibi Fani adalah adik ipar ibunya yang pernah membantunya membiayai pengobatan kedua orang tuanya saat mereka mengalami kecelakaan beberapa bulan yang lalu, meskipun pada akhirnya kedua orang tua Fatma harus meninggal.
"Ada apa Bibi dan Paman sampai datang kemari?" tanya Fatma saat ia sudah berada di hadapan kedua orang itu.
"Ada yang perlu kami bicarakan," jawab Bibi Fani dengan sinis, Fatma sudah terbiasa dengan gaya bicara bibinya tidak ambil pusing ataupun sakit hati.
"Kalau begitu mari kita masuk dulu." Fatma berucap seraya membukakan pintu rumahnya.
Setelah ketiga orang masuk dan duduk lesehan di atas tikar tipis yang tersedia di sana, barulah bibinya mulai mengutarakan maksud kedatangannya.
"Fatma, kamu tahu kan, kedua orang tuamu masih memiliki hutang kepada kami?" tanya Bibi Fani.
Fatma terdiam sebelum akhirnya mengangguk membenarkan pertanyaan dari sang bibi. "Iya, Bi. Aku tahu," jawab Fatma.
"Sekarang, Bibi ingin kamu membayarnya." Bibi Fani langsung menagih hutangnya tanpa tahu keadaan ekonomi Fatma.
Gadis itu tercengang saat mendengar bibinya menagih hutang yang pernah dipinjam oleh keluarganya. "Maaf, Bi. Saat ini aku belum punya uang untuk membayarnya," jawab Fatma dengan lirih sambil menundukkan kepalanya.
Bibi Fani memandangnya dengan tatapan cemooh, sedangkan suaminya membuang muka dari hadapan Fatma. "Selalu alasan," gerutunya.
Fatma pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menunduk, ia cukup sadar diri dengan keadaannya. Bibi Fani menatap Paman Andre sesaat sebelum akhirnya mereka mengangguk.
"Fatma, apa kamu ingin hutangmu lunas?" tanya Bibi Fani tiba-tiba.
Fatma langsung mengangkat kepalanya untuk menatap Bibi Fani. "Tentu, Bi," jawabnya antusias.
"Menikahlah," ucap Bibinya itu.
Seketika itu juga Fatma dibuat terkejut oleh ucapan Bibi Fani. "Me–menikah?" tanya Fatma memastikan pendengarannya.
Bibi Fani dan Paman Andre langsung mengangguk. "Iya, menikahlah dengan majikan kami," jawab Paman Andre.
Fatma mematung, ia tidak percaya jika bibinya datang kemari hanya untuk menyuruhnya menikah dengan majikannya. Ia bahkan tidak mengenal siapa majikan bibinya itu.
"Tapi, Paman. Kenapa harus dengan cara menikahi majikan kalian?"
"Tentu saja karena dia sedang membutuhkan seorang istri," jawab Bibi Fani dengan sinisnya.
Fatma menundukkan kepalanya, tangannya saling bertautan. "Aku belum siap menikah," ucapnya lirih.
Bibi Fani menatap nyalang keponakannya. "Berani sekali kamu membantahku," bentaknya.
Fatma semakin menunduk bahkan tangannya langsung gemetar setelah mendengar bentakan dari bibinya, sedangkan Paman Andre tersenyum puas saat melihat keponakannya gemetar karena takut.
"Tapi, Bi. Aku benar-benar belum siap menikah." Fatma masih mencoba untuk menolaknya.
"Kami ini telah membesarkanmu begitu lama sehingga menghabiskan banyak uang keluargaku! Sekarang, adik-adikmu tidak punya uang untuk ke sekolah. Kalau kamu memang anak yang tahu cara bersyukur, kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan? Katakan, apa yang harus kamu lakukan?" sembur Bibi Fani sambil mencibir dalam hatinya.
Tubuh Fatma semakin gemetar saat bibinya membicarakan kedua adiknya. Dirinya sadar, selama ini dia belum bisa memberikan kehidupan yang layak untuk mereka berdua, tapi kalau harus dengan cara menikahi pria asing, ia tidak mau.
"Ampun, Bibi. Aku tahu caranya bersyukur, hanya saja jika harus menikah, aku belum siap." Fatma menjawab seraya memejamkan matanya dalam, ia sangat takut jika bibinya akan kembali membentaknya.
Bibi Fani kembali mendengus dengan kasar, "Dasar keponakan tidak tahu di untung! Sudah bagus ku carikan suami yang kaya raya, masih saja menolak."
"Sudahlah, Bu. Kenapa Ibu bicara omong kosong padanya? Dia setuju atau tidak, tetap dia harus setuju! Biar dia tahu caranya membalas budi keluarga kita!" ucap Paman Andre sambil tersenyum remeh menatap keponakannya.
