Eps 5

#QursyaniPov

Kutatap nanar langit-langit kamarku, kepedihan terpampang nyata disana, mestinya aku sudah memperhitungkan semua tindakanku, namun hal yang membuatku terkejut dan kecewa adalah kelakuan Mizi yang sama sekali tidak merasa bersalah, bahkan mengejarku untuk memberi penjelasanpun tidak dia lakukan, kutarik nafasku panjang lalu kuhembuskan, kuusap perutku perlahan "Maaf nak, sepertinya kita akan kehilangan ayahmu," lirihku.

Yah sebenarnya 2 minggu yang lalu aku merasa ada yang tidak beres dengan badanku, dan setelah kucek ternyata aku mengandung anak mas Mizi, dan usianya sudah 1 bulan, karena pada saat itu aku masih dimakassar jadi aku belum memberitahukan suamiku, karena aku ingin memberinya kejutan, tapi siapa sangka semuanya berbalik seperti ini, malah aku yang dikejutkan dengan perselingkuhannya.

Aku terbangun dengan lemas dari tidurku, mataku bengkak karena semalaman menangisi semuanya, kutatap sekitarku dengan seksama, namun tidak kutemui mas Mizi disini, ternyata dia tidak datang untuk menjelaskan semuanya, hatiku hancur mengingat kejadian semalam.

Aku beranjak dari tempat tidurku, aku berjalan memasuki kamar mandi, kurendam badanku dalam bathtub yang berisikian air hangat, kututup mataku perlahan kuterawang kembali kejadian semalam, kejadian yang terulang-ulang seperti kaset kusut dikepalaku, aku tidak tau lagi harus bagaimana, aku bingung harus kemana, aku tidak punya keluarga dijakarta, karena aku orang Makassar yang pergi merantau kejakarta dan akhirnya bertemu dengan Mizi.

Kubuka mataku, aku beranjak dari bathtub lalu memakai handukku, kubuka pintu kamar mandi dan betapa terkejutnya aku melihat Mizi terduduk lemas dipinggir ranjang, bisa kulihat dia terlihat kacau dengan memegang sesuatu ditangannya, namun aku tidak peduli. Aku berlalu memasuki walkincloset milikku, kupilih beberapa lembar pakaian yang akan kupakai, lalu kupakai pakaianku, namun sebelum beranjak dari walkincloset itu aku mengambil koperku, kumasukkan semua pakaianku tanpa sisa kedalam koper, lalu aku keluar dari ruangan itu, aku berlalu menuju meja riasku, kuhias wajahku senatural mungkin, lalu setelah selesai kuambil tas makeupku yang besar, lalu kumasukkan semua alat makeupku yang ada disana tanpa sisa, setelah kurasa cukup kutarik kedua koperku dan kuangkat tasku yang satu lagi, lalu aku berlalu meninggalkan Mizi tanpa sepatah kata.

Sebelum membuka pintu rumah, bisa kudengar Mizi meneriaki namaku sambil berlari menuruni anak tangga,

"Syanii, Qursyaniiii kamu mau kemana?Hah? " cercanya membentakku dengan nafas tersenggal-senggal.

"Bukan urusanmu aku mau kemana," kataku dengan dingin, bisa kulihat keterkejutannya melihat ekspresiku yang dingin.

"Tidak kamu tidak boleh pergi membawa anakku" katanya lagi dengan melempar sebuah photo usg dan testpeck yang kuyakin dia menemukannya dilaci meja yang sudah dengan rapih kusembunyikan agar tidak ditemukan olehnya.

"Dia bukan anakmu lagi, dia milikku, dan kamu tidak pernah berhak memilikinya," ucapku lagi dengan dingin,

"apa maksudmu? Itu anakkku,dan aku ayahnya, dan akan selalu berhak memilikinya!!" bentaknya dengan mata memerah menahan amarah.

"Tidak semenjak kamu berselingkuh, silahkan anggap Rama anakmu karena kamu mancintai ibunya bukan, kamu tunggu saja setelah anakku lahir maka kamu bisa menceraikanku," ucapku dingin lalu berlalu meninggalkan Mizi yang mematung dengan perkataanku.

Seseorang mencekal tanganku dengan kuat, bisa kulihat wajah Mizi yang murkah dengan ucapanku, namun aku sudah tidak peduli lagi, karena hatiku sudah muak dengan semuanya, aku sudah tidak ingin memaksakan hatiku untuk memaafkan kesalahannya yang sudah fatal sedari awal.

"Jangan memaksakan keadaan Mizi, karena sesuatu yang pekat sudah tidak bisa lagi kutelan, biarlah semuanya seperti ini, biarkan aku pergi dan mencari bahagiaku bersama anakku Mizi," lirihku dengan air mataku.