Mata Fatma mulai memanas, sudah sekuat tenaga ia tahan agar air itu tidak sampai menetes di hadapan paman dan bibinya, tapi kini air itu tetap saja keluar, Fatma tidak bisa lagi membendungnya.
Dengan gerakan cepat ia menyeka air matanya, tapi ternyata paman dan bibinya menyadari jika keponakannya itu sedang menangis. "Tidak perlu kamu menunjukkan wajah melas dihadapan kami! Keputusanku sudah bulat, pokoknya kamu harus tetap menikah dengan majikanku, kalau kamu masih berani membantah, dengan terpaksa kami akan memberhentikan sekolah kedua adikmu," ancam Bibi Fani untuk menekannya.
Setelah itu, paman dan bibinya pun pergi dari sana dan meninggalkan Fatma yang masih menangis.
"Ya Tuhan, cobaannya apa lagi ini? Kenapa bibi tega ingin menikahkanku dengan orang yang bahkan tidak aku ketahui?" batin Fatma sambil terus mengusap kedua matanya yang berair. Lama ia menangis sampai akhirnya kedua adik Fatma pulang sekolah dan melihat kakaknya dengan mata serta hidung yang memerah.
Tio, adik laki-laki Fatma segera menghampirinya, "Kakak, apa Kakak baik-baik saja? Apa tadi bibi datang lagi?"
Fatma mengangguk membenarkan pertanyaan Tio, "Iya, tadi bibi dan paman datang. Mereka meminta Kakak untuk menikah dengan majikannya," ucap Fatma menceritakan sedikit maksud kedatangan paman dan bibinya.
Tio terkejut mendengar ucapan kakaknya, "Apa? Menikah? Bagaimana bisa? Dengan siapa bibi menyuruh Kakak menikah?" tanya Tio beruntun.
Tantri, adik perempuan Fatma yang mendengar pertanyaan dari kakak laki-lakinya segera menghampiri dan ikut bergabung. "Siapa yang akan menikah?" tanyanya antusias.
"Bibi datang kemari dan menyuruh kakak untuk menikah, Tan," jawab Tio.
Tantri tersenyum dengan menutup mulutnya, ia terlihat senang saat mengetahui jika Fatma akan segera menikah.
"Kakak serius, kan?" tanya Tantri memastikan dan langsung diangguki oleh Fatma.
"Bagus deh kalau Kakak akan segera menikah, jadi nanti kita tidak akan hidup susah seperti ini lagi," ucap Tantri dengan senang.
Berbeda dengan Tantri, Fatma menundukkan kepalanya, ia tidak tahu harus berbuat seperti apa lagi, menolak pun tidak bisa ia lakukan.
"Tan, tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu itu di hadapan Kak Fatma," tegur Tio pada adik perempuannya.
Tantri sendiri yang ditegur oleh Tio tidak menanggapinya dan hanya memutar bola matanya dengan malas, "Kenapa tidak, Bang? Bukankah seharusnya kita bersyukur jika masih ada laki-laki yang mau menikah dengan Kak Fatma?" Tantri tidak sadar dengan pertanyaannya yang sudah melukai hati Fatma.
Fatma menunduk lagi setelah mendengar pertanyaan Tantri. "Tan, jaga perkataanmu!Pertanyaanmu sudah membuat Kak Fatma sedih," tegur Tio lagi.
"Bang Tio tidak perlu munafik. Jika Kak Fatma menikah, hidup kita pasti akan jauh lebih baik dari sekarang, bahkan mungkin saja calon suaminya Kak Fatma bisa melunasi semua hutang kita pada bibi," pekik Tantri.
Fatma tidak ingin melihat kedua adiknya berdebat. "Sudahlah, kalian tidak perlu memikirkan Kakak. Kakak baik-baik saja," ucap Fatma.
"Kak, jangan bilang kalau Kakak sudah menyetujui pernikahan itu?" tanya Tio.
"Kakak tidak punya pilihan lain, Yo. Bibi memaksa, jika Kakak tidak menerimanya, kalian akan berhenti sekolah," jawab Fatma.
Tio menghembuskan nafasnya kasar, ia seorang laki-laki yang ada di rumah itu, tapi ia tidak bisa menjaga saudara perempuannya.
"Sudahlah, Yo. Kamu tidak perlu memikirkan Kakak," ucap Fatma untuk menenangkan adiknya.
Berbeda dengan Tio, Tantri malah kegirangan saat mendengar jika Fatma tidak bisa menolak pernikahan itu.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA YA
TERIMAKASIH 🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
inos✅
mantap lanjut thor
2023-07-08
0
Echa04
keknya Tantri calon adek durhaka yg mementingkan kesenangan sendiri...
2023-02-02
0
Syifa Azzahra
hadir
2022-04-19
